- Jumat, 11 Juli 2025
Silek Minangkabau, Bukan Sekadar Silat

Silek Minangkabau, Bukan Sekadar Silat
Oleh: Arif Rahman Hakim
Di balik gemuruh alam Minangkabau yang kaya akan adat, seni, dan tradisi, tersimpan sebuah warisan budaya yang tidak lekang oleh waktu salah satunya adalah silek, atau yang lebih dikenal sebagai silat Minangkabau. Lebih dari sekadar seni bela diri, silek merupakan manifestasi dari cara pandang orang Minangkabau terhadap hidup, kehormatan, dan hubungan sosial. Silek mewujudkan nilai-nilai luhur seperti martabat, kesabaran, daya tahan, dan kebijaksanaan dalam menangani perjuangan mental juga fisik dalam setiap langkah serta gerakanya.
Silek tidak hanya berkembang di gelanggang sebagai tempat latihan fisik, tetapi juga hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari sistem pendidikan adat. Hal ini diajarkan sejak usia muda sebagai kegiatan membangun karakter yang menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri serta orang lain. Keunikan silek terletak pada integrasinya dengan filosofi hidup Minangkabau yang menjunjung tinggi prinsip adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, menjadikannya tidak hanya sebagai seni gerak, tetapi juga sebagai jalan spiritual dan moral.
Di tengah arus modernisasi yang terus mengikis berbagai aspek budaya lokal, silek tetap bertahan dan mengalami revitalisasi. Ia tampil kembali dalam berbagai bentuk dari pertunjukan seni hingga pelatihan karakter di sekolah adat sebagai simbol identitas dan perlawanan terhadap pelupaan sejarah. Sejarah silek Minangkabau, prinsip-prinsip filosofisnya, dan pengaruhnya yang signifikan terhadap organisasi sosial dan budaya masyarakat Minang akan dibahas lebih rinci dalam artikel ini.
Berbeda dengan silat, silek melambangkan keharmonisan dan harga diri di antara orang Minangkabau. Silek Minangkabau mencakup beragam aliran, yang semuanya terinspirasi dari alam, sebagaimana dibuktikan oleh gagasan bahwa "alam takambang jadi guru." Cara berpikir ini konsisten dengan maknanya, yaitu belajar dari alam. Orang yang pandai silek di Minangkabau dinamakan pandeka(pandai aka).
Hal ini diartikan bahwa orang yang pasilek itu tidak hanya digunakan untuk langsung berkelahi saja, melainkan dipikirkan dulu apakah ini pantas untuk berkelahi atau tidak. Karena sifat orang Minang yang sulit dibaca dan kecerdasannya, maka dari itu orang Pasilek jarang terlihat.
Silek memang berkembang di Minangkabau, dan setiap silek memiliki aliran tertentu yang membentuk karakter di dalam gerak-gerak tersebut. Bentuk gerakan seseorang juga ditentukan oleh aliran silek ini. Cukup banyak aliran silek yang berkembang di Minangkabau yang mana terdiri dari silek tuo, silek harimau, silek sunua, silek kumango, silek staralak, silek pauh dan lain sebagainya. Dalam silek, kita biasanya mempelajari lebih dari sekadar gerakan; kita juga perlu memahami hal-hal tertentu, seperti pola langkah, bentuk langkah, dan malangkah.
Seseorang belajar melalui gerakan dalam basilek, tetapi setelah menguasainya, mereka akan mempelajari kaji (pelajaran) dalam silek. Komponen terpenting adalah kaji ini, yang berisi aliran, sejarah, dan bahkan tarekat dalam gerak silek. Islam sangat erat kaitannya dengan Silek di Minangkabau. Oleh karena itu, individu yang memahami silek akan memperoleh kaji yang nantinya akan mereka terapkan dalam silek mereka.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa silek masih menjadi bagian dari masyarakat Minangkabau, terutama saat ini. Namun, ini bukanlah kriteria utama, karena anak muda Minangkabau saat ini kurang familiar dengan adat istiadat mereka sendiri. Dalam masyarakat, silek tidak diragukan lagi merupakan budaya yang mengakar kuat. Oleh karena itu, generasi muda Minangkabau perlu dididik tentang adat istiadat silek yang masih dipraktikkan di masyarakat mereka. Penting untuk mengedukasi generasi muda tentang berbagai aspek silek Minangkabau.
