HOME LANGKAN TINGKOK

  • Jumat, 20 Desember 2024

Silek Minangkabau: Perguruan Biruang Sati Sebagai Tempat Pembelajaran Dan Pengembangan Tradisi

Penulis: Khairunnisa Nabila
Penulis: Khairunnisa Nabila

Silek Minangkabau: Perguruan Biruang Sati sebagai Tempat Pembelajaran dan Pengembangan Tradisi

Oleh: Khairunnisa Nabila

Silek, sebagai seni bela diri tradisional Minangkabau, bukan hanya sekadar teknik pertarungan, melainkan juga sebuah simbol budaya yang mengandung nilai-nilai filosofis, spiritual, dan sosial yang mendalam. Salah satu perguruan yang telah mempertahankan dan mengembangkan silek Minangkabau selama puluhan tahun adalah Perguruan Biruang Sati, yang terletak di Nagari Kampuang Dalam, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat.

Sejarah dan Pendiri Perguruan Biruang Sati

Perguruan Biruang Sati berdiri sejak 47 tahun yang lalu dan didirikan oleh Basri B Rajo Basa. Perguruan ini telah menjadi tempat yang melahirkan banyak murid yang kini menyebarkan ajaran silek Minangkabau ke berbagai daerah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, Irman Jamal dan Gusman Rajo Kayo, perguruan ini terus berkembang dengan visi untuk melestarikan dan memperkenalkan silek kepada generasi muda, agar tradisi ini tidak punah ditelan zaman.

Struktur Organisasi Perguruan Biruang Sati Perguruan Biruang Sati memiliki struktur organisasi yang jelas untuk memastikan kelangsungan dan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Saat ini, ketua perguruan dipimpin oleh Yusri Latif, yang bertanggung jawab atas pengaturan dan pengawasan kegiatan pelatihan. Di bawahnya, terdapat sejumlah pelatih yang memiliki peran dalam mendidik dan membimbing murid. Salah satu pelatih yang sangat dihormati adalah Irman Jamal, yang sudah berpengalaman dalam mengajarkan silek dengan pendekatan yang bijaksana dan mendalam.

 

Guru Gadang dan Proses Pengangkatan Guru

Setiap perguruan silek memiliki figur penting yang menjadi panutan dan pusat ajaran bagi para murid. Di Biruang Sati, guru gadang atau guru pelatih utama adalah Wensindra (Pak Wen), seorang guru yang memiliki pengetahuan luas dan pengalaman dalam dunia silek. Proses pengangkatan guru di perguruan ini dilakukan melalui sebuah acara adat yang disebut urak balabek. Dalam acara ini, calon guru diuji oleh para murid dan peserta untuk memastikan bahwa ia pantas mengemban amanah sebagai seorang pengajar.

Persyaratan dan Prosedur Belajar Silek

Untuk menjadi murid di Perguruan Biruang Sati, ada sejumlah persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi. Berdasarkan penuturan Irman Jamal, calon murid harus membawa tiga benda yang memiliki makna khusus dalam tradisi silek Minangkabau: ayam, pisau, dan kain putih.

Ayam: Ayam yang dibawa akan disembelih dengan cara tertentu. Arah mati ayam menunjukkan bagaimana jalan hidup dan pembelajaran murid tersebut nantinya. Jika ayam mati dengan posisi yang tidak menghadap kiblat, ini menandakan bahwa murid tersebut harus berusaha lebih keras untuk mencapai puncak ilmu silek.

Pisau: Pisau yang dibawa murid merupakan simbol ketajaman pikiran dan kemampuan untuk menyerap ilmu. Pisau yang tajam melambangkan bahwa murid diharapkan cepat tanggap dan mampu menguasai ilmu yang diberikan.

Kain Putih: Kain putih melambangkan kesucian hati dan niat yang tulus. Hal ini mengingatkan setiap murid untuk menjaga kemurnian niat dalam belajar dan bertindak dengan baik selama proses pembelajaran.

Selain itu, ada pantang larang dalam perguruan ini, seperti larangan menikah dengan sesama anggota perguruan. Jika aturan ini dilanggar, maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dari perguruan.

Jurus-jurus Silek Minangkabau

Perguruan Biruang Sati mengajarkan berbagai jurus silek yang telah diwariskan turun-temurun, di antaranya:

Ilak Rabah, Lajang Patiang, Salai Salai, Kucikak, Simpia, Guntiang Tangan, Guntiang Kaki, Lajang Subalik, Langkah Tigo, Arak Kabau Gadang, Kuciang Galuik Mangkalai.

Setiap jurus ini tidak hanya melibatkan gerakan fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam, seperti keberanian, ketahanan, dan keharmonisan dengan alam.

 

Hambatan dan Tantangan dalam Pengembangan Perguruan

Tantangan terbesar yang dihadapi Perguruan Biruang Sati dalam mengembangkan ajaran silek adalah kesabaran dalam mendidik para murid. Pembelajaran silek tidak hanya mengandalkan fisik, tetapi juga memerlukan kedisiplinan, pemahaman, dan pembentukan karakter. Selain itu, salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal fasilitas seperti matras dan alat musik yang diperlukan dalam latihan dan pertunjukan.

 

Kesimpulan

Perguruan Biruang Sati merupakan tempat yang tidak hanya mengajarkan seni bela diri, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang bisa diambil dari tradisi Minangkabau. Dengan pengalaman lebih dari empat dekade, perguruan ini terus berkomitmen untuk melestarikan silek sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan diteruskan ke generasi mendatang. Meskipun ada berbagai tantangan dalam mengembangkan perguruan ini, semangat untuk mempertahankan tradisi dan mendidik dengan penuh tanggung jawab tetap menjadi motivasi utama bagi seluruh pengurus dan murid di Perguruan Biruang Sati.


Wartawan : Khairunnisa Nabila
Editor : melatisan

Tag :#Silek Minangkabau #Perguruan Biruang Sati

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com