- Rabu, 29 Oktober 2025
Sate Lokan Tarusan: Cita Rasa Dari Air Payau Yang Mengikat Lidah
Sate Lokan Tarusan: Cita Rasa dari Air Payau yang Mengikat Lidah
Oleh: Andika Putra Wardana
Di sepanjang jalan pesisir menuju Tarusan, Pesisir Selatan, aroma bakaran tercium di udara, wangi arang berpadu dengan bumbu kacang yang mulai mengental di atas bara. Asap tipis mengepul dari gerobak sederhana di tepi jalan, sementara pengunjung berkerumun, menunggu tusuk-tusuk sate berwarna cokelat keemasan matang sempurna. Mereka datang bukan untuk sate ayam atau sapi, melainkan untuk sate lokan, sajian khas Tarusan yang lahir dari air payau di muara sungai dan rawa pesisir.
Lokan, sejenis kerang air tawar (payau) yang hidup di lumpur halus di tepi sungai dan danau kecil sekitar Tarusan. Masyarakat setempat sudah lama memanfaatkan hasil alam ini sebagai sumber protein harian. Dulu, lokan direbus dan disajikan sederhana dengan sambal, namun lama-kelamaan mereka menemukan cara yang lebih menggoda, membakarnya di atas bara, lalu menyiramnya dengan bumbu kacang pedas manis khas Minangkabau. Dari sanalah lahir hidangan yang kini dikenal luas sebagai Sate Lokan Tarusan.
Proses pembuatannya masih mempertahankan cara-cara tradisional. Lokan dikumpulkan dari dasar rawa atau muara sungai saat air surut, lalu direndam agar lumpurnya keluar. Setelah dibersihkan dan direbus hingga cangkangnya terbuka, daging lokan dipisahkan satu per satu, pekerjaan yang membutuhkan kesabaran, sebab ukuran lokan kecil dan teksturnya mudah hancur. Daging yang sudah bersih kemudian ditusuk seperti sate biasa dan dibakar perlahan di atas arang kelapa. Sementara itu, di sisi lain, bumbu kacang dimasak hingga kental dengan campuran cabai giling, gula merah, dan sedikit air jeruk nipis untuk menambah kesegaran rasa.
Yang membuat Sate Lokan Tarusan begitu khas adalah perpaduan rasa gurih alami lokan dengan aroma asap arang dan bumbu kacang pedas-manis. Setiap gigitan terasa unik, lembut di dalam, sedikit kenyal di luar, dan diselimuti bumbu yang tajam tapi tidak berlebihan. Tak heran, hidangan ini menjadi favorit wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Mandeh dan sekitarnya. Banyak pengunjung mengaku baru pertama kali mencicipi sate dari kerang air payau, dan langsung jatuh cinta.
Meski kini Sate Lokan Tarusan mulai banyak ditemukan di berbagai daerah, cita rasa aslinya tetap tak tergantikan. Di Tarusan, proses memasaknya masih dilakukan dengan cara lama, tanpa kompor gas, tanpa alat modern. Bara arang tetap dijaga agar tidak terlalu panas, karena api besar bisa membuat lokan mengeras dan kehilangan rasa manis alaminya. Di warung-warung tepi jalan, penjual biasanya menyajikan sate ini dengan lontong atau ketupat, serta segelas teh hangat atau kopi kawa yang menambah suasana akrab di sore hari.
Lebih dari sekadar kuliner, Sate Lokan Tarusan adalah kisah tentang kearifan masyarakat pesisir yang mampu memanfaatkan sumber daya alam sekitarnya menjadi kekayaan rasa. Di tangan mereka, lokan hasil dari rawa dan muara berubah menjadi makanan yang bernilai ekonomi dan budaya. Dari aroma arang hingga suapan terakhir, Sate Lokan Tarusan mengingatkan kita bahwa kelezatan sejati sering kali lahir dari kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.
Jadi, jika suatu hari kamu melintasi jalur Padang–Tarusan dan melihat asap tipis di tepi jalan, berhentilah sebentar. Cobalah satu tusuk Sate Lokan hangat, rasakan daging kerang air payau yang manis gurih berpadu dengan bumbu kacang pedas. Di sanalah kamu akan paham mengapa makanan dari nagari kecil di pesisir barat Sumatera ini bisa menandingi kelezatan kuliner mana pun di negeri ini.
Editor : melatisan
Tag :#Sate Lokan
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
CANCANG KARANI: GULAI LANGKA MINANGKABAU YANG HANYA MUNCUL DI BARALEK GADANG
-
MENGINTIP DUNIA JAJANAN TRADISIONAL MINANGKABAU, DARI SINGKONG, KELAPA, HINGGA KACIMUIH YANG LEGENDARIS
-
KAREH-KAREH, KELEZATAN HANGAT DARI NEGERI BERSELIMUT KABUT
-
GULAI GAJEBO, KELEZATAN BERLEMAK DARI PUNUK SAPI YANG JADI ‘KASTA TERTINGGI’ GULAI PADANG
-
GULAI TAMBUNSU: MAHAKARYA USUS BERISI TELUR, REFLEKSI KESABARAN BUDAYA MINANGKABAU
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
DIMANA MUSEUM KOTA BUKITTINGGI?
-
"ANAK DARO" DIKLAIM KOPI KERINCI JAMBI OLEH ROEMAH KOFFIE, POTENSI PENCAPLOKAN BUDAYA MINANG PICU KONTROVERSI
-
MEMBUMIKAN KOPI MINANG: DARI SEJARAH 1840 HINGGA GERAKAN MENANAM KAUM
-
FWK MEMBISIKKAN KEBANGSAAN DARI DISKUSI-DISKUSI KECIL