HOME LANGKAN TINGKOK

  • Selasa, 25 Maret 2025

Bajapuik: Tradisi Unik Pernikahan Minangkabau Di Pariaman Yang Sarat Makna

Bajapuik: Tradisi Unik Pernikahan Minangkabau di Pariaman yang Sarat Makna

Oleh: Andika Putra Wardana

Di tengah gemerlap budaya pernikahan modern, masyarakat Minangkabau di Pariaman masih setia melestarikan sebuah tradisi unik yang mungkin terdengar asing bagi banyak orang "Bajapuik". Berbeda dengan kebiasaan umum di mana pihak laki-laki yang melamar, dalam tradisi ini justru keluarga perempuan yang "menjemput" calon mempelai pria dengan memberikan sejumlah uang atau barang berharga. Namun, jangan salah paham—Bajapuik bukanlah transaksi jual-beli manusia, melainkan sebuah ritual penuh makna yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur masyarakat Minang.

Apa Itu Bajapuk?

japuik?Bajapuik adalah tradisi pra-nikah dalam adat Minangkabau di Pariaman, di mana keluarga calon mempelai wanita memberikan sejumlah uang atau barang bernilai ekonomis (seperti emas) kepada keluarga calon mempelai pria. Jumlahnya tidak sembarangan ia ditentukan berdasarkan gelar adat, pendidikan, dan pekerjaan sang calon suami. Semakin tinggi status sosialnya, semakin besar pula nilai Bajapuik-nya.

Tradisi ini bukanlah pengganti mahar (maskawin), karena dalam akad nikah, mempelai pria tetap wajib memberikan mahar kepada mempelai wanita sesuai syariat Islam. Bajapuik lebih merupakan bentuk penghargaan keluarga perempuan kepada keluarga laki-laki yang telah membesarkan anak mereka hingga siap menikah.

Asal-Usul dan Makna Filosofis

Bajapuik berakar dari sistem matrilineal Minangkabau, di garis keturunan dan harta warisan mengalir kepada pihak perempuan. Karena itu, keluarga perempuan memegang peran penting dalam pernikahan. Tradisi ini juga terinspirasi dari kisah Siti Khadijah yang melamar Nabi Muhammad SAW, menunjukkan bahwa inisiatif perempuan dalam pernikahan bukanlah hal yang tabu.

Selain itu, Bajapuik bertujuan untuk:

1. Mempererat hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak.
2. Menghormati jerih payah keluarga laki-laki dalam membesarkan anak mereka.
3. Menjaga tradisi turun-temurun sebagai bagian dari identitas budaya Pariaman.

Prosesi Bajapuik: Dari Awal Sampai Akad Nikah
Tradisi Bajapuik tidak dilakukan secara instan. Ada serangkaian tahap adat yang harus dilalui yaitu: 

1. Maantaan Asok/Marantak Tando: Keluarga perempuan mengunjungi keluarga laki-laki untuk berkenalan dan menyampaikan niat.
2. Batimbang Tando: Kedua keluarga berembuk untuk menentukan besaran Bajapuik dan bertukar cincin sebagai simbol kesepakatan.
3. Bakampuang Kampuangan: Musyawarah untuk menentukan hari pernikahan.
4. Manjapuik Marapulai: Keluarga perempuan "menjemput" calon mempelai pria dengan menyerahkan Bajapuik.
5. Akad Nikah: Dilaksanakan sesuai syariat Islam, dengan mempelai pria tetap memberikan mahar.
6. Baralek: Pesta pernikahan yang meriah.
7. Manjalang: Kunjungan silaturahmi antar-keluarga setelah pernikahan.
8. Manduo Jalang: Mempelai wanita menginap di rumah keluarga suami untuk mempererat hubungan.

Meski mulia, Bajapuik kerap disalahpahami sebagai bentuk "perdagangan manusia" atau pembalikan peran gender. Padahal, setelah menikah, suami tetap bertanggung jawab menafkahi keluarga sesuai ajaran Islam. Selain itu, tradisi ini bersifat fleksibel keluarga yang kurang mampu bisa menyesuaikan nilai Bajapuik atau bahkan hanya menjadikannya formalitas simbolis.

Bagi yang melanggar kesepakatan (misalnya membatalkan pernikahan tanpa alasan jelas), ada sanksi sosial seperti gunjingan masyarakat atau kewajiban mengembalikan Bajapuik dua kali lipat.

Di tengah era modern sekarang ini, tradisi ini tetap bertahan, meski tidak semua generasi muda Pariaman setuju. Mereka yang besar di perantauan cenderung lebih resisten karena terpapar nilai-nilai berbeda. Namun, bagi masyarakat Pariaman asli, Bajapuik adalah harga diri sebuah warisan yang harus dilestarikan sebagai penanda identitas budaya.

Bajapuik bukan sekadar ritual pernikahan, tetapi cerminan dari falsafah hidup orang Minang yaitu menghargai sesama, menjaga harmoni keluarga, dan menjunjung tinggi adat tanpa meninggalkan syariat. Di balik "uang japuik" yang sering disorot, tersimpan nilai-nilai luhur yang patut dipahami oleh generasi sekarang. Seperti pepatah Minang mengatakan: "Adaik basandi syara', syara' basandi Kitabullah" adat bersendikan syariat, dan syariat bersendikan Al-Qur'an.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Bajapuik #Tradisi Unik Pernikahan

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com