HOME SOSIAL BUDAYA KOTA PADANG

  • Kamis, 10 Januari 2019

Empat Level Pemaknaan Bahasa Minangkabau

Dr Silvia Rosa, M.Hum
Dr Silvia Rosa, M.Hum

Padang (Minangsatu) - Selain sarat makna, banyak kiasan dan berpantun, ternyata  bahasa Minangkabau mempunyai empat level pemaknaan. Yakni makna tersurat, tersirat, tersuruk dan tersyarak.

Demikian rangkuman pendapat pemerhati bahasa, sastra dan budaya Minangkabau dari Universitas Andalas,  Dr Silvia Rosa, M.Hum. yang diwawancarai Minangsatu, Kamis (10/1). 

Saat ditanya apakah hanya bahasa Minangkabau yang punya empat level pemaknaan itu, Silvia Rosa mengatakan, "Kalau menurut saya, masing-masing bahasa tentu punya keunikannya. Kita tahu bahwa bahasa adalah cerminan dari sistem berfikir manusia. Apabila bahasa Minangkabau dapat dimaknai atas empat level sebagaimana disebutkan, itu artinya demikian detilnya  pola pikir suku bangsa Minangkabau itu dalam berkomunikasi ketika memandang manusia dan dunia semestanya yang terbentang di sekitarnya," tukas Silvia Rosa.

Lebih jauh, Silvia Rosa menguraikan, orang Minangkabau penting sekali memelihara sikap kehati-hatianya dalam berkomunikasi, supaya tidak terjadi salah makna, salah persepsi, dan juga salah dalam menilai manusia. Hal ini penting sekali dijaga oleh orang Minang karena prinsip egaliter yang dianut oleh mereka dalam memandang sesama manusia.

"Prinsip egaliter ini membuat seseorang  amat penting menjaga harga dirinya dan juga orang lain. Konsekwensi dari prinsip demikian, etika berbahasa mesti dikontrol dan dijaga dengan arif. Bahasa Minangkabau memberi ruang untuk kearifan tersebut. Terutama, dalam penggunaan bahasa Minangkabau ragam tinggi, sebagaimana lazim dijumpai dalam sastra, seremoni adat Minangkabau" ujarnya.

Sedangkan berkenaan dengan empat level pemaknaan itu, Silvia Rosa membenarkannya. Dia berpendapat bahwa prinsip empat level pemaknaan ini terutama bersumber dari kearifan dan kebijaksanaa lokal orang Minangkabau dalam berkomunikasi.

"Hal ini akan sinkron nantinya jika kita mencoba memahami bahasa Minangkabau ragam tinggi dengan berpijak pada perspektif Stilistika  atau ilmu gaya bahasa, maka akan bertemu pemaknaan bahasa Minangkabau dengan kategori empat level tersebut," tukasnya lebih lanjut.

Adapun tentang contoh empat level pemaknaan itu, Silvia Rosa menyebutkan umumnya ditemui dalam pepatah petitih, dan juga dalam pantun. Dan itu perlu pengkajian yang mendalam, "Jika dikaji dan dianalisis dengan konsep stilistika, baru dapat makna tersurat, tersirat, tersuruk dan tersyarak itu," katanya.

Selain itu, dikatakan pula, ada dua ragam bahasa Minangkabau, yakni ragam biasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, dan ragam tinggi yang banyak ditemukan dalam bahasa adat dan sastra Minangkabau. 

"Ragam tersebut sangat kaya dengan unsur stilistika atau gaya bahasa. Misalnya kias, dan juga kata bersayap," tutur dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas (Unand) itu.

Stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa. Kata Silvia Rosa, jika dipandang dari ilmu stilistika, maka bahasa Minangkabau adalah gudangngya etika, estetika, pola pikir, ideologi, harga diri, dan sekaligus konsep malu yang sangat dijunjung tinggi oleh orang Minangkabau. "Ini khususnya ditemui dalam bahasa Minangkabau ragam tinggi," tukuknya. 

Ditegaskan, dalam bahasa Minangkabau ragam tinggi itulah terkandungnya identitas dan ideologi serta falsafah hidup orang Minangkabau. (te)


Wartawan : te
Editor :

Tag :Bahasa Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com