Tradisi Perkawinan Adat Minangkabau, Anak Daro Manjalang

Tradisi Perkawinan Adat Minangkabau, Anak Daro Manjalang

Penulis: Alya Putri Kemala Dewi

Minangkabau merupakan sebuah suku di Indonesia yang mempunyai adat istiadat yang mempunyai ciri khas tersediri. Adat istiadat ini berjalan seiring kehidupan bermasyarakat di Minangkabau. Mulai dari kelahiran, pernikahan, hari raya, sampai akhir hayat. Salah satu adat istiadat Minangkabau saat pernikahan adalah Tradisi Anak Daro Manjalang.Tradisi ini merupakan tradisi sebelum pernikahan yang dilakukan oleh mempelai wanita. Tradisi ini memiliki nilai moral,tradisi, kekeluargaan, kekerabatan, silahturami dan nilai nilai lainnya.

Suku Minangkabau merupakan salah satu suku di Indonesia tepatnya di Sumatera Barat yang terkenal dengan adat istiadat yang kuat untuk pemersatu masyarakatnya.

Masyarakat Minangkabau terkenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi dan menjaga kelestarian tradisi adat-istiadatnya. Semua kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat sehari hari selalu dikaitkan dengan adat-istiadatnya. Adat menjadi suatu norma atau sistem yang mengatur masyarakatnya dalam kegiatan bermasyarakat. Adat istiadat Minangkabau sudah dimulai dari tradisi kelahiran, khitanan, pernikahan, hari besar, pernikahan, kemeninggalan dan lainnya.

Salah satu tradisi yang menonjol pada suku Minangkabau adaah upacara pernikahan. Upacara pernikahan merupakan suatu upacara adat yang sangat sakral.Pernikahan adalah dimana dua keluarga yang melakukan suatu ikatan pribadi antara seorang pria dan wanita, dan merupakan pristiwa terpenting dalam kehidupan semua manusia. Karena pernikahan merupakan awal bagi seseorang untuk melepaskan dirinya dari lingkungan keluarganya. Dalam perkawinan Minangkabau terdapat berbagai alur yang harus dijalankan, dimulai dari marambah jalan, meminang, pesta, nikah, hingga manjalang mintuo.

Kata "manjalang" memiliki arti "mengunjungi" dalam Bahasa Indonesia, yang artinya berkunjung. Manjalang adalah kunjungan yang dilakukan oleh sepasang pengantin di Minangkabau daei oihak anak daro ke rumah marapulai (pengantin laki-laki) sewaktu melakukan pernikahan.

Diawali dengan pengantaran pulut kuning ke rumah marapulai. Untuk itu ninik-mamak marapulai bersiap untuk menyambut kedatangan anak daro. Pada saat anak daro datang, pihak ninik-mamak keluarga pihak laki-laki mempersilahkan masuk. Ninik-mamak mengadakan penaksiran jamba (bawaan) dari keluarga anak daro.

Kemudian disepakati imbalan yang akan diberikan kepada anak daro. Setelah selasai acara penaksiran jamba, anak daro dituntun bersalaman kepada orangtua marapulai.

Waktu berangkat dari rumah, kedua pengantin berjalan bersebelahan. Diiringi dengan perempuan kerabat anak daro, dan di belakangnya perempuan yang menjunjung jamba di kepala. Tidak lupa seperangkat pemain musik juga mengikuti mereka paling belakang. Pihak keluarga perempuan membawa beberapa jenis makanan adat seperti juadah. Jenis makanan untuk juadah yang biasa dibawa pada acara manjalang mintuo di yaitu:

1. Wajik, makanan yang terbuat dari beras ketan, santan dan saka.Wajik ini berwarna hitam.

2. Jala Bio,makanan yang terbuat dari tepung beras putih, tepung ketan, minyak goreng dan kelapa. Jala Bio berwarna putih.

3. Aluo, makanan yang terbuat dari beras ketan (pulut), saka putih,gula pasir.Aluo berwarna putih berbintik bintik merah. Warna merah ini berasal dari saka(gula merah) yang dipakai sebagai pemanisnya.

4. Kanji, makanan yang terbuat dari beras ketan, garam, saka dan kelapa. Kanji berwarna hitam.

5. Kipang Ampiang, makanan yang terbuat dari beras ketan yang digoreng dan dimasak dengan gula dan saka. Kipang Ampiang berwarna merah putih

6. Kareh,makanan yang terbuat dari campuran tepung ketan dan tepung beras dan air bunga rayo. Kareh kurang lebih berwarna merah.

Setelah melakukan upacara akad nikah, dilanjutkan dengan menyandingkan kedua pengantin di pelaminan di kediaman anak daro. Setelah mengikuti rangkaian adat serta melakukan rangkaian acara sesudah akad nikah, maka dilakukan suatu perhelatan besar (baralek gadang), dalam aturan adat istiadat perkawinan di Minangkabau, ini disebut acara manjalang mintuo.

Dalam manjalang mintuo diperlukan beberapa alat. Alat yang digunakan untuk menyusun juadah pada acara manjalang mintuo yaitu:

1. Dulang, digunakan sebagai pembawa juadah yang terbuat dari papan yang menyerupai bentuk dulang.

2.Lapiak balambak adalah sejenis tikar yang terbuat dari pandan. Lapiak balambak berfungsi sebagai alas untuk juadah. Lapiak balambak dibuat mengikuti bentuk dulang.

3. Kayu, berfungsi untuk penahan juadah, agar juadah saat dibawa pada acara manjalang mintuo tidak berjatuhan. Kayu yang digunakan biasanya berjumlah 10 buah

4. Tali rapia, berfungsi untuk mengikat kayu yang digunakan untuk penahan juadah tersebut.

Minangkabau memiliki beberapa nagari di Sumatera Barat. Setiap nagari pada acara sesudah perhelatan dirumah anak daro mempunyai beragam istilah. Ada yang menyebut dengan istilah manjalang mintuo, mahanta nasi, batandang, manyaok kandang atau mahanta nasi katunduakan, mahanta bubue, dan masih banyak lagi.

Kesimpulan

Manjalang adalah kunjungan yang dilakukan oleh sepasang pengantin di Minangkabau daei oihak anak daro ke rumah marapulai (pengantin laki-laki)sewaktu melakukan pernikahan.

Ada beragam penyebutan anak daro manjalang ini, ada yang menyebut dengan istilah manjalang mintuo, mahanta nasi, batandang, manyaok kandang atau mahanta nasi katunduakan, mahanta bubue, dan masih banyak lagi.

Adat istiadat Minangkabau sudah dimulai dari tradisi kelahiran, khitanan,pernikahan, hari besar, pernikahan, kemeninggalan dan lainnya.

·Makanan yang sering dibawa saat manjalang yaitu, wajik, jala bio, aluo,kanji,kimpang ampiang, kareh dan lai lain.

(Penulis: mahasiswa Program Studi Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)