HOME OPINI OPINI

  • Sabtu, 4 Oktober 2025

Sepak Terjang Bupati Annisa: Membangun Peradaban Dharmasraya Lewat Pendidikan

Penulis: Assoc. Prof. Dodi Widia Nanda
Penulis: Assoc. Prof. Dodi Widia Nanda

Sepak Terjang Bupati Annisa: Membangun Peradaban Dharmasraya Lewat Pendidikan

Penulis: Assoc. Prof. Dodi Widia Nanda 
(Dosen Universitas Dharmas Indonesia)

Sebelum menyigi potret Pendidikan Dharmasraya di tangan Bupati Annisa Suci Ramadhani, izinkan penulis terlebih dahulu menguraikan relasi fluktuatif dengan putri dari Bupati definitif pertama Kabupaten Dharmasraya ini. 

Annisa Suci Ramadhani, awalnya, nama ini tidak pernah masuk dalam radar percaturan politik Dharmasraya. Apalagi, untuk maju sebagai orang nomor wahid di Kabupaten mekar ini. Tetapi sungguh tak dinyana, pada kisaran bulan Juli tahun 2024, namanya tiba-tiba mencuat. Mengikis secara perlahan nama-nama usang yang beredar. Kalau tidak mau disebut politisi status quo. 

Pertama kali menyimak profil Annisa dari salah satu “ring satunya”, penulis sangat antusias. Selain berusia muda, rekam jejak pendidikan dan pekerjaannya juga mentereng. Ia menyandang gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia dan Master Hukum dari Columbia Law School, Columbia University. Pengalaman profesionalnya juga tidak main-main. Selain aktif sebagai pengacara, ia juga sempat menjadi staf khusus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan staf khusus di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Menurut penulis, ini paket lengkap dan punya modal yang mumpuni sebagai pendobrak “kebiasaan lama” yang membosankan. Mendekati kontestasi, penulis semakin yakin dengan kemampuannya. Bahkan, penulis sudah sempat bergabung dalam grup Pemenangannya. Apalagi, waktu itu, calon kompetitornya adalah wajah lama, yang menurut penulis sudah tidak relevan dengan irama kekinian. 

Akan tetapi, konstelasi politik waktu itu berubah drastis. Berduet dengan Leli Arni, politisi senior, pasangan ini justru “memilih” berhadapan dengan Kotak Kosong. Secara aturan, ini legal dan sah-sah saja dilakukan. Tapi, bagi penulis, kontestasi itu harus menghadirkan pilihan yang beragam kepada masyarakat. Hingga akhirnya, penulis memilih jalan yang berseberangan. Tak peduli apa pun hasil akhirnya. 

Hasil percaturan politik pun akhirnya bisa ditebak, duet yang populer dengan sebutan ASLI ini melenggang mulus dan dilantik oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, pada 20 Februari 2025 di Istana Negara, Jakarta.

Selepas itu, penulis tetap memperhatikan gerak-gerik kepemimpinan Bupati Perempuan pertama di Sumatera Barat ini, terutama ihwal pendidikan. Bagaimana tidak, sebelumnya, potret pendidikan di Kabupaten mekar ini benar-benar memprihatinkan. Padahal ini adalah sektor vital dalam menderek kemajuan suatu daerah, bahkan negara. Boleh dikatakan, oleh predecessornya, belum ada terobosan-terobosan afirmatif yang dilakukan. Pendidikan hanya dipandang sebatas pembangunan fisik. Padahal, meskipun kurikulum pendidikan ditentukan oleh pusat, pemerintah daerah tetap punya ruang dan wewenang untuk berkreasi. Contohnya, dengan mengkreasikan program-program tambahan yang bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas guru maupun siswa. Hal fundamental seperti ini abai dilakukan oleh pendahulu Bupati Annisa. 

Padahal, mengacu kepada Semboyan Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara; ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang artinya: di depan menjadi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan dorongan. Semangat ini seharusnya harus dimiliki oleh seluruh elemen. Tidak hanya guru dan orang tua, tetapi juga peran aktif dari pemerintah. Apalagi dengan kurikulum pendidikan yang masih diseragamkan dari pemerintah pusat, maka peran pemerintah daerah sangat penting untuk berkreasi guna menyesuaikan kebutuhan guru dan siswa dengan realitas sosial yang ada. Ini tentu berbeda jauh dengan negara-negara seperti Finlandia, Kanada dan Swiss, yang memberikan otonomi yang sangat besar bagi pemerintahan lokal dan sekolah mereka untuk menerapkan adaptasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Hal-hal mendasar seperti di atas memang tidak bisa dipahami oleh semua pemimpin di daerah. Atau bisa jadi, masih banyak pemimpin daerah yang enggan berinvestasi besar di dunia pendidikan. Bagi kebanyakan politisi, mungkin, pamer beton-beton besar dan gedung pencakar langit jauh lebih penting dibandingkan fokus dengan dunia pendidikan. Pendidikan itu investasi jangka panjang dan hasilnya tidak akan langsung terlihat. Ini berbeda dengan membangun infrastruktur fisik. Hasilnya langsung tampak dan bisa dijadikan “bahan pamer” untuk maju di periode berikutnya. 

Tetapi, menurut penulis, Bupati Annisa berbeda dengan para pendahulunya. Ia berani tampil beda. Latar belakang pendidikan dan pengalaman memang tidak bisa bohong. Ditambah dengan niat tulus yang dimilikinya, Bupati Annisa mau dan mampu memotret “ruang kosong” di dunia Pendidikan Dharmasraya.

Bagaimana tidak, baru menjabat seumur jagung, selama kurang lebih 7 Bulan, ia sudah mencetus beberapa program andalan pendidikan. Pertama, ia meresmikan Program Pengembangan Kompetensi Guru Bahasa Inggris (PKGBI). Hasil kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Dharmasraya dan Lembaga Internasional Pearson. Tujuan dari program ini jelas, memberikan kesempatan besar bagi guru-guru untuk upgrade kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki. Ini tidak hanya penting untuk transfer knowledge kepada siswa, tetapi juga sebagai modal berharga dalam menyongsong Generasi Emas Dharmasraya yang berdaya saing global.

Kreasi kedua yang ditelurkan adalah Program Beasiswa Dharmasraya Juara 2025. Tak tanggung-tanggung, program ini menyasar 2.000 siswa dan memberikan pelatihan kepada 30 guru SD dan SMP negeri-swasta di Kabupaten Dharmasraya. Menariknya, melalui program ini, Bupati Annisa mampu menjawab kegelisahan kronis penulis selama ini, yakninya tentang terbatasnya akses bimbingan belajar kredibel yang ada di daerah. Sehingga, lewat program ini, dikucurkan beasiswa senilai Rp 1,2 miliar guna pemerataan kesempatan pendidikan berkualitas bagi generasi masa depan Dharmasraya.

Bagi penulis sendiri, ini bukan sekadar program, tetapi sebagai Langkah awal untuk menancapkan legacy gemilang bagi generasi penerus. Jika kita mengacu kepada konsep pendidikan kritis oleh Paulo Freire, Aktivis Pendidikan asal Brasil, esensi dari pendidikan itu adalah menghadirkan kesadaran kritis di masyarakat. Pendidikan itu harus melibatkan dialog interaktif antara guru dan siswa. Tujuannya adalah untuk memahami realitas sosial yang ada. Maka, menarik untuk ditunggu, gebrakan-gebrakan ciamik berikutnya dari Bupati jebolan Negara adikuasa ini. I’m looking forward to it!


Tag :#Opini #Bupati Dhatmasraya

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com