- Kamis, 26 Oktober 2023
Kato Nan Ampek Dalam Generasi Milineal
Kato Nan Ampek Dalam Generasi Milineal
Penulis: Putri Agustiono
Kato Nan Ampek adalah gaya komunikasi dalam budaya Minangkabau yang mengedepankan kesopanan, etika, dan rasa hormat. Ini adalah cara berperilaku dan berbicara dalam hubungan, dan mengandung empat gaya kata:
Kato Mandaki (kata yang memanjat) bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih dewasa atau orang yang dihormati, seperti orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan.
Kato Malereang adalah tata bicara kepada seseorang yang kita segani, seperti menantu ke mertua, pembicaraan antar tokoh adat, tokoh agama, dan pemimpin.
Kato Manurun adalah kato yang digunakan untuk yang lebih kecil dari kita misalnya, kepada adik kita, junior dan siapa pun kita menggunakan kata-kata yang lembut kepada mereka karna mereka itu harus disayangi, kalau anak-anak itu selalu mendengar kata-kata yang tidak pantas dia dengar efeknya sangat buruk karena dia juga .
Kato Mandata, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi biasa dan dengan lawan bicara yang seusia dan sederajat. Selain itu, Kato Mandata ini juga digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan memiliki hubungan yang akrab.
Kato Nan Ampek digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada orang yang lebih tua dan disesuaikan dengan tujuan komunikasi, hubungan sosial kedua pihak, dan sifat formalitas atau informalitas konteks hubungan.
Kato Nan Ampek merupakan bagian penting dari kebudayaan Minangkabau dan diajarkan secara turun temurun kepada anak-anak dan keponakan sebagai bekal pergaulan dalam masyarakat. Ini telah dipelajari dalam berbagai konteks,
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap Kato Nan Ampek antara lain pengembangan model buku bergambar melalui literasi Ampek Kato Nan Budaya Minangkabau untuk mengembangkan karakter anak usia dini. Penelitian lain membahas tentang peran orang tua dalam penerapan Kato Nan Ampek pada generasi alpha di Desa Dalam Koto. Selain itu, Kato Nan Ampek telah dianalisis sebagai model komunikasi konseling profesional berdasarkan nilai-nilai budaya Minangkabau
Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa masyarakat, khususnya generasi tua Minangkabau, masih menggunakan tata cara komunikasi yang diatur dalam konsep Kato Nan Ampek. Namun generasi muda belum sepenuhnya mengapresiasi nilai Kato Nan Ampek.
Selanjutnya terjadi pergeseran penggunaan berbagai kata sapaan bahasa Minangkabau, generasi muda lebih memilih kata sapaan bahasa asing dibandingkan kata sapaan bahasa ibu.
Faktor orang tua dan lingkungan turut berperan dalam menurunnya nilai-nilai budaya kato nan ampek pada generasi muda Minangkabau. Pembentukan perilaku remaja gotong royong merupakan upaya meningkatkan nilai kato nan ampek pada generasi muda.
Perkembangan media sosial, internet dan pergaulan yang semakin bebas, membuat siswa tidak peka terhadap norma budaya yang ada di masyarakat, begitu juga dalam etika berkomunikasi. Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara 2 orang komunikator atau lebih dengan komunikasi yang mengharapkan adanya umpan balik yang diinginkan.
Sehingga terjadilah komunikasi yang efektif. Di Minangkabau, komunikasi dengan orang lain memiliki aturan serta etikanya yang disebut dengan Kato Nan ampek. Ketika siswa tidak memahami dan tidak menerapkan Kato Nan Ampek dalam berkomunikasi akan disebut di Minang Indak Tau di Nan Ampek. Aturan komunikasi di Minangkabau sangatlah berbeda dengan budaya lainnya, karena didasarkan pada nilai-nilai adat dan kearifan lokal.
Salah satu aturan komunikasi di Minangkabau adalah prinsip sopan santun. Dalam berkomunikasi, orang Minangkabau sangat menghargai kesopanan dan menghindari konflik verbal. Mereka cenderung menggunakan bahasa yang lembut dan tidak langsung untuk menyampaikan pesan mereka. Selain itu, mereka juga menghormati orang yang lebih tua atau memiliki status sosial yang lebih tinggi dengan menggunakan kata-kata penghormatan seperti “Bapak” atau “Ibu”.
