- Sabtu, 29 Maret 2025
Pakaian Adat Bundo Kanduang Di Batipuah Baruah: Simbol Peran Dan Kearifan Perempuan Minangkabau
Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah: Simbol Peran dan Kearifan Perempuan Minangkabau
Pakaian adat tidak sekadar penutup tubuh, melainkan cerminan nilai budaya, status sosial, dan filosofi hidup suatu masyarakat. Di Minangkabau, pakaian adat bundo kanduang merupakan busana kebesaran yang dikenakan oleh perempuan terhormat yang memimpin urusan domestik dalam kaumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Srimutia Elpalina dan tim di Batipuah Baruah, Tanah Datar, mengungkap kekayaan makna di balik setiap unsur pakaian ini.
Bundo Kanduang: Pemimpin Perempuan yang Dihormati
Bundo kanduang bukan sekadar sebutan untuk perempuan biasa. Menurut Bu Am, salah satu narasumber penelitian, "Bundo kanduang adalah perempuan tertua dalam suku yang bertanggung jawab atas urusan domestik dan pendidikan anak kemenakan. Ia harus bijaksana, sabar, dan mampu menjadi mediator dalam kaumnya."
Istilah bundo kanduang sendiri memiliki beragam interpretasi. Seperti dijelaskan oleh Mak Katik, tokoh adat setempat, "Ada tiga versi: versi cerita kaba, versi perempuan Sumatra Barat, dan versi masyarakat adat Minangkabau. Namun, dalam adat, ia adalah pemimpin perempuan yang setara dengan pangulu (pemimpin laki-laki)."
Unsur dan Makna Pakaian Bundo Kanduang
Pakaian adat bundo kanduang di Batipuah Baruah terdiri dari beberapa bagian, masing-masing dengan simbol dan filosofi yang mendalam:
1. Tingkuluak (Tutup Kepala)
Berbentuk menyerupai tanduk kerbau atau atap rumah gadang, tingkuluak terbuat dari kain songket dan dihiasi rumbai emas. Sebelum dipakai, kepala dialasi dengan kain samiri berbentuk segi empat lima warna. Bu Nun, seorang bundo kanduang, menjelaskan, "Kain samiri melambangkan kesucian dan kesiapan seorang pemimpin untuk menjalankan tugasnya."
2. Baju Kuruang Basiba
Baju longgar dari beludru ini dihiasi benang emas dan tidak berkancing. "Leher yang lepas simbol kelapangan dada, sementara siba (jahitan longgar) menggambarkan kemampuan bundo kanduang menyatukan perbedaan," kata Bu Am.
3. Kodek (Rok)
Terbuat dari kain songket atau balambak (sulaman benang emas), kodek dipakai hingga mata kaki dengan belahan di belakang. Mak Katik menegaskan, "Ini melambangkan kesopanan dan keteguhan dalam menjalankan peran."
4. Salempang (Selendang)
Diselempangkan dari bahu kanan ke rusuk kiri, selendang songket ini melambangkan tanggung jawab bundo kanduang dalam mengayomi keluarga dan kaumnya.
5. Perhiasan
- Kalung Pinyaram: Menyerupai kue tradisional, simbol kemakmuran.
- Kalung Kudo-Kudo: Berbentuk tapal kuda, melambangkan kekuatan.
- Galang Gadang (Gelang Besar): "Mengingatkan bahwa segala tindakan ada batasnya," ujar Bu Nun.
6. Alas Kaki
Tidak ada ketentuan khusus, tetapi Mak Katik menekankan, "Yang penting substansinya: bundo kanduang harus tetap berpijak pada adat dan kebenaran."
Pelestarian di Tengah Perubahan Zaman
Penelitian ini mengingatkan pentingnya mendokumentasikan pakaian adat sebelum maknanya tergerus zaman. Seperti disampaikan Bu Am, "Generasi muda harus paham, ini bukan sekadar busana, tapi identitas kita." Sementara Mak Katik menambahkan, "Dinas Budaya perlu menginventarisasi dan mempromosikan nilai-nilai ini melalui pendidikan dan pariwisata."
Pakaian adat bundo kanduang adalah mahakarya budaya Minangkabau yang sarat makna. Pelestariannya bukan hanya tugas pemangku adat, tetapi juga seluruh masyarakat. Dengan memahami simbol-simbol ini, kita turut menjaga warisan leluhur yang agung.
Editor : melatisan
Tag :#Pakaian Adat #Bundo Kanduang
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PALASIK DAN PSIKOLOGI KETAKUTAN KOLEKTIF MASYARAKAT MINANGKABAU
-
PALASIK: BAYANG-BAYANG GELAP DI BALIK TERANG ADAT MINANGKABAU
-
KESEIMBANGAN GENDER DALAM SISTEM MATRILINEAL MINANGKABAU
-
FILSAFAT DAN NILAI SOSIAL DI BALIK IRAMA GANDANG SILEK MINANGKABAU
-
PANTUN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ORANG MINANG
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
DIMANA MUSEUM KOTA BUKITTINGGI?
-
"ANAK DARO" DIKLAIM KOPI KERINCI JAMBI OLEH ROEMAH KOFFIE, POTENSI PENCAPLOKAN BUDAYA MINANG PICU KONTROVERSI
-
MEMBUMIKAN KOPI MINANG: DARI SEJARAH 1840 HINGGA GERAKAN MENANAM KAUM
-
FWK MEMBISIKKAN KEBANGSAAN DARI DISKUSI-DISKUSI KECIL