- Minggu, 29 Juni 2025
Bara Katajam Ladiang,Labiah Tajam Muluik Manusia: Sebuah Pribahasa Minangkabau

Bara Katajam Ladiang,Labiah Tajam Muluik Manusia: Sebuah Pribahasa Minangkabau
Oleh:Mutia Fadillah
Pribahasa Minangkabau "Bara katajam ladiang,labiah tajam muluik manusia" merupakan ungkapan atau pribahasa minangkabau yang mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat minangkabau.
Ungkapan pribahasa "Bara katajam ladiang, labiah tajam muluik manusia" merupakan cerminan pemahaman mendalam masyarakat minangkabau tentangberbahasa dan pentingnya berhati-hati dalam berbicara.
Ladiang adalah sebuah pisau tradisional masyarakat minangkabau yang dikenal denganketajamannya digunakan sebagai perumpamaan untuk menggambarkan sesuatu yang tajamnya bisa melukai seseorang secara fisik.
Namun pribahasa ini mengungkapkan bahwa setajam-tajamnya ladiang lebih tajam mulut manusia, ini menunjukkan bahwa luka yang ditimbulkan darikata-kata dapat lebih sakit dari pada luka fisik.
Luka fisik mungkin bisa disembuhkan dengan pengobatan alami tapi luka batin tidak bisa disembuhkan oleh apapun jenis obatnya, karena luka batin yang ditimbulkan oleh kata-kata yangkeluar dari mulut manusia yang manyakitkan hati dan batin secara kata-kata yang menyakitkan dapat meninggalkam bekas yang permanen pada diri seseorang.
Dalam masyarakat minangkabau yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan kesopanan,maka dari itu kita sesama manusia harus saling menjaga perkataan kita karena kata-kata yangkeluar dari mulut kita sendiri yang dapat menyinggung atau menyakiti orang lain dapat menimbulkan pertengkaran atau permusuhan antara kita dengan orang lain.
Pribahasa juga mencerminkan pemahaman mendalam dalam tentang komunikasi manusiakarena bahasa bukanlah sekedar alat untuk menyampaikam informasi tetapi juga alat untukmengekspresikan emosi dan mempengaruhi prilaku kita sendiri.
Kata-kata dapat meningkatkan semangat, membangun kepercayaan dan sebaliknya kata-kata juga dapat menyakiti atau menyinggung seseorang yang dapat menimbulkan perselisihan dan menghancurkan diri seseorang.
Dalam masyarakat minangkabau yang di mana peranperempuan sangat penting dalam menjaga keharmonisan keluarga, pribahasa ini memiliki maknayang sangat luas karena perempuan berperan penting dalam menjaga silahturahmi antara masyarakat sekitar.
Perempuan minangkabau diajarkan untuk berkata-kata yang bijak dan sopan karena kata-kata mereka dapat mempengaruhi suasana hati keluarga dan dengan kata-katanya bisamengajarkan anak-anak untuk berbicara yang sopan dan santun.
Pribahasa minangkabau mengajarkan tentang pentingnya berkata-kata yang baik danyang sopan ketika berbicara dengan seseorang supaya tidak menyakiti hati seseorang
Dalam pribahasa "bara katajam ladiang,labiah tajam muluik manusia" ini mengartikan bahwa setajam-tajamnya ladiang tapi lebih tajam mulut manusia yang mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas di dengar atau yang dapat melukai hati seseorang karena ucapan dari mulut manusia itu sangatlah sakit yang melukai hati dan jiwa manusia.
Pribahasa ini juga relavan dalam konteks dunia digital dan di media sosial kata-kata dapat menyebar dengan sangat cepat dan sangat luas. Sebuah kata-kata yang dikeluarkan yangtidak dipikirkan secara matang dapat menimbulkan reaksi negatif yang besar dan bahkanberdampak hukum. Oleh karena itu pribahasa ini menjadi semakin relevan dalam meningkatkankita akan pentingnya berkomunikasi di media sosial atau dunia maya.
Dalam konteks budaya minangkabau yang kaya akan nilai-nilai luhur, pribahasa ini menjadi bagian dari dari pendidikan karakter. Sejak kecil, anak-anak minangkabau diajarkan untuk menghormati orang tua dan menjaga sopan santun,mengunakan bahasa atau kata-kata yang baik dan santun.
Pribahasa ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga etika berkomunikasi dan menggunakan bahasa sebagai alat untuk membangun silahturahmi bukan menghancurkan hubungan antara masyarakat sekitar.