Selain itu, aturan komunikasi di Minangkabau juga melibatkan penggunaan bahasa tubuh yang sopan. Orang Minangkabau cenderung menunjukkan rasa hormat dan kesopanan melalui gerakan tubuh mereka. Misalnya, mereka akan membungkuk sedikit saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau memberikan salam dengan tangan terlipat di dada.
Dalam aturan komunikasi di Minangkabau juga terdapat prinsip saling mendengarkan dengan penuh perhatian. Orang-orang Minangkabau cenderung memberikan waktu dan ruang bagi lawan bicaranya untuk menyampaikan pendapat mereka tanpa interupsi. Mereka juga cenderung menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menghakimi saat berkomunikasi.
Secara keseluruhan, aturan komunikasi di Minangkabau sangatlah penting dalam menjaga harmoni dan kerukunan antar individu. Prinsip sopan santun, penggunaan bahasa tubuh yang sopan, dan saling mendengarkan dengan penuh perhatian adalah beberapa aspek utama dari aturan komunikasi ini.
Dengan memahami dan menghormati aturan komunikasi di Minangkabau, kita dapat memperkuat hubungan sosial dan membangun kepercayaan antara individu-individu dalam masyarakat Minangkabau.
“Aturan Kato Nan Ampek” adalah pepatah tradisional suku Minangkabau di Sumatera Barat, Indonesia. Hal ini merangkum esensi nilai-nilai budaya mereka dan berfungsi sebagai prinsip panduan cara hidup mereka.
Ungkapan “Aturan Kato Nan Ampek” dapat diartikan sebagai “kata-kata yang mempunyai akibat”. Hal ini menekankan pentingnya berpikir sebelum berbicara dan menyadari dampak kata-kata kita terhadap orang lain. Dalam masyarakat Minangkabau, dimana tradisi lisan memegang peranan penting, pepatah ini mempunyai arti yang sangat besar.
Masyarakat Minangkabau terkenal dengan kefasihan dan diplomasinya dalam berkomunikasi. Mereka percaya bahwa kata-kata mempunyai kekuatan dan dapat membentuk hubungan, menyelesaikan konflik, dan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, mereka menekankan perlunya memilih kata-kata dengan bijak dan menggunakannya secara bertanggung jawab. Nilai tradisional ini juga mengedepankan kerendahan hati dan rasa hormat terhadap orang lain.
Hal ini mendorong individu untuk mempertimbangkan perspektif yang berbeda sebelum mengungkapkan pendapat atau membuat penilaian. Dengan melakukan hal ini, hal ini akan menumbuhkan keharmonisan dalam masyarakat dengan mencegah konflik atau kesalahpahaman yang tidak perlu.
Terlebih lagi, “Aturan Kato Nan Ampek” mencerminkan rasa komunalisme yang mengakar dalam budaya Minangkabau. Hal ini mengingatkan individu bahwa tindakan mereka tidak hanya berdampak pada diri mereka sendiri tetapi juga berdampak pada keluarga dan komunitas mereka secara luas. Pemahaman ini memperkuat tanggung jawab kolektif dan mendorong individu untuk bertindak dengan cara yang menguntungkan semua orang.
Sebab itulah “Aturan Kato Nan Ampek” lebih dari sekedar pepatah; itu mewakili keseluruhan filosofi yang tertanam dalam budaya Minangkabau. Dengan menekankan ucapan yang bijaksana, menghormati sudut pandang orang lain, kerendahan hati, dan tanggung jawab bersama, nilai-nilai tradisional ini terus membimbing generasi menuju kehidupan yang harmonis dalam komunitas mereka.
(Penulis Mahasiswa Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)
Editor : melatisan
Tag :#Kato Nan Ampek #Generasi Milineal #Minangkabau
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
FUNGSI FATIS KALIMAIK TANYO BAHASO MINANGKABAU
-
MAAJAAN BAHASO MINANGKABAU KA URANG ASIANG
-
UTANG DIBAYIA PIUTANG DITARIMO
-
BAHASO DAN IDENTITAS
-
SAPO
-
SARILAMAK, NAGARI ADAT LENGGANG 1000 TALAM
-
“BINGUNG”
-
NAGARI PASA DAN ICON MASJID RAYA PARIAMAN
-
LUBUK BASUNG, NAGARI KAN TERBAIK SATU SUMBAR, DINILAI SEBAGAI PENGIMPLEMENTASI ABS SBK
-
JAHO, NAGARI TOKOH