HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Kamis, 5 Januari 2023

Ekologi Bahasa

Opini Bahren
Opini Bahren

Ekologi Bahasa

Oleh: Bahren*

 

Pembicaraan mengenai ekologi senantiasa seringkali dikaitkan dengan pembicaraan soal lingkungan. Sementara itu, jika ditelisik lebih jauh ekologi  merupakan cabang dari ilmu biologi. Ilmu ini berkaitan erat dengan hubungan timbal balik organisme dengan lingkungannya. Lebih dari itu, ekologi sendiri bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Ricklefs menyebut ekologi sebagai ilmu lingkungan alam, terutama mempelajari hubungan mendