- Sabtu, 11 Maret 2023
Mitos Hari Api Di Tandikek
Mitos Hari Api di Tandikek
Oleh: Fajri Frayoga*
Indonesia kaya akan beragam budaya mulai dari sabang sampai merauke. Setiap etnik dari suku bangsa yang ada di indonesia memiliki budayanya tersendiri. Salah satunya Etnik Minangkabau yang terletak di Sumatera Barat. Etnik ini memiliki ragam budaya baik bahasanya, adat istiadat maupun kepercayaannya. Setiap daerah disumatera barat memiliki kepercayaan yang berbeda – beda. Yang akan dibahas dalam artikel ini adalah sebuah mitos yang sudah beredar sejak dahulu dan masih dipercayai oleh masyarakat setempat. Mitos ini dipercayai oleh masyarakat nagari Tandikek Barat, kabupaten Padang Pariaman. Mitos tersebut adalah tentang adanya Hari Api.
Hari adalah satuan waktu yang ada pada bumi yang hitungannya 24 jam = 1 hari. Hari tersebut terdiri dari siang dan malam. Jika matahari masih bersinar dikatakan siang hari begitu juga sebaliknya saat matahari terbenam tandanya sudah masuk malam hari. Dan juga ada beberapa hari di Indonesia yang dijadikan sebagai hari-hari penting. Baik itu dalam ranah religius ataupun dalam hal lainnya seperti hari kemerdekaan.
Api itu sendiri yang pasti digunakan untuak membakar suatu benda dan paling sering digunakan untuk memasak. Atau secara ilmiahnya api itu adalah oksidasi bahan bakar pada proses kimia eksotermik dari pembakaran yang melepaskan panas dan cahaya. Api sering dijuluki dengan si jago merah. Api ini jika kecil bisa menjadi kawan tetapi kalau dia sudah besar akan menjadi lawan seperti rumah kebakaran.
Setelah diuraikan perkata tadi jadi apa itu Hari Api? Apakah hari yang panas?. Ya, memang hari yang panas. Tetapi panas yang dimaksud disini bukanlah harinya yang panas,cerah,terang atau semacamnya yang diartikan dari segi cuacanya. tetapi Hari Api yang dimaksud adalah hari yang dipercayai masyarakat sebagai hari yang penuh malapetaka atau musibah jika dilanggar. Hari Api yang dipercayai itu terdapat pada 2 hari. Hari yang dimaksud adalah hari Selasa dan hari Sabtu. Masyarakat setempat mempercayai bahwa kita tidak boleh berpergian jauh dihari ini. Berpergian jauhnya itu seperti merantau atau pergi keluar dari kota asal. Jika larangan ini dilanggar maka orang tersebut akan mendapat musibah atau malapetaka diperjalanan ataupun ditempat tujuannya.
Musibah yang dimaksud bisa berbentuk kecelakaan diperjalanan dan kesengsaraan ditempat tujuan. Seperti orang yang merantau dia tidak akan sukses dirantau. Masyarakat setempat semakin mempercayai hal ini karena dulu ada yang melanggar dan tetap berpergian jauh. Naas yang didapat orang tersebut dia kecelakaan diperjalanan dan meninggal ditempat. Musibah ini dihubung-hubungkan dengan mitos Hari Api yang beredar dimasyarakat. Sehingga akibat kejadian ini membuat masyarakat semakin percaya dengan adanya hari api.
Dipercayai bahwa seseorang boleh melanggar hari api ini jika memang dipaksa oleh keadaan. Contohnya jika ada tuntutan suatu hal yang memang mengharuskan berpergian jauh. Masyarakat setempat pada saat sekarang ini khususnya generasi milenial. Dari kacamata penulis mereka sudah tidak lagi menghiraukan mitos Hari Api ini. Mereka tetap melakukan perjalanan jauh baik itu direncanakan atau karena tuntutan suatu instansi. Mereka dengan selamat sampai tujuan dan tidak ada halangan yang dihadapi diperjalanan. Mereka berpikir kalau mitos ini tidak masuk akal dan tidak perlu terlalu diindahkan lagi.
Faktor yang melatar belakangi lahirnya mitos hari hapi ini adalah suatu kejadian yang kebetulan dan disimpulkan oleh masyarakat. Mengapa demikian? Karena dahulu banyak orang yang berasal dari tandikek yang mengalami kecelakaan di dua hari tersebut. Sehingga masyarakat dapat menyimpulkannya demikian. Sehingga jika hendak berpergian jauh pasti orang – orang tua disini berkata “manga hari angek ko ang pai, beko mulaghaik dapek dek ang dijalan”. Selain itu mungkin ada faktor lain yang melatarbelakanginya contohnya saja tingkat pendidikan yang rendah dahulunya. Rata – rata pendidikan masyarakat tandikek dahulunya hanya tamat SD dan tidak banyak yang lanjut kejenjang SMP dan SMA. Hal itu paling disebabkan oleh faktor ekonomi dan banyak yang berkeinginan untuk merantau. Tradisi merantau masih pekat kala itu di tandikek. Mereka lebih membutuhkan uang daripada pendidikan.
Pernyataan penulis ini diangkat dari suatu kepercayaan masyarakat ditempat penulis tinggal atau sering disebut dengan mitos yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan tetapi masyarakat setempat mempercayainya. Meskipun mitos ini tidak masuk akal dan sulit diterima akal sehat. Kita sebagai generasi milineal dan berpendidikan tidak boleh mengatakan orang yang mempercayai mitos ini sebagai orang bodoh. Karena mitos ini adalah suatu kebudayaan dan budaya itu sebuah nilai yang berharga. Tetapi kita harus tetap ingat bahwa semua itu datangnya dari Allah dan juga akan kembali kepada Allah. Jadi kita tidak boleh juga menyalahkan Yang Maha Esa atas suatu kejadian yang terjadi persis sama dengan mitos yang beredar.
Penulis sendiri memang masih menghindari 2 hari tersebut jika ingin berpergian jauh. Menurut penulis apa salahnya kita dengarkan perkataan orang tua. Selama hal itu tidak merusak agama dan kayakinan kita dengan senang hati akan dijalankan. Tetapi ada suatu hari saat penulis masih duduk di bangku SMP. Penulis tetap melakukan perjalan jauh dihari Api ini yaitu pada hari Selasa untuk mengikuti sebuah lomba yang diadakan jauh dari tempat tinggal penulis yang berkisar menempuh waktu 5 jam perjalanan. Atas izin Allah penulis pergi dan kembali pulang kerumah dengan selamat. Jadi semuanya tergantung kepercayaan kita masing-masing. Kita memang berilmu tetapi jangan membantah larangan orang tua dengan ilmu kita yang baru seujung kuku. Ingatlah adab itu lebih tinggi dari ilmu.
*Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas.
Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PANGAJARAN BAHASA MINANGKABAU
-
PENERAPAN MACHINE LEARNING DALAM SISTEM TELEKOMUNIKASI
-
PANTAI BARAT SUMATERA: PESONA ALAM, MAKANAN, DAN SITUS BERSEJARAH
-
PENERAPAN BIG DATA DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK
-
ETNOBIOLOGI
-
DAMPAK UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSINYA
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
“BINGUNG”
-
NAGARI PASA DAN ICON MASJID RAYA PARIAMAN