Generasi muda Minangkabau saat ini jelas sudah mulai kurang memperhatikan tradisi ini, atau bahkan mungkin tidak menyadarinya. Silek sebenarnya adalah karakter orang Minangkabau sendiri. Karena kemajuan teknologi, masyarakat Minangkabau sekarang mungkin dengan mudah melupakan silek, baik di masa lalu maupun di masa kini. Orang-orang muda Minangkabau biasa belajar silek di surau, atau rumah ibadah. Karena sekolah informal ini, anak-anak Minangkabau saat itu sangat berbeda dari anak-anak sekarang.
Surau berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tidur bagi anak-anak muda yang berakal sehat dan telah mencapai masa pubertas karena akan tidak nyaman bagi mereka untuk tidur di rumah. Karena itu, pelajaran yang diberikan surau dan silek kepada populasi Minangkabau yang lebih muda saat ini sangat berbeda.
Anak muda Minangkabau saat ini jarang sekali belajar silek dan tidak lagi tidur di mushola atau surau. Perkembangan masyarakat Minangkabau di masa depan mungkin akan bergantung pada hal ini.
Berdasarkan kurikulum sebelumnya untuk belajar silek di surau, karakter anak-anak Minangkabau sudah jelas berbeda. Di Minangkabau, anak muda sekarang bersekolah di sekolah silek untuk menguasai bahasa. Kehadiran silek di Minangkabau sendiri berpotensi terdampak oleh hal ini.
Banyak anak muda Minangkabau telah kehilangan minat untuk belajar silek. Hanya sedikit orang yang benar-benar memuja adat istiadat ini. Tidak dapat disangkal bahwa anak-anak zaman sekarang tidak dapat diajak seperti dulu. sasaran-sasaran silek ini sepenuhnya dapat diterima, tetapi melihat keadaan sekarang ini kebanyakan sasaran silek itu sendiri jarang yang mempelajari lagi silek tradisional seperti halnya dulu, mungkin karena kebanyakan sekarang ini sudah berkembang silat laga dan kebanyakan perlombaan silek tidak menonjolkan lagi seni khas masing-masing daerahnya lagi tetapi sudah banyak mempertontonkan seni pertunjukan laga dimana yang kuat dan licik lah yang akan menang, ini juga harus menjadi pertimbangan bagi guru-guru silek tradisional dan juga sasaran silek yang berkembang saat ini dimana silek dan silat itu sangat berbeda.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan ketika suatu adat istiadat hilang. Selain sebagai identitas budaya, Silek merupakan ciri khas yang perlu diakui oleh pemerintah dan khususnya masyarakat Minangkabau. Meskipun silat laga, atau seni bela diri, dipelajari untuk olahraga, seni silek memiliki kekhasan tersendiri. Silek berfungsi sebagai alat bela diri bagi generasi muda Minangkabau untuk tinggal di negeri orang dan melestarikan budaya tradisional mereka, bukan hanya untuk adu kebolehan.
(Penulis Mahasiswa sastra Minangkabau Universitas Andalas)
Editor : melatisan
Tag :#Silek
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
BALIMAU BASAMO DALAM MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN DI NAGARI BIDAR ALAM
-
SALAWAT DULANG: HARMONI TRADISI MINANGKABAU MENGGEMA DI PANGGUNG INTERNASIONAL
-
GALEMBONG: PAKAIAN FUNGSIONAL DAN FILOSOFIS DALAM TRADISI MINANGKABAU
-
GOTONG ROYONG SEBAGAI CERMINAN KEARIFAN LOKAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA
-
MENJAGA WARISAN SILEK PAUH DI TENGAH KOTA: STUDI ATAS PERGURUAN SILATURRAHMI KALUMBUK
-
MUSIK SEBAGAI MOOD BOOSTER DI TENGAH KESIBUKAN
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU