HOME VIRAL UNIK

  • Kamis, 2 Oktober 2025

Sungai Pua: Dari Tradisi Bajamba Hingga Kuliner Khas Yang Sarat Makna

Sungai Pua: Dari Tradisi Bajamba hingga Kuliner Khas yang Sarat Makna

Oleh: Andika Putra Wardana


Di kaki Gunung Marapi, Kabupaten Agam, terdapat sebuah nagari bernama Sungai Pua. Letaknya tak jauh dari Bukittinggi, sekitar 15 menit perjalanan, namun suasananya terasa berbeda. Jalan-jalan kecil dikelilingi rumah-rumah tua, udara dingin khas dataran tinggi mengalun, dan dari kejauhan terdengar denting palu perajin serta bunyi alat tenun songket. Sejak masa kolonial Belanda, Sungai Pua dikenal sebagai nagari kriya, pusat ukiran kayu dan songket Minangkabau. Keterampilan ini bukan sekadar pekerjaan, tapi warisan budaya yang dijaga turun-temurun.

Namun, Sungai Pua tidak hanya menyimpan cerita tentang kriya. Ada sesuatu yang membuat nagari ini istimewa, tradisi kuliner yang selalu hadir di setiap momen penting masyarakatnya.

Tradisi Makan Bajamba

Siapa pun yang pernah menghadiri pesta adat di Sungai Pua pasti tahu suasana makan bajamba. Satu talam besar diletakkan di tengah, berisi nasi dan lauk lengkap. Orang-orang duduk melingkar, tanpa perbedaan status, menyuap dengan tangan, sambil bercakap hangat. Tradisi ini bukan hanya soal makan, melainkan simbol kebersamaan, kesetaraan, dan persaudaraan. Inilah cara masyarakat Sungai Pua menjaga ikatan sosial lewat makanan.

Kuliner Khas Sungai Puar

Dari suasana bajamba inilah kita bisa mengenal lebih dekat makanan-makanan khas Sungai Pua.

1. Rendang One Sungai Pua

Sejak 1980-an, keluarga besar di Sungai Puar menjaga resep rendang adat yang dikenal sebagai “Rendang One Sungai Pua.” Daging dimasak lama dengan santan dan rempah hingga kering, menghasilkan rasa pedas-gurih yang khas. Rendang ini bukan sekadar hidangan, tapi identitas yang diwariskan lintas generasi.

2. Limpiang

Dalam upacara kematian, masyarakat Sungai Pua selalu menyiapkan limpiang, kue tradisional berbahan tepung beras, kelapa parut, air kelapa, garam, dan sedikit vanila. Meski sederhana, limpiang punya makna mendalam, simbol penghormatan bagi yang telah pergi, serta doa bagi yang ditinggalkan.

3. Cangkuak Talua

Pasar tradisional Sungai Pua juga melahirkan hidangan unik bernama cangkuak talua. Terbuat dari telur yang dimasak dengan bumbu khas nagari, ia jadi santapan akrab masyarakat sehari-hari. Sederhana, tapi selalu menghadirkan rasa gurih hangat yang mengikat kebersamaan.

4. Cangkuak Jangek (Kerupuk Kulit)

Kuliner lain yang tak kalah terkenal adalah cangkuak jangek. Kerupuk kulit sapi yang diolah dengan cara khas ini punya tekstur renyah dan rasa gurih yang kuat. Di Sungai Pua, jangek bukan sekadar pelengkap, tapi makanan yang berdiri sendiri, sering hadir dalam jamuan adat maupun acara keluarga.

Solidaritas Lewat Rendang

Kuliner di Sungai Pua juga berfungsi sebagai bahasa sosial. Saat pandemi COVID-19, masyarakat nagari ini mengirim 500 kilogram rendang ke para perantau di Jakarta. Bagi mereka, makanan adalah cara menjaga hubungan dengan anak nagari di rantau, bukti bahwa rasa tidak hanya mengenyangkan, tapi juga mengikat hati.

Dari tradisi bajamba hingga rendang one, limpiang, cangkuak talua, dan jangek, Sungai Puar membuktikan bahwa kuliner adalah wajah kebudayaan. Makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga identitas, solidaritas, dan kebersamaan. Siapa pun yang datang ke Sungai Pua akan merasakan hal itu.

Sumber: Padek.jawapos.com, WestSumatra360.com, Kompas.com, Padek.co, Jurnal Minang


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Tradisi Bajamba

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com