HOME VIRAL UNIK

  • Jumat, 19 Desember 2025

Nagari Sintuak Sebagai Pusat Sejarah Perang Dan Museum Juang Milik Masyarakat

Pasa Talaok Baruak, Kearifan Lokal dan Wisata Budaya Unik Nagari Sintuak
Pasa Talaok Baruak, Kearifan Lokal dan Wisata Budaya Unik Nagari Sintuak

Nagari Sintuak sebagai Pusat Sejarah Perang dan Museum Juang Milik Masyarakat

Oleh: Andika Putra Wardana


Selain dikenal dengan wisata budaya, Nagari Sintuak juga memiliki nilai historis yang sangat kuat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Barat. Nagari ini menyimpan berbagai peninggalan penjajahan Jepang dan Belanda yang hingga kini masih terawat dan dilestarikan.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942–1945, Nagari Sintuak menjadi salah satu basis militer penting. Hal ini ditandai dengan keberadaan lapangan terbang tentara Jepang di Balai Usang. Selain itu, hingga kini masih ditemukan berbagai peninggalan fisik berupa Lubang Jepang yang tersebar di beberapa lokasi, seperti:

1. Lubang Jepang Ambacang I dan II

2. Lubang Jepang Simpang Tigo

3. Lubang Jepang Toboh Baru Sintuk II


Keberadaan situs-situs tersebut menegaskan posisi strategis Nagari Sintuak dalam sejarah militer di Padang Pariaman.

Salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah nagari ini adalah Perang Sintuak, yang terjadi pada Selasa, 7 Juni 1949. Dalam peristiwa tersebut, terjadi pembunuhan massal terhadap para pejuang kemerdekaan oleh tentara kolonial Belanda. Peristiwa ini lama tidak tercatat secara luas dalam sejarah nasional, meskipun dampaknya sangat besar bagi masyarakat setempat.

Untuk menjaga ingatan sejarah tersebut, masyarakat Nagari Sintuak secara swadaya mendirikan Museum Perang Sintuk pada tahun 2021. Bangunan museum merupakan hibah masyarakat dan dibangun pada tahun 1945, serta pernah digunakan sebagai pos pengamatan pejuang pada tahun 1948.

Museum ini didukung oleh Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA), Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Museum Adityawarman, pejuang veteran, dan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, dengan total bantuan sekitar Rp200 juta.

Hingga kini, museum telah mengoleksi sekitar 300 artefak, meliputi perlengkapan perang, uang lama, foto tentara Belanda, serta peralatan rumah tangga tempo dulu. Museum ini dikelola oleh Yayasan Perjuangan Rakyat yang telah memiliki badan hukum dan izin resmi, serta tergabung dalam Asosiasi Museum Indonesia Daerah.

Yang membedakan Museum Perang Sintuk dengan museum lainnya adalah statusnya sebagai museum juang milik masyarakat, satu-satunya di Indonesia yang lahir sepenuhnya dari inisiatif rakyat.

Selain museum, Nagari Sintuak juga memiliki Sanggar Nagari Sintuak, yang aktif melestarikan kesenian tradisional seperti Indang dan Ulu Ambek. Sanggar ini juga memproduksi film pendek dan drama sejarah, termasuk tentang Perang Sintuak, yang pernah dipentaskan hingga ke Taman Mini Indonesia Indah dalam ajang pergelaran seni budaya Padang Pariaman.


Nagari Sintuak memperlihatkan bahwa sejarah tidak selalu disimpan dalam buku teks atau institusi besar negara, tetapi juga hidup dalam ingatan kolektif masyarakat. Melalui Museum Perang Sintuk dan pelestarian situs sejarah, nagari ini menjadi contoh bagaimana masyarakat lokal mampu menjaga, merawat, dan mewariskan sejarah perjuangan kepada generasi muda.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :Nagari Sintuak. Pusat Sejarah Perang , Museum Juang, Masyarakat

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com