- Minggu, 9 Maret 2025
Keunikan Bahasa Dipenghujung Sumatra Barat

Keunikan Bahasa Dipenghujung Sumatra Barat
Oleh: Yuzi Febriani
Sumatra Barat bukan hanya terkenal dengan keindahan alam, kekayaan kuliner, dan tradisi adatnya yang kuat, tetapi juga dengan keberagaman bahasa yang menjadi ciri khas setiap daerahnya. Salah satu bahasa yang menarik untuk dibahas adalah Bahasa Tapan, yang digunakan di daerah Tapan, khususnya di Binjai Tapan.
Tapan merupakan sebuah kampung yang terletak di penghujung wilayah Sumatra Barat dan termasuk dalam Kabupaten Pesisir Selatan. Bahasa Tapan memiliki keunikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan bahasa atau dialek lain di Sumatra Barat. Bahkan, bagi orang yang baru pertama kali mendengarnya, Bahasa Tapan bisa terdengar sangat unik dan berbeda. Perbedaan yang mencolok dalam Bahasa Tapan bisa terlihat dari perubahan bunyi pada akhir kata atau pada huruf-huruf tertentu.
Di Binjai Tapan, ada pola pengucapan khusus yang berlaku dalam situasi dan konteks tertentu, yang membuat bahasa ini semakin unik dan menarik untuk dipelajari. Berikut ini adalah beberapa ciri khas dalam Bahasa Tapan yang menjadi identitas dari masyarakat Tapan.
Salah satu ciri khas Bahasa Tapan yang cukup menonjol adalah perubahan bunyi pada akhir kata yang berakhiran huruf 'i'. Di Binjai Tapan, kata-kata yang diakhiri dengan huruf 'i' sering kali berubah menjadi bunyi 'ing'. Misalnya, nama “Yuzi” akan diucapkan menjadi “Yuzing” oleh masyarakat setempat. Namun, perubahan ini tidak selalu berlaku untuk semua kata berakhiran 'i'. Terkadang, perubahan tersebut bergantung pada situasi, konteks pembicaraan, atau penekanan tertentu yang ingin disampaikan oleh penutur.
Perubahan seperti ini dapat menyebabkan kebingungan bagi pendatang yang tidak terbiasa dengan Bahasa Tapan. Meski begitu, bagi masyarakat setempat, perbedaan ini adalah hal yang wajar dan sering kali menjadi bagian dari identitas serta kebanggaan kita dalam berbicara dengan bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri.
Selain perubahan akhiran 'i' menjadi 'ing', Bahasa Tapan juga memiliki kekhasan lain yang cukup mencolok, yaitu perubahan bunyi huruf 'r' menjadi 'gh'. Contohnya, kata “terong” akan diucapkan sebagai “teghuang”. Hal ini memberikan nuansa yang berbeda pada pengucapan Bahasa Tapan dibandingkan dengan bahasa atau dialek lainnya di Sumatra Barat. Bunyi 'gh' ini mungkin terdengar unik bagi orang yang baru mendengarnya, tetapi bagi masyarakat Tapan, perubahan ini adalah hal yang umum dan menjadi bagian dari gaya berbicara sehari-hari. Penggunaan bunyi 'gh' ini memberi ciri khas tersendiri bagi Bahasa Tapan dan sering kali menjadi salah satu alasan mengapa bahasa ini terdengar unik bagi masyarakat luar Tapan.
Selain perubahan pada akhiran 'i' dan huruf 'r', Bahasa Tapan juga memiliki ciri khas pada pengucapan bunyi vokal 'a' yang sering kali berubah menjadi 'u'. Misalnya, kata “iya” dalam Bahasa Indonesia akan berubah menjadi “iyu” dalam Bahasa Tapan. Perubahan ini juga bergantung pada konteks dan kebiasaan penutur, sehingga tidak semua kata yang memiliki bunyi 'a' akan berubah menjadi 'u'. Meski demikian, perubahan ini cukup sering terjadi dalam percakapan sehari-hari di Tapan dan memberikan keunikan tersendiri pada bahasa mereka.
Perubahan bunyi 'a' menjadi 'u' ini mungkin terdengar sepele, namun sebenarnya memiliki dampak besar dalam membedakan Bahasa Tapan dengan bahasa atau dialek lainnya di Sumatra Barat. Perbedaan pengucapan ini juga memberikan warna pada Bahasa Tapan, sehingga bahasa ini terasa lebih kaya dan memiliki ciri khas yang kuat.
