- Sabtu, 29 Maret 2025
Menyibak Demokrasi Dalam Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau
Menyibak Demokrasi dalam Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau
Di tengah gemuruh wacana tentang demokrasi modern, ternyata masyarakat Minangkabau telah mempraktikkan nilai-nilai demokrasi secara turun-temurun melalui arsitektur Rumah Gadang. Bangunan ikonik dengan atap bagonjong (bergonjong) ini bukan sekadar rumah adat biasa, melainkan ruang hidup yang sarat filosofi kebersamaan dan kesetaraan.
Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung dalam Jurnal Soshum Insentif mengungkap fakta mengejutkan. "Sebanyak 70% area Rumah Gadang merupakan ruang terbuka tanpa sekat," tulis Muhammad Azhar Faturalman dkk. Ruang lepas ini sengaja dirancang untuk memfasilitasi musyawarah dan kegiatan komunal. Hanya 30% sisanya yang digunakan sebagai kamar tidur, menunjukkan betapa masyarakat Minang mengedepankan kepentingan bersama.
"Lihatlah tiang-tiang penyangganya yang miring," kata seorang tetua adat di Batusangkar saat kami berkunjung. "Bukan tanpa alasan. Ini membuat rumah tetap stabil saat gempa, seperti juga musyawarah kami yang tetap teguh menghadapi perbedaan pendapat." Penjelasan ini sejalan dengan temuan Gantino Habibi (2018) tentang sistem antisemik Rumah Gadang.
Yang lebih unik lagi adalah sistem kepemilikan. "Rumah ini diwariskan dari ibu ke anak perempuan," ujar Srikandi, seorang perempuan Minang yang kami temui di Payakumbuh. Sistem matrilineal ini ternyata menjadi fondasi demokrasi Minang, di mana perempuan memiliki peran sentral dalam pengambilan keputusan.
Proses musyawarah di Rumah Gadang pun sangat khas. Menurut catatan penelitian, terdapat tiga tahap musyawarah: tingkat keluarga inti di ruang depan, tingkat kaum di ruang tengah, dan tingkat nagari di ruang utama. "Semua suara didengar, dari yang paling muda hingga tetua adat," papar seorang ninik mamak yang enggan disebutkan namanya.
Di era digital ini, nilai-nilai demokrasi Rumah Gadang justru semakin relevan. Beberapa kabupaten di Sumatera Barat mulai mengadopsi prinsip arsitekturnya untuk balai pertemuan modern. "Kami ingin memadukan kearifan lokal dengan kebutuhan kontemporer," ujar Kepala Dinas PUPR salah satu kabupaten.
Namun tantangan tetap ada. "Anak muda sekarang lebih tertarik pada apartemen modern," keluh seorang pengrajin ukiran Rumah Gadang di Bukittinggi. Meski demikian, nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam setiap sudut Rumah Gadang tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi bangsa yang sedang belajar berdemokrasi.
Editor : melatisan
Tag :#Arsitektur Rumah Gadang #Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PALASIK DAN PSIKOLOGI KETAKUTAN KOLEKTIF MASYARAKAT MINANGKABAU
-
PALASIK: BAYANG-BAYANG GELAP DI BALIK TERANG ADAT MINANGKABAU
-
KESEIMBANGAN GENDER DALAM SISTEM MATRILINEAL MINANGKABAU
-
FILSAFAT DAN NILAI SOSIAL DI BALIK IRAMA GANDANG SILEK MINANGKABAU
-
PANTUN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ORANG MINANG
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
DIMANA MUSEUM KOTA BUKITTINGGI?
-
"ANAK DARO" DIKLAIM KOPI KERINCI JAMBI OLEH ROEMAH KOFFIE, POTENSI PENCAPLOKAN BUDAYA MINANG PICU KONTROVERSI
-
MEMBUMIKAN KOPI MINANG: DARI SEJARAH 1840 HINGGA GERAKAN MENANAM KAUM
-
FWK MEMBISIKKAN KEBANGSAAN DARI DISKUSI-DISKUSI KECIL