HOME VIRAL UNIK

  • Rabu, 1 Oktober 2025

Koto Gadang: Dari Kampung Intelektual Ke Dapur Tradisi Minangkabau

Ayam Lado Hijau
Ayam Lado Hijau

Koto Gadang: Dari Kampung Intelektual ke Dapur Tradisi Minangkabau

Oleh: Andika Putra Wardana


Di lereng Bukit Singgalang, Kabupaten Agam, berdiri sebuah nagari bernama Koto Gadang. Udara di sini sejuk, jalan-jalannya sempit, dan rumah-rumah tuanya masih berdiri megah dengan jendela lebar bergaya kolonial. Dari kejauhan, hamparan sawah membentang, sementara suara palu kecil terdengar dari bengkel perak di sudut nagari. Suasana Koto Gadang seperti menyimpan dua wajah, tradisi Minang yang kuat di satu sisi, dan modernitas yang lahir dari semangat belajar warganya di sisi lain.

Tak heran nagari ini dijuluki “kampung intelektual.” Dari Koto Gadang lahir sejumlah tokoh besar bangsa, salah satunya Sutan Syahrir, perdana menteri pertama RI yang keluarganya berasal dari nagari ini. Selain itu, Emil Salim, ekonom senior Indonesia, juga merupakan keturunan Koto Gadang. Nama-nama ini menjadi bukti bahwa pendidikan dan intelektualitas sudah mendarah daging di nagari ini sejak lama. Sekolah-sekolah modern di era kolonial banyak berdiri di sekitar Koto Gadang, membuka jalan bagi lahirnya generasi perintis republik.

Namun, Koto Gadang bukan hanya melahirkan pemikir. Nagari ini juga dikenal sebagai pusat kerajinan perak. Perajin lokal mengolah logam mulia menjadi perhiasan, miniatur rumah gadang, hingga peralatan ibadah. Kerajinan ini bukan sekadar sumber ekonomi, tapi juga bagian dari identitas, ketelitian, kesabaran, dan rasa seni yang diwariskan turun-temurun. Hingga kini, produk perak Koto Gadang masih menjadi buruan wisatawan yang datang ke Sumatera Barat.

Dan tentu saja, Koto Gadang juga punya jejak kuliner yang tak kalah kuat. Di dapur-dapur nagari ini, lahir hidangan khas yang sulit ditemukan di daerah lain. Ayam Lado Hijau Koto Gadang, misalnya, terkenal dengan rasa pedas segarnya. Ayam kampung dimasak bersama cabai hijau, bawang, dan sedikit jeruk nipis, menghasilkan rasa tajam namun ringan di lidah. Lalu ada Gulai Itiak Lado Ijau, olahan bebek dengan cabai hijau dan rempah yang aromanya khas, membuat siapa pun yang mencicipi ingin menambah nasi. Jangan lupa Taruok atau Ruwok, kue tart susu khas Koto Gadang yang lembut dan manis, biasa disajikan di acara penting dan menjadi kebanggaan ibu-ibu setempat.

Kuliner-kuliner ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia tumbuh dari budaya gotong royong dan interaksi masyarakat dengan alam sekitarnya. Ayam kampung dipelihara di halaman rumah, bebek diternakkan di sawah, sementara susu dan bahan-bahan kue diolah dari hasil ladang setempat. Setiap hidangan bukan hanya soal rasa, tetapi juga cerita tentang bagaimana Koto Gadang menjaga hubungan dengan tanah dan tradisinya.

Koto Gadang mengingatkan kita bahwa sebuah nagari bisa punya banyak wajah sekaligus. Ia melahirkan pemimpin bangsa, menjaga seni kerajinan, dan tetap mempertahankan cita rasa khas dapur Minangkabau. Dari bengkel perak hingga aroma ayam lado hijau di dapur rumah gadang, Koto Gadang adalah bukti bahwa tradisi, ilmu, dan kuliner bisa berpadu menjadi identitas yang hidup.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Koto Gadang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com