BPNB-SAKO-Satu Pena Sumbar Gelar Seminar Budaya Matrilineal

Padang (Minangsatu) - Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat berkolaborasi dengan Satu Pena Sumbar dan Yayasan SAKO Minangkabau menyelenggarakan Seminar Budaya Matrilineal dengan tema “Literasi dan Konstruksi Peran dalam Merawat Matrilineal”. 

Seminar sebagai kegiatan dalam rangka road to Matrilineal Festival and The International Minangkabau Literacy Festival 2023 itu diselenggarakan pada Sabtu (10/9), bertempat di Aula BPNB Jl. Raya Belimbing Nomor 16A Kuranji, Kota Padang. 

Dalam hantaran katanya, Kepala BPNB Sumatera Barat, Undri, S.S., M.Si. menyampaikan bahwa aktifitas kebudayaan tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, oleh karena itu BPNB merangkul semua stake holder penggerak pemajuan kebudayaan. Saat ini BPNB merangkul Yayasan SAKO Minangkabau yang sangat concern terhadap matrilineal dan Satu Pena Sumbar sebagai penggerak literasi yang penuh dedikasi.

“Bagi BPNB, seminar ini merupakan pra Festival Matrilineal dan Musyawarah Besar yang akan diselenggarakan di Nagari Sijunjung pada akhir Oktober 2022. BPNB punya Pusat Data Matrilineal, dan icon serta program unggulan BPNB Sumbar saat ini dan beberapa tahun ke depan adalah penguatan matrilineal. Sebab, pemajuan kebudayaan Minangkabau tidak bisa dipisahkan dengan hal ihwal matrilineal. Saat ini juga sedang dikembangkan sebuah website matrilineal, yang kelak dapat dimanfaatkan oleh semua pihak,” katanya. 

Ketua Satu Pena Sumatera Barat yang diwakili Sekretaris Umum, Armaidi Tanjung, S. Sos., MA menyampaikan salam dan permintaan maaf dari Ketua satu Pena Sumbar, Sastri Yunizarti Bakry yang sedang menjalankan misi kebudayaan Sumatera Barat ke beberapa negara di Eropa. 

Menurut Armaidi, bagi Satu Pena Sumatera Barat, penyelenggaraan seminar ini merupakan pra The International Minangkabau Literacy Festival (IMLF), yang akan diselenggarakan pada 22-27 Februari 2023. Insya Allah IMLF akan diikuti oleh peserta dari 10 negara. Kegiatan-kegiatannya meliputi: seminar, workshop, pameran buku, pameran kuliner, pagelaran kesenian, wisata budaya, dan lainnya. 

Pada kesempatan itu juga turut memberi sambutan Ketua Yayasan SAKO Minangkabau, Ir. Afdhal Tamsin Dt. Rajo Indo Alam. Dalam sambutan itu, Beliau menyampaikan bahwa Matrilineal adalah masalah prinsipil dalam budaya Minangkabau. Yayasan SAKO hadir untuk “mangumpuakan nan taserak, manjapuik nan tingga, maramu nan lapuak, mameloki nan rusak, meingekkan nan lupo, dan mangganoki nan kurang”. 

Kegiatan seminar tersebut akhirnya dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Drs. H. Syaifullah, MM. Pak Kadisbud menegaskan bahwa salah satu keunikan dan spesifiknya Minangkabau adalah matrilineal. Konon ada beberapa suku di Sumatera adalah matrilineal tetapi tidak bertahan. Di dunia juga tidak banyak etnik dengan stelsel matrilineal. Alhamdulillah Minangkabau bertahan walaupun tetap ada tantangan. 

Kadisbudprov  berterima kasih dan memberi apresiasi yang tinggi kepada BPNB Sumbar, Yayasan SAKO Minangkabau dan Satu Pena Sumatera Barat atas partisipasinya dalam pemajuan kebudayaan. Ada 10 objek pemajuan kebudayaan (dalam UU 5/ 2017) dan ditambah dengan cagar budaya (UU 11/2010) dan matrilineal memiliki representasi pada objek-objek tersebut. 

“Mari kita rawat matrilineal melalui penguatan literasi. Kita punya literasi lisan dan tulisan. Pewaris literasi lisan pun tidak banyak. Jadi, persoalan literasi budaya Minangkabau menjadi krusial. Budaya Minangkabau tergerus dan maestro-maestro juga makin habis. Maka, gerakan literasi dan konstruksi peran dalam merawat Matrilineal, memang mendesak”, jelasnya. 

Seminar Budaya Matrilineal tersebut menghadirkan empat narasumber dari institusi berbeda, yakni Dr. Elvi Susanti, M. Pd., (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), Dr. Yulizal Yunus, Dt. Rajo Bagindo (UIN Imam Bonjol, Padang), Dr. Hasanuddin, M. Si. Dt. Tan Patih (FIB Universitas Andalas dan Ketua organisasi profesi Sarjana Budaya Bahasa Sastra Minangkabau-Indonesia), dan Rois Leonard, S.Sos., M.Si. (BPNB Sumatera Barat). 

Peserta Hybrid Seminar itu dibatasi berjumlah 100 orang offline di Aula BPNB Sumatera Barat dan juga diikuti oleh puluhan peserta secara online melalui platform Zoom Meeting. Peserta terdiri atas peneliti Dinas Kebudayaan, Taman Bdaya, Museum Sumbar, Pengurus Yayasan SAKO, Ninik Mamak, Bundo Kanduang, Pengurus dan komunitas Satu Pena, dosen, peneliti BRIN, dan berbagai unsur lainnya.  

Ada tujuh rekomendasi seminar yang disampaikan oleh Dr. Sri Setyawati, M.A. (Dosen Fisip UNAND) selaku moderator,  yakni: Rekonstruksi dan revitalisasi matrilineal dalam segala dimensi dan elemennya, Pemulihan sistem banagari yang bersifat genealogis-matrilineal, Pendidikan muatan lokal untuk memulihkan kesalahpahaman; penguatan penghayatan; dan pendidikan karakter berbasis matrilineal, Pengonstruksian dan penegakan sistem norma untuk sako-pusako-dan faraidh; dan pranata matrilineal lainnya. 

Di samping itu, Penguatan peran ganda laki-laki sebagai ayah sekaligus mamak (anak dipangku kamanakan dibimbiang), Apresiasi perempuan terhadap dunsanak laki-lakinya karena matrilkneal membutuhkan partisipasi laki-laki bukan semata perjuangan perempuan, serta Rekonstruksi peran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan di tengah tarik-tambang bertahan atau tertarik lepas dari identitas matrilineal itu.

Ketua Panitia penyelenggara seminar, Hasanadi, S.S. saat menutup acara mengapresiasi peserta yang tampak antusias dan sangat berharap seminar dengan topik matrilineal itu dilanjutkan dengan durasi waktu yang cukup lapang untuk berdikusi.(*)