- Senin, 20 Oktober 2025
Beras Ampek Angkek & Tradisi Kuliner Nagari Balai Gurah: Warisan Rasa Di Lembah Agam
Beras Ampek Angkek & Tradisi Kuliner Nagari Balai Gurah: Warisan Rasa di Lembah Agam
Oleh: Andika Putra Wardana
Di nagari yang sejuk dan hijau, Balai?Gurah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, udara pagi sering diselimuti kabut tipis. Sawah-ladang yang menanjak di lereng bukit berganti dengan kebun, dan di antara jalan kampung tampak tanda-tanda tradisi yang terus hidup, lesung kuno, alur irigasi batu, dan tawa anak-anak yang membantu panen. Di sini, bukan hanya pemandangan yang menarik, tetapi juga cita rasa yang tumbuh dari tanah, beras lokal yang hampir hilang, dan kuliner yang menuntut kerja tangan dan rasa sabar.
Warisan Beras Ampek Angkek
Varietas bernama Beras Ampek Angkek adalah salah satu warisan petani di Balai Gurah. Beberapa dekade lalu, varietas ini mulai kehilangan pamornya akibat masuknya benih unggul komersial. Namun, pada pertengahan 2020-an muncul gerakan revitalisasi di nagari ini untuk “membangkitkan kembali” beras ini sebagaimana ditulis bahwa “Lama Tenggelam, Beras Ampek Angkek Kembali Dibudidayakan”.
Beras Ampek Angkek tumbuh pada lahan sawah di lereng bukit dengan tanah vulkanik dan sistem irigasi tradisional. Hasilnya adalah beras dengan tekstur pulen, aroma khas, dan warna sedikit kecokelatan. Bagi masyarakat Balai Gurah, beras itu bukan sekadar bahan makanan, ia simbol keberlanjutan, identitas lokal, dan rasa kampung yang tak lekang.
Dari Sawah ke Meja Makan
Proses panennya sederhana namun memerlukan ketelitian, padi yang hampir menguning dipetik sesuai waktu, dijemur dengan hati-hati, lalu digiling menggunakan mesin tradisional atau dibantu komunitas penanam. Setelah itu, beras itu kembali ke dapur nagari dengan cerita dan harapan.
Dalam rumah gadang Balai Gurah, rantang nasi Ampek Angkek selalu disajikan pada acara adat, seperti pengangkatan penghulu atau hajatan kampung. Setiap suapan nasi terasa seperti kembalinya kampung ke meja makan perantau.
Kuliner yang Menghidupi Rasa
Karena beras ini spesial, kuliner-kuliner di nagari ini juga ikut ‘tertarik’ untuk menunjukkan keunikan. Misalnya, dalam acara adat, nasi Ampek Angkek sering disandingkan dengan gulai daging kampung, sayur paku, dan sambal lado hijau, menjaga keterhubungan antara alam, masakan, dan identitas.
Kenapa Balai Gurah Layak Dikenal
1. Letaknya strategis di Nagari Balai Gurah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
2. Data tahun 2018 menyebut nagari ini memiliki penduduk sekitar 6.212 jiwa dan luas wilayah ±6,76 km² (catatan lokal).
3. Budaya pertanian dan penanaman varietas lokal seperti Ampek Angkek menunjukkan bahwa kuliner dan alam di nagari ini tak bisa dipisahkan.
Jika kamu menjejak ke Balai Gurah, selain menyaksikan sawah dan kebun, sempatkanlah untuk mencicipi nasi Ampek Angkek yang baru digiling, atau datang pada hajatan kampung untuk merasakan bagaimana nasi itu berkolaborasi dengan masakan rumah gadang. Karena dalam tiap butirnya terkandung rasa rumah, rasa kampung, dan rasa masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi.
Sumber:
Harian Singgalang “Lama Tenggelam, Beras Ampek Angkek Kembali Dibudidayakan” (22/4/2025)
Blog “Padi Ampek Angkek dengan Teknologi BATAN” (2015)
Langgam.id – Profil Nagari Balai Gurah, Ampek Angkek (2018)
Editor : melatisan
Tag :#Beras Ampek Angkek
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
KARUPUAK LEAK BUKITTINGGI: JAJANAN LEGENDARIS YANG TAK PERNAH LEKANG DI BAWAH JAM GADANG
-
KERIPIK SANJAI: DARI KAMPUANG WISATA SANJAI KE WARISAN BUDAYA INDONESIA
-
TAK CUMA SALA LAUAK, INILAH SALA BARAIA: MASAKAN BERKUAH KHAS MALALO YANG LEGENDARIS
-
DADIAH: YOGURT TRADISIONAL MINANGKABAU YANG MENYATUKAN ALAM DAN RASA
-
DENDENG PUCUAK UBI: CITA RASA TRADISI DARI NAGARI KOTO RANAH, DHARMASRAYA
-
SANKSI BERAT BAGI OLAHRAGA INDONESIA
-
BERMULA DARI LUHAK KE NEGERI ORANG MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA ALA PERANTAU MINANGKABAU
-
ILUSI KEBEBASAN; MEMBACA ULANG RUANG DIGITAL DAN RELASI TERSELUBUNGNYA
-
PENSIUNKAN SEMUA JENDERAL POLISI
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?