Salah satu hal yang menarik dari Bahasa Tapan adalah bahwa perubahan bunyi atau pengucapan kata-kata tertentu tidak selalu bersifat mutlak. Terkadang, perubahan tersebut bergantung pada situasi, konteks, dan tujuan pembicaraan. Misalnya, perubahan dari 'i' menjadi 'ing' atau dari 'a' menjadi 'u' mungkin lebih sering digunakan dalam situasi santai atau percakapan sehari-hari. Namun, dalam situasi formal atau ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati, masyarakat Tapan mungkin memilih untuk menggunakan bahasa dengan pengucapan yang lebih baku atau standar. Selain itu, Bahasa Tapan juga dipengaruhi oleh budaya serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat. Kebiasaan untuk merubah bunyi pada kata-kata tertentu bisa jadi merupakan hasil dari perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi dengan bahasa atau dialek lain di sekitarnya, atau bahkan sebagai bentuk identitas lokal yang ingin dipertahankan oleh masyarakat Tapan.
Keunikan Bahasa Tapan tidak hanya sekadar variasi dalam pengucapan kata-kata, tetapi juga mencerminkan identitas dan jati diri masyarakat Tapan. Bahasa adalah salah satu elemen penting dalam kebudayaan, dan dengan mempertahankan Bahasa Tapan, masyarakat Tapan secara tidak langsung juga melestarikan budaya mereka. Bahasa Tapan menjadi salah satu cara masyarakat untuk mempertahankan keunikan lokalitas mereka di tengah arus globalisasi yang terus menggerus keberagaman bahasa daerah.Tidak hanya itu, Bahasa Tapan juga menjadi salah satu daya tarik bagi orang luar yang tertarik mempelajari budaya Sumatra Barat. Bagi para wisatawan atau pendatang yang berkunjung ke Tapan, mendengar Bahasa Tapan yang unik ini bisa menjadi pengalaman yang menarik dan membuat mereka semakin mengenal kekayaan budaya Indonesia, terutama Sumatra Barat.
Bahasa Tapan, dengan segala keunikannya, merupakan bagian dari kekayaan budaya Sumatra Barat yang patut dijaga dan dilestarikan. Perbedaan pengucapan yang khas, seperti perubahan akhiran 'i' menjadi 'ing', huruf 'r' menjadi 'gh', serta bunyi 'a' yang berubah menjadi 'u', memberikan warna tersendiri pada Bahasa Tapan dan menjadikannya berbeda dari bahasa atau dialek lainnya. Meskipun mungkin terdengar aneh atau sulit dipahami bagi orang yang baru mendengarnya, Bahasa Tapan merupakan cerminan dari identitas masyarakat Tapan dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang mereka miliki. Dengan memahami dan menghargai Bahasa Tapan, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Bahasa Tapan adalah salah satu contoh bagaimana bahasa daerah di Indonesia tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menjaga dan mempertahankan identitas serta kearifan lokal.
(Penulis: Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas Padang)
Editor : melatisan
Tag :#Opini #Bahasa
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
TANAH SURGAWI YANG MENANGIS
-
RATAP NELAYAN DI BALIK TIRAI LAUT
-
GARUDA YANG TERPASUNG
-
FUNGSI FATIS KALIMAIK TANYO BAHASO MINANGKABAU
-
MAAJAAN BAHASO MINANGKABAU KA URANG ASIANG
-
TRADISI MAANTA PABUKOAN KE RUMAH MINTUO DI PESISIR SELATAN: WARISAN BUDAYA RAMADAN MINANGKABAU
-
TRADISI PACU KUDO: AJANG SILATURAHMI DAN TRADISI BERKUDA DI PAYAKUMBUH
-
MERAJUT KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN: REFLEKSI DARI TADARUS PUISI & PAMERAN PUISI EKSPERIMENTAL
-
BEBERAPA MITOS YANG DIPERCAYAI MASYARAKAT MINANGKABAU SEBELUM MENINGGALNYA KERABAT/ORANG TERDEKAT
-
SIKAP TOLERANSI DAN RASA TOLONG MENOLONG DI BULAN SUCI YANG PENUH BERKAH