- Senin, 20 Oktober 2025
Dendeng Pucuak Ubi: Cita Rasa Tradisi Dari Nagari Koto Ranah, Dharmasraya
Dendeng Pucuak Ubi: Cita Rasa Tradisi dari Nagari Koto Ranah, Dharmasraya
Di tepian selatan Sumatera Barat, tepatnya di Nagari Koto Ranah, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya, hamparan sawah hijau membentang di bawah langit yang tenang. Angin membawa aroma tanah basah dan kayu bakar dari dapur-dapur rumah penduduk. Di sinilah, sebuah kuliner sederhana tapi istimewa lahir, Dendeng Pucuak Ubi, olahan daun singkong muda yang diolah seperti daging kering, gurih, pedas, dan menggugah selera.
Koto Ranah dikenal sebagai salah satu nagari agraris di Dharmasraya. Tanahnya subur, cocok untuk menanam padi, singkong, dan aneka tanaman kebun. Di sela ladang, tumbuh subur pucuk ubi, daun muda singkong yang menjadi bahan utama kuliner ini. Di tangan masyarakat setempat, bahan sederhana itu menjelma menjadi sajian istimewa, hasil kreativitas dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber alam sekitar.
Proses pembuatan dendeng pucuak ubi cukup panjang. Pucuk daun singkong segar dipetik pagi hari, dicuci bersih, direbus sebentar, lalu diberi bumbu halus dari cabai, bawang, ketumbar, dan garam. Setelah itu, daun yang sudah dibumbui dijemur di bawah terik matahari hingga kering, lalu digoreng atau disangrai. Hasilnya renyah di luar, tapi tetap menyimpan rasa daun dan rempah di dalamnya.
Berbeda dengan dendeng daging, Dendeng Pucuak Ubi lebih ringan dan tahan lama tanpa bahan pengawet, cocok untuk bekal perjalanan, oleh-oleh, atau hantaran bagi perantau.
Kini, Dendeng Pucuak Ubi telah menjadi produk unggulan Nagari Koto Ranah. Menurut data dari situs resmi Jadesta (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), kuliner ini termasuk dalam paket wisata budaya dan kuliner nagari. Banyak wisatawan yang datang untuk melihat langsung proses pembuatannya, dari ladang singkong hingga pengemasan oleh ibu-ibu nagari.
Produk ini bahkan telah dijual ke berbagai daerah di Sumatera Barat dan menjadi ikon kuliner Dharmasraya yang mencerminkan kesederhanaan, ketekunan, dan rasa syukur masyarakatnya.
Bagi warga Koto Ranah, dendeng pucuak ubi bukan sekadar lauk. Ia adalah simbol kesabaran dan kebersamaan. Saat membuatnya, biasanya ibu-ibu bekerja bersama, berbagi cerita sambil menjemur daun. Dalam setiap irisannya tersimpan filosofi hidup Minangkabau, bahwa kemewahan tidak harus datang dari yang mahal, tapi dari yang diolah dengan hati.
Jika kamu berkunjung ke Dharmasraya, sempatkan mampir ke Nagari Koto Ranah. Cicipi Dendeng Pucuak Ubi langsung dari tangan pembuatnya. Rasa gurihnya mungkin sederhana, tapi di baliknya ada kisah tentang tanah yang subur, tangan yang ulet, dan budaya yang tetap hidup di tengah zaman yang serba cepat.
Setiap gigitan bukan hanya soal rasa, tapi tentang bagaimana masyarakat menjaga warisan kuliner mereka dengan cinta dan kesetiaan pada alam.
Sumber:
Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI (Jadesta Sumbar), sumbar.jadesta.com/paket dendeng_pucuk_ubi;
Liputan6.com (2024) Olahan Dendeng Daun Singkong Khas Sumatera Barat, Wawancara pelaku UMKM setempat di Koto Ranah (dikutip melalui laporan Jadesta Kemenparekraf).
Editor : melatisan
Tag :#Dendeng Pucuak Ubi
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
KARUPUAK LEAK BUKITTINGGI: JAJANAN LEGENDARIS YANG TAK PERNAH LEKANG DI BAWAH JAM GADANG
-
KERIPIK SANJAI: DARI KAMPUANG WISATA SANJAI KE WARISAN BUDAYA INDONESIA
-
TAK CUMA SALA LAUAK, INILAH SALA BARAIA: MASAKAN BERKUAH KHAS MALALO YANG LEGENDARIS
-
DADIAH: YOGURT TRADISIONAL MINANGKABAU YANG MENYATUKAN ALAM DAN RASA
-
NAGARI CANDUANG: LERENG GUNUNG MARAPI & WARISAN RASA YANG BERTAHAN
-
SANKSI BERAT BAGI OLAHRAGA INDONESIA
-
BERMULA DARI LUHAK KE NEGERI ORANG MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA ALA PERANTAU MINANGKABAU
-
ILUSI KEBEBASAN; MEMBACA ULANG RUANG DIGITAL DAN RELASI TERSELUBUNGNYA
-
PENSIUNKAN SEMUA JENDERAL POLISI
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?