- Jumat, 10 Oktober 2025
Nagari Sungai Tarab: Dari Warisan Kuliner Kumango Hingga Rendang Baluik Yang Legendaris

Nagari Sungai Tarab: Dari Warisan Kuliner Kumango hingga Rendang Baluik yang Legendaris
Oleh: Andika Putra Wardana
Di jantung Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, terbentang sebuah nagari bernama Sungai Tarab, tanah yang subur, lembahnya hijau, dan udaranya sejuk sepanjang tahun. Dari kejauhan, hamparan sawah berundak tampak seperti permadani yang menyelimuti perbukitan, sementara kabut tipis kadang turun di pagi hari, menutupi atap rumah gadang yang berdiri anggun di antara pepohonan. Sungai-sungai kecil mengalir jernih di sela kampung, menjadi sumber kehidupan bagi masyarakatnya yang sejak dulu hidup selaras dengan alam.
Nagari ini bukan sekadar titik di peta Minangkabau. Ia adalah ruang hidup yang menyimpan banyak lapisan cerita, tentang masyarakat yang teguh menjaga adat, tentang sejarah panjang kerajaan kecil dan ulama besar yang lahir di tanah ini, dan tentang kebanggaan terhadap tradisi kuliner yang diwariskan lintas generasi. Dari Sungai Tarab, terutama di Nagari Kumango, lahir beragam kuliner khas yang mewakili filosofi hidup orang Minang, sederhana tapi sarat makna, kuat tapi lembut, membumi tapi berkelas.
Orang-orang Kumango masih percaya bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang hubungan antara manusia, alam, dan waktu. Dari dapur-dapur tradisional mereka, dengan tungku kayu bakar dan suara lesung yang ritmis, lahirlah aroma sambal kacang yang menggoda, suara minyak berdesis di wajan, dan cerita-cerita lama yang berpadu dengan uap santan yang menebar harum. Semua itu menjadi bagian dari identitas nagari, menjadikan Sungai Tarab bukan sekadar tempat tinggal, tapi pusat rasa dan jiwa Minangkabau yang hidup hingga kini.
1. Pical Kumango
Kalau di Padang ada pical khas Pasar Gadang, maka di Sungai Tarab ada Pical Kumango yang tak kalah legendaris. Pical ini menyerupai gado-gado, terbuat dari rebusan sayuran segar seperti kacang panjang, tauge, dan kol, disiram sambal kacang kental yang gurih pedas. Namun yang membedakannya adalah aroma bawang goreng dan kerupuk padi yang jadi pelengkap wajib.
Konon, Pical Kumango sudah ada sejak masa kolonial Belanda, dijual di pasar nagari setiap pagi, dan kini menjadi ikon kuliner yang membuat banyak perantau rindu pulang.
2. Rendang Baluik
Sungai-sungai kecil yang melintasi nagari ini tidak hanya memberi air untuk sawah, tapi juga menghadirkan bahan utama kuliner khas: belut (baluik). Dari situlah lahir Rendang Baluik, rendang berbahan dasar belut yang dibakar terlebih dahulu sebelum dimasak dengan santan dan rempah. Tekstur dagingnya kenyal, rasanya pedas dan gurih dengan aroma asap yang khas, perpaduan antara teknik tradisional dan cita rasa alam. Rendang Baluik menjadi kebanggaan Sungai Tarab, bukti bahwa rendang Minang bukan hanya soal daging sapi, tetapi bisa lahir dari hasil bumi dan sungai setempat.
3. Buduek dan Kacang Gulo
Selain dua kuliner utama itu, Sungai Tarab juga punya dua hidangan rumahan yang tak kalah menarik, Buduek dan Kacang Gulo.
Buduek adalah campuran berbagai sayuran yang dimasak bersama santan ringan, sejenis urap versi Minang, biasanya disajikan pada acara keluarga atau makan bajamba. Sementara Kacang Gulo adalah kudapan manis yang terbuat dari kacang tanah diselimuti gula karamel. Camilan ini sering dijual di pasar nagari dan menjadi oleh-oleh khas bagi perantau yang pulang kampung.
Kuliner Sungai Tarab tumbuh dari alamnya yang subur dan tradisi masyarakatnya yang gotong royong. Sungai memberi belut dan sayur liar, ladang memberi cabai, santan, dan kelapa. Semua berpadu lewat tangan-tangan ibu nagari yang menjaga resep turun-temurun.
Bagi masyarakat Sungai Tarab, memasak bukan sekadar mengenyangkan, tapi bagian dari menjaga identitas dan sejarah. Setiap kali seseorang menyebut “Pical Kumango” atau “Rendang Baluik,” yang terbayang bukan hanya rasa, tapi juga suasana nagari, hangat, sederhana, dan penuh kehidupan.
Editor : melatisan
Tag :#Rendang Baluik
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
NAGARI SULIT AIR: NEGERI POS WESEL DAN RAHASIA KULINER KHASNYA
-
PADANG GANTIANG: NAGARI LEMBAH YANG MENYIMPAN RASA TRADISI
-
ALAHAN PANJANG, SWISS-NYA INDONESIA YANG MENYIMPAN DAPUR RAHASIA MINANGKABAU
-
PANINGGAHAN: MENYATU DENGAN DANAU, MENGHIDUPKAN RASA DARI BILIH HINGGA KOPI TUA
-
MENCICIPI GULAI KAPALO LAUAK DAN LANGKITANG CUCUIK KHAS TIKU
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
-
SEPAK TERJANG BUPATI ANNISA: MEMBANGUN PERADABAN DHARMASRAYA LEWAT PENDIDIKAN
-
DARI SUMATERA BARAT UNTUK INDONESIA: 80 TAHUN SUMATERA BARAT (1 OKTOBER 1945 - 1 OKTOBER 2025)
-
TENSI POLITIK OLAHRAGA NAIK JELANG MUSORPROV KONI SUMBAR, UPAYA INTERVENSI MENGKRISTAL