- Senin, 13 Oktober 2025
Mamak Dan Kemenakan: Keseimbangan Peran Dalam Sistem Matrilineal Minangkabau

Mamak dan Kemenakan: Keseimbangan Peran dalam Sistem Matrilineal Minangkabau
Oleh: Avina Amanda
Meskipun sistem kekerabatan Minangkabau menempatkan perempuan sebagai pewaris utama, laki-laki tetap memiliki posisi penting dalam menjaga keseimbangan sosial. Dalam sistem matrilineal, laki-laki tidak kehilangan peran, tetapi menjalankannya dalam konteks yang berbeda, sebagai mamak, pelindung dan pembimbing bagi keluarga pihak ibu.
Mamak: Penjaga dan Pembimbing
Mamak adalah paman dari pihak ibu, yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keponakan dan keluarga besar. Ia bertugas mendidik, melindungi, dan memastikan nilai-nilai adat tetap dijalankan. Dalam banyak kasus, mamak berperan lebih aktif dalam membimbing keponakan laki-laki dibandingkan ayah kandung, karena sistem ini menempatkan tanggung jawab sosial dalam lingkup keluarga ibu.
Hubungan antara mamak dan kemenakan (keponakan) dianggap suci dan simbolik. Mamak tidak hanya menasihati, tetapi juga menjadi teladan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Ia memastikan keseimbangan antara nilai adat dan agama, serta menghubungkan generasi tua dan muda dalam satu ikatan kekerabatan yang kuat.
Peran Laki-laki Setelah Menikah
Dalam budaya Minangkabau, laki-laki yang menikah biasanya tinggal di rumah istrinya, sebuah praktik yang disebut eksogami. Hal ini mencerminkan fleksibilitas sosial dan penghormatan terhadap peran perempuan sebagai penjaga pusaka. Meski demikian, laki-laki tetap bertanggung jawab terhadap kaum ibunya dan diharapkan bijaksana dalam membagi perhatian antara keluarga istri dan keluarga asal.
Seorang laki-laki Minangkabau ideal digambarkan dalam pepatah adat:
“Karajo di padang nan luas, pikiran di rumah nan gadang.”
Maknanya, seorang mamak harus mampu bekerja keras di luar, tetapi tetap memikirkan kesejahteraan keluarganya di rumah.
Nilai Kearifan dan Keseimbangan Gender
Sistem matrilineal Minangkabau menunjukkan bagaimana perempuan dan laki-laki saling melengkapi. Perempuan menjadi penjaga tradisi dan kesejahteraan rumah tangga, sedangkan laki-laki menjadi penegak nilai, pelindung, dan penghubung sosial. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, keduanya saling menopang dalam harmoni yang telah bertahan selama berabad-abad.
Nilai gotong royong, musyawarah, dan penghormatan terhadap adat memperkuat struktur sosial ini. Pengelolaan harta pusaka bukan soal kekuasaan, tetapi soal tanggung jawab moral terhadap generasi berikutnya.
Sistem matrilineal Minangkabau adalah bukti bahwa masyarakat tradisional dapat mencapai keseimbangan sosial dan kesetaraan gender tanpa harus kehilangan akar budayanya. Dalam keseharian, perpaduan peran perempuan sebagai penjaga dan laki-laki sebagai pembimbing menciptakan harmoni yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Minangkabau hingga kini.
Editor : melatisan
Tag :#Matrilineal Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
KETIKA NAMA MENYIMPAN CERITA: MENYELAMI KEARIFAN MINANGKABAU MELALUI KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK
-
INDERAPURA, SIGUNTUR, DAN ALAM JAMAL: KERAJAAN PESISIR DAN GUNUNG YANG MENYIMPAN JEJAK KEJAYAAN
-
STRATEGI KEJAYAAN SULTAN GEGAR ALAMSYAH: DIPLOMASI, DAGANG, DAN KEMANDIRIAN
-
ARSITEKTUR RUMAH GADANG: KEINDAHAN, KEKUATAN DAN KEARIFAN LOKAL
-
PEREMPUAN SEBAGAI PILAR UTAMA DALAM SISTEM MATRILINEAL MINANGKABAU
-
KONFLIK POLITIK DI INDONESIA: CERMIN KETEGANGAN SOSIAL ATAU KEGAGALAN DEMOKRASI?
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
-
SEPAK TERJANG BUPATI ANNISA: MEMBANGUN PERADABAN DHARMASRAYA LEWAT PENDIDIKAN
-
DARI SUMATERA BARAT UNTUK INDONESIA: 80 TAHUN SUMATERA BARAT (1 OKTOBER 1945 - 1 OKTOBER 2025)
-
TENSI POLITIK OLAHRAGA NAIK JELANG MUSORPROV KONI SUMBAR, UPAYA INTERVENSI MENGKRISTAL