- Sabtu, 25 Oktober 2025
Keripik Sanjai: Dari Kampuang Wisata Sanjai Ke Warisan Budaya Indonesia
Keripik Sanjai: Dari Kampuang Wisata Sanjai ke Warisan Budaya Indonesia
Oleh: Andika Putra Wardana
Siapa sangka, camilan sederhana dari singkong bisa membawa nama Bukittinggi hingga ke tingkat nasional? Keripik Sanjai, si renyah pedas-manis yang melegenda, lahir bukan dari pabrik besar, melainkan dari dapur-dapur kecil di sebuah kawasan yang kini dikenal sebagai Kampuang Wisata Sanjai, di bagian utara Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Kisahnya dimulai sekitar tahun 1970-an, ketika beberapa perempuan setempat, kebanyakan ibu rumah tangga dan nenek-nenek di Kampuang Sanjai, mulai mengiris singkong tipis, menggorengnya di kuali besi besar, lalu menaburkan bumbu sederhana dari garam dan cabai giling. Keripik itu dijajakan di Pasar Atas Bukittinggi, dibungkus plastik bening tanpa label. Tapi rasa gurih dan pedasnya menular cepat dalam waktu singkat, keripik Sanjai jadi buah tangan wajib bagi siapa pun yang datang ke Bukittinggi.
Kini, setelah lebih dari lima dekade, Keripik Sanjai bukan sekadar camilan. Ia telah menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak tahun 2024, sebuah pengakuan resmi terhadap nilai budaya, tradisi, dan ekonomi lokal yang melekat di balik sepotong keripik singkong.
Ada tiga varian utama yang dikenal masyarakat:
1. Sanjai Tawar (tanpa bumbu, hanya garam dan minyak),
2. Sanjai Saka (asin gurih), dan
3. Sanjai Balado, varian paling terkenal, berwarna merah menyala, dibalut sambal cabai kering dan gula aren yang membuatnya pedas manis menggigit.
Setiap varian punya penggemar setia. Namun bagi banyak perantau Minang, keripik Sanjai balado bukan hanya makanan ringan, tapi rasa nostalgia yang renyah, simbol rindu pada rumah dan aroma dapur masa kecil.
Produksi keripik Sanjai kini berkembang pesat. Dari usaha rumahan sederhana, muncul puluhan bahkan ratusan UMKM yang menekuni industri ini. Kawasan Kampuang Wisata Sanjai di Bukittinggi kini dipenuhi deretan toko oleh-oleh dengan papan besar bertuliskan “Keripik Sanjai Asli Bukittinggi.” Pengunjung bisa melihat langsung proses penggorengan singkong di tungku, bumbu balado yang dimasak di kuali besar, hingga aroma khas minyak cabai yang menyelimuti udara.
“Kalau tak beli keripik Sanjai, belum sah ke Bukittinggi,” ujar salah seorang pedagang di Jalan Sanjai, sambil tersenyum. Kalimat itu bukan sekadar promosi, tapi semacam kesepakatan budaya tak tertulis antara warga dan pengunjung.
Selain sebagai oleh-oleh, keripik Sanjai juga menjadi penggerak ekonomi lokal. Ratusan warga menggantungkan hidup dari proses produksinya, mulai dari petani singkong di Agam dan Payakumbuh, pengupas, penggoreng, hingga pengepak. Dalam satu hari, puluhan kilogram singkong bisa diolah menjadi camilan yang dikirim ke berbagai kota di Indonesia, bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura.
Uniknya, di tengah modernisasi, sebagian besar pengrajin Sanjai masih mempertahankan cara tradisional, pengirisan manual, penggorengan dengan kayu bakar, dan pengadukan sambal balado dengan tangan. Bagi mereka, cita rasa sejati lahir dari kesabaran dan ketelatenan, bukan dari mesin.
Keripik Sanjai bukan sekadar soal rasa, tapi juga tentang identitas. Ia adalah hasil kerja tangan perempuan Minangkabau, simbol ketekunan, dan cermin ekonomi kreatif yang tumbuh dari budaya rumah tangga. Dari kampung kecil bernama Sanjai, camilan ini kini menembus pasar nasional, menjadi ikon rasa dan kebanggaan Bukittinggi.
Editor : melatisan
Tag :#Keripik Sanjai
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
TAK CUMA SALA LAUAK, INILAH SALA BARAIA: MASAKAN BERKUAH KHAS MALALO YANG LEGENDARIS
-
DADIAH: YOGURT TRADISIONAL MINANGKABAU YANG MENYATUKAN ALAM DAN RASA
-
DENDENG PUCUAK UBI: CITA RASA TRADISI DARI NAGARI KOTO RANAH, DHARMASRAYA
-
NAGARI CANDUANG: LERENG GUNUNG MARAPI & WARISAN RASA YANG BERTAHAN
-
BERAS AMPEK ANGKEK & TRADISI KULINER NAGARI BALAI GURAH: WARISAN RASA DI LEMBAH AGAM
-
BERMULA DARI LUHAK KE NEGERI ORANG MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA ALA PERANTAU MINANGKABAU
-
ILUSI KEBEBASAN; MEMBACA ULANG RUANG DIGITAL DAN RELASI TERSELUBUNGNYA
-
PENSIUNKAN SEMUA JENDERAL POLISI
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI