HOME VIRAL UNIK

  • Minggu, 12 Oktober 2025

Wisata Rasa Di Tarusan: Menyelami Gulai Ambacang, Kalio Lokan, Dan Pinukuik Khas Pesisir Selatan

Wisata Rasa di Tarusan: Menyelami Gulai Ambacang, Kalio Lokan, dan Pinukuik Khas Pesisir Selatan

Oleh: Andika Putra Wardana


Di utara Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, ada sebuah daerah bernama Tarusan, kawasan pesisir yang diapit oleh laut biru dan perbukitan hijau. Dari sini, jalan menuju Mandeh berkelok-kelok di tepi pantai, memperlihatkan kampung nelayan, kebun kelapa, dan rumah-rumah panggung yang berdiri rapat di antara pohon pinang. Tarusan bukan sekadar tempat singgah menuju kawasan wisata Mandeh, tetapi juga salah satu pusat kuliner tertua di pesisir barat Sumatera Barat.

Setiap hari Selasa, Pasar Tarusan menjadi jantung kehidupan masyarakat. Pasar ini hanya buka sekali sepekan, tapi hiruk pikuknya cukup untuk menghidupkan satu nagari. Dari arah tepi jalan, aroma santan kental dan cabai tumis berpadu dengan wangi laut. Di sinilah, para perajin rasa mempertahankan tradisi kuliner yang diwariskan turun-temurun, pedas yang menggigit, gurih yang dalam, dan manis yang menenangkan.

Salah satu sajian yang wajib dicoba adalah Gulai Ambacang Ikan Karang, perpaduan antara ikan laut segar dengan buah ambacang, sejenis mangga hutan beraroma tajam. Ikan karang direbus bersama santan dan bumbu kuning, lalu ditambah ambacang yang memberi sentuhan asam alami. Hasilnya? Kuah kental yang berlapis rasa gurih, pedas, dan sedikit segar di ujung lidah. Masyarakat percaya, harmoni rasa ini hanya bisa lahir dari pertemuan laut dan daratan Tarusan, wilayah yang hidup dari dua sumber kehidupan sekaligus.

Dari arah sungai, muncul aroma Pangek Ikan Sungai Nyalo, olahan ikan air tawar yang dimasak tanpa santan, dengan bumbu merah dan cabai yang digiling kasar. Teksturnya lembut tapi pedasnya membekas lama. Pangek ini biasa disajikan saat acara keluarga atau alek nagari, simbol dari kerja keras dan gotong royong masyarakat pesisir.

Sementara di warung-warung kecil dekat pasar, wajan-wajan besar mengeluarkan aroma Kalio Lokan, kerang air payau yang dimasak lama hingga kuahnya mengental seperti rendang muda. Daging lokan yang kenyal berpadu dengan santan dan rempah menghasilkan rasa gurih alami laut. Kalio ini bukan sekadar lauk, tapi juga bukti kesabaran, dimasak perlahan, diaduk hati-hati, agar santan tak pecah dan rasa tetap utuh.

Namun perjalanan rasa di Tarusan tak lengkap tanpa Pinukuik Tarusan, kudapan manis yang menjadi ikon pasar tradisionalnya. Bentuknya seperti serabi kecil, dibuat dari campuran tepung beras, santan, dan gula merah, lalu dipanggang di atas tungku tanah liat. Wangi santan dan gula yang meleleh memenuhi udara. Pinukuik sering dibeli untuk bekal perjalanan atau oleh-oleh bagi keluarga di kampung sebelah. Satu gigitan menghadirkan rasa manis yang ringan, penutup sempurna setelah menyantap gulai dan pangek pedas khas Tarusan.

Kuliner Tarusan mencerminkan keseimbangan antara alam dan manusia. Dari laut mereka mendapat ikan, dari kebun mereka memetik ambacang, dan dari dapur mereka melahirkan rasa yang menyeimbangkan keduanya. Di sini, setiap masakan adalah cerita tentang kesabaran, kerja keras, dan cinta pada tanah sendiri. Tak heran, bagi banyak perantau Minang, mencium aroma gulai dari dapur Tarusan saja sudah cukup untuk mengobati rindu pada rumah.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Kalio Lokan

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com