Pribahasa ini mengajarkan bahwa jika kita berbicara dengan seseorang maupun orang itu lebih tua dari kita atau lebih kecil dari kita hendaknya kita berbicara dengan lemah lembut dan dengan kata-kata yang baik begitupun kalau berbicara dengan anak-anak kecil karena mulut atau perkataan kita lah yang mengajarkan kepada anak-anak untuk berbicara dengan sopan dan santun.
Mulut seseorang dapat menjadi asal muasal pertikaian atau pertengkaran antara keluarga atau masyarakat sekitar karena lisan atau mulut seseorang lebih berbahaya dari apapun.
Dalam islam juga diajarkan bahwa sangat ditekankan pentingnya menjaga lisan dari ucapan yang buruk. Al -Qur'an dan hadits banyak berisi peringatan tentang bahaya lisan seseorang karena betapa tajamnya kata-kata yang dapat melukai hati dan merusak hubungan sesama manusia. Islam juga mengajarkan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas setiap ucapannya di hadapan Allah SWT , kata-kata yang keluar dari mulut kita akan dimintai pertanggung jawaban kelak diakhirat.
Dalam situasi tertentu diam lebih baik dari pada berbicara, jika kita tidak yakin akan kebenaran dari ucapan kita lebih baik diam untuk menghindari pertingkaian oleh kata-kata yang kita keluarkan dari mulut kita sendiri.
Islam lebih memuji orang yang bisa menjaga ucapannya dengan baik, ucapan yang bisa menenangkan hati seseorang dari pada ucapan yang menyakiti hati seseorang. Menjaga lisan bukan hanya menghindari yang buruk tetapi juga aktif dalam berbuat baik melalui lisan kita sendiri seperti memberi nasehat kepada seseorang.
Maka dari itu kita harus saling menjaga ucapan atau perkataan kita yang membuat hati seseorang terluka karena ucapan yang keluar dari mulut kita yang menyinggung atau melukai seseorang itu sangat susah untuk di obati karena kata-kata itu yang membuat permusuhan antara kita sesama manusia.
Pribahasa "Bara katajam ladiang, lebih tajam mulut manusia" bukanlah sekadar ungkapan kuno yang usang. Pribahasa ini merupakan warisan budaya Minangkabau yang tetap relevan hingga saat ini dan bahkan semakin relevan di era digital yang penuh tantangan.
Pribahasa ini mengajarkan kita tentang kekuatan kata-kata, pentingnya tanggung jawab dalam berkomunikasi, dan nilai-nilai luhur yang harus dijaga dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami dan menghayati makna pribahasa ini, kita dapat membangun komunikasi yang lebih efektif, harmonis, dan penuh kasih sayang.
Ketajaman ladiang mungkin dapat melukai fisik, tetapi ketajaman mulut manusia mampu melukai jauh lebih dalam, dan bijaksana dalam menggunakannya adalah kunci untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis.
(Penulis Mahasiswa Satsra Minangkabau, Universitas Andalas)
Tag :#Pribahasa #Ketajaman Ladiang
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
BUKAN CUMA REBAHAN: CARA PRODUKTIF MENGISI LIBURAN SEMESTER
-
4 LAGA BERSAMA PATRICK KLUIVERT, INDONESIA MASIH MENCARI JATI DIRI.
-
RAGU
-
EFEK DOMINO PERANG KAMANG DALAM TEROPONG PERLAWANAN MASYARAKAT SUMATERA BARAT MENENTANG KOLONIALISME BELANDA
-
NGALAU BUNIAN DI LINTAU BUO UTARA: MISTERI GUA YANG MENGUNDANG MITOS,DUNIA GHAIB DAN KEPERCAYAAN TERHADAP MAKHLUK HALUS ATAU ROH
-
BARA KATAJAM LADIANG,LABIAH TAJAM MULUIK MANUSIA: SEBUAH PRIBAHASA MINANGKABAU
-
BUKAN CUMA REBAHAN: CARA PRODUKTIF MENGISI LIBURAN SEMESTER
-
4 LAGA BERSAMA PATRICK KLUIVERT, INDONESIA MASIH MENCARI JATI DIRI.
-
RAGU
-
EFEK DOMINO PERANG KAMANG DALAM TEROPONG PERLAWANAN MASYARAKAT SUMATERA BARAT MENENTANG KOLONIALISME BELANDA