- Kamis, 23 Oktober 2025
Bermula Dari Luhak Ke Negeri Orang Memaknai Sumpah Pemuda Ala Perantau Minangkabau
Bermula dari Luhak ke Negeri Orang
Memaknai Sumpah Pemuda ala Perantau Minangkabau
Nayla Nur Muthia Az Zahra*
Setiap tanggal 28 Oktober, kita selalu diingatkan pada satu peristiwa besar yaitu Sumpah Pemuda. Momen ketika para pemuda dari berbagai daerah bersatu menyatakan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, bahasa Indonesia. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, semangat itu sebenarnya sudah lama hidup dalam darah sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk orang Minangkabau. Dari dulu, orang Minang dikenal punya semangat tinggi untuk belajar dan berjuang, bahkan kalau harus jauh dari kampung halaman. Tradisi itu disebut merantau, dan dari situlah semangat Sumpah Pemuda sebenarnya ikut tumbuh.
Karantau madang di hulu, babuah babungo balun
marantau bujang dahulu, di rumah baguno balun.
Artinya: sebelum berguna di kampung sendiri, pergilah merantau untuk menimba pengalaman.
Dalam budaya Minangkabau, ada istilah Luhak, yang berarti daerah asal atau tanah leluhur. Ada tiga Luhak utama, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota. Dari ketiga daerah inilah banyak lahir perantau perantau Minang yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru Nusantara, bahkan ke luar negeri. Mereka meninggalkan kampung, tapi tidak pernah meninggalkan nilai-nilai yang mereka bawa dari tanah asalnya yaitu nilai adat, agama, dan harga diri mereka sebagai orang Minang.
Kalau kita pikir-pikir, semangat Merantau ini mirip sekali dengan semangat para pemuda yang dulu berkumpul di Kongres Pemuda tahun 1928. Mereka datang dari berbagai daerah yang berbeda seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan sebagainya. Tapi mereka mau duduk bersama demi satu cita-cita besar yaitu Indonesia yang bersatu. Begitu juga dengan perantau Minang, mereka mungkin hidup di tanah orang, tapi hati mereka tetap satu, untuk membangun dan mengharumkan nama bangsa.
Bagi orang Minang, merantau bukan hanya soal meninggalkan kampung, tetapi tentang mencari ilmu pengetahuan dan penghidupan yang lebih baik lalu membawa hasilnya pulang untuk kemajuan nagari. Orang Minang percaya, pemuda yang berani keluar dari zona nyaman adalah mereka yang siap menjadi pemimpin dan pembawa perubahan.
Nilai-nilai inilah yang sangat sejalan dengan Sumpah Pemuda, karena keduanya sama sama menanamkan semangat persatuan dan perjuangan tanpa ada batas daerah. Kalau Sumpah Pemuda mengajarkan kita untuk keluar dari sekat kedaerahan dan bersatu dalam satu bangsa, budaya merantau mengajarkan anak Minang untuk keluar dari batas dirinya, belajar di luar, dan tetap membawa identitas budaya ke mana pun ia pergi.
“Dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang.”
Artinya, di mana pun kita berada, kita harus menghargai tempat itu, tapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sendiri.
Pepatah ini sejalan dengan nilai toleransi dan persatuan yang diikrarkan para pemuda pada tahun 1928. Orang Minang yang merantau bisa beradaptasi dengan banyak budaya tanpa kehilangan jati diri. Bukankah itu juga merupakan bentuk nyata dari semangat Sumpah Pemuda?
Kalau kita melihat sejarah, banyak tokoh penting dalam pergerakan nasional yang berasal dari Minangkabau. Contohnya seperti Muhammad Hatta, Agus Salim, dan Sutan Syahrir. Mereka bukan hanya sekedar tokoh besar, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana semangat Merantau bisa menjadi jalan perjuangan. Mereka belajar di luar negeri, tapi yang mereka pikirkan adalah bagaimana Indonesia bisa merdeka. Itu menunjukkan bahwa semangat Sumpah Pemuda bukan cuma diucapkan, tetapi juga dijalani.
Misalnya Muhammad Hatta, yang dikenal sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” yang lahir di Bukittinggi. Di perantauan, beliau tidak lupa asalnya, malah menjadikan ilmu yang ia pelajari sebagai cara untuk membangun bangsa. Inilah salah satu contoh bahwa pemuda Minang tidak hanya membawa nama daerah saja, tetapi juga membawa semangat persatuan nasional.
Sekarang, semangat itu memang tidak lagi berupa perjuangan fisik melawan penjajah, namun tantangannya tetap ada. Di masa kini, pemuda Minang menghadapi “penjajahan” yang berbeda yaitu arus globalisasi, budaya yang serba instan, dan rasa malas untuk bergerak.
Sebagai mahasiswa, apalagi yang berasal dari Sumatera Barat, kita bisa melanjutkan perjuangan itu dengan cara sederhana contohnya sepeti rajin belajar, mengiikut organisasi, atau melestarikan bahasa dan adat Minangkabau. Dengan begitu, semangat “dari Luhak ke negeri orang” tetap hidup, bukan hanya lewat nama, tapi juga lewat tindakan.
“Alam takambang jadi guru.”
Artinya, kita bisa belajar dari mana saja baik dari pengalaman, dari lingkungan, dan dari setiap langkah di rantau.
Pada akhirnya, merantau bukan berarti melupakan asal, tapi justru memperluas makna rumah. Begitu pula dengan Sumpah Pemuda, bukan hanya sekadar sejarah yang diingat setiap tanggal 28 Oktober, tapi juga semangat yang seharusnya hidup dalam diri setiap anak muda Indonesia.
Dari Luhak ke negeri orang, anak Minang telah membuktikan bahwa identitas dan persatuan bisa berjalan berdampingan. Di mana pun kita berada, kita tetap bagian dari satu bangsa yang besar, yaitu bangsa Indonesia.
Jadi, ketika langkah kita menapaki tanah rantau, jangan lupa, di setiap langkah itu ada semangat Sumpah Pemuda yang masih berdenyut. Karena menjadi pemuda bukan hanya soal umur, tapi soal keberanian untuk membawa perubahan.
*Mahasiswa Sastra Jepang FIB Unand
Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PELATIHAN KETERAMPILAN SOLID HAIRCUT, SULAM DAN PEMBUATAN CREATIVE DIGITAL PORTFOLIO SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN YOUNG TALENTPRENEUR PADA KELOMPOK KESETARAAN PAKET C DI NAGARI SUNGAI KAMUNYANG KABUPATEN 5
-
BERMULA DARI KIAS “KUSUIK SALASAI KARUAH JANIAH” HINGGA BEBERAPA BENTUK TURUNANNYA
-
KIASAN “SENI BERBAHASA HALUS DAN SYARAT MAKNA”
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
OPTIMALISASI PEMELIHARAAN ALAT KESEHATAN UNTUK TINGKATKAN KUALITAS LAYANAN RUMAH SAKIT
-
BERMULA DARI LUHAK KE NEGERI ORANG MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA ALA PERANTAU MINANGKABAU
-
ILUSI KEBEBASAN; MEMBACA ULANG RUANG DIGITAL DAN RELASI TERSELUBUNGNYA
-
PENSIUNKAN SEMUA JENDERAL POLISI
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI