HOME VIRAL UNIK

  • Senin, 15 Desember 2025

Nagari Tapakis: Gerbang Awal Islam Dan Identitas Pesisir Minangkabau

Nagari Tapakis
Nagari Tapakis

Nagari Tapakis: Gerbang Awal Islam dan Identitas Pesisir Minangkabau

Oleh: Andika Putra Wardana


Nagari Tapakis merupakan salah satu nagari penting di Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis, Tapakis berada di kawasan pesisir barat Sumatra yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Wilayahnya seluas sekitar 18 kilometer persegi, atau hampir setengah dari total luas Kecamatan Ulakan Tapakis. Posisi ini menjadikan Tapakis bukan sekadar nagari agraris, melainkan simpul strategis jalur laut, perdagangan, dan interaksi budaya sejak masa awal sejarah Minangkabau.

Secara administratif, Nagari Tapakis berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat Kecamatan Ulakan Tapakis, 17 kilometer dari ibu kota Kabupaten Padang Pariaman, dan kurang lebih 38 kilometer dari Kota Padang sebagai ibu kota provinsi. Jumlah penduduknya mencapai 5.177 jiwa, dengan komposisi perempuan sedikit lebih banyak dibanding laki-laki. Nagari ini terbagi ke dalam 14 korong, yakni Batang Gadang, Tiram Tapakis, Rimbo Karambia, Surau Kandang, Parit Tapakih, Batang Kambaru, Surau Duku, Kala Muntung, Lubuk Aro, Kampung Pauh, Kubu, Rawang, Kasai, dan Kabun. Struktur korong yang cukup banyak ini mencerminkan persebaran permukiman yang telah berkembang sejak lama dan mengikuti dinamika alam pesisir serta aliran sungai.

Namun, posisi Tapakis dalam sejarah Minangkabau tidak dapat dipahami hanya melalui data administratif. Nilai terpenting Tapakis justru terletak pada perannya dalam sejarah awal Islam di Minangkabau. Berbeda dari anggapan populer yang sering menempatkan Ulakan sebagai pusat tunggal, kajian sejarah menunjukkan bahwa Tapakis merupakan salah satu titik awal paling penting masuk dan berkembangnya Islam di pesisir Minangkabau. Sejak abad ke-14 hingga ke-17, wilayah pesisir barat Sumatra telah ramai disinggahi pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat. Dalam konteks inilah Tapakis menjadi lokasi strategis dakwah Islam awal di Minangkabau.

Tokoh sentral dalam proses ini adalah Syekh Madinah, seorang ulama yang berasal dari Timur Tengah dan menetap di Tapakis setelah melalui perjalanan panjang jalur laut Samudra Hindia. Di Tapakis, Syekh Madinah mendirikan surau yang menjadi pusat pendidikan Islam pertama di Minangkabau. Surau ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai institusi pendidikan, pembinaan moral, dan transformasi sosial masyarakat setempat. Dari surau inilah lahir murid-murid yang kelak menyebarkan Islam ke berbagai wilayah Minangkabau, termasuk Syekh Burhanuddin yang kemudian menjadikan Ulakan sebagai pusat lanjutan penyebaran Islam ke daerah darek.

Penting dicatat bahwa sebelum Islam masuk, masyarakat Tapakis masih berada dalam pengaruh kepercayaan Hindu-Buddha dan praktik keagamaan lokal. Masuknya Islam tidak terjadi melalui paksaan, melainkan melalui pendidikan surau, teladan akhlak, dan pendekatan tasawuf yang lunak. Proses ini secara perlahan mengubah struktur sosial, pola ekonomi, serta sistem nilai masyarakat Tapakis. Aktivitas keagamaan mulai terpusat di surau, adat diselaraskan dengan syariat, dan lahirlah pola relasi sosial yang kemudian dirumuskan dalam falsafah Minangkabau, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

Dari sisi ekonomi, masyarakat Tapakis sejak dulu menggantungkan hidup pada dua sektor utama, pertanian dan kelautan. Tanah pesisir yang subur mendukung pertanian padi dan tanaman pangan, sementara kedekatan dengan laut menjadikan sebagian masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Setelah masuknya Islam, terjadi perubahan etos kerja dan struktur ekonomi, di mana kegiatan perdagangan dan pendidikan agama berjalan berdampingan, terutama karena Tapakis menjadi titik persinggahan para penuntut ilmu dan pedagang Muslim.

Dengan demikian, menempatkan Tapakis hanya sebagai “satelit Ulakan” adalah penyederhanaan yang mengaburkan fakta sejarah. Tapakis justru merupakan fondasi awal yang memungkinkan Ulakan berkembang sebagai pusat Islam Minangkabau. Tanpa Tapakis dan Surau Syekh Madinah, jalur transmisi keilmuan dan spiritual yang melahirkan jaringan ulama Minangkabau kemungkinan besar akan mengambil bentuk yang berbeda.

Hari ini, Nagari Tapakis berdiri sebagai nagari pesisir yang menyimpan lapisan sejarah panjang dari pelabuhan dagang, pusat dakwah awal Islam, hingga nagari modern dengan struktur pemerintahan dan korong yang mapan. Tapakis bukan hanya ruang geografis, tetapi juga simpul peradaban yang berperan besar dalam membentuk wajah keislaman dan kebudayaan Minangkabau hingga kini.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :Nagari Tapakis, Pesisir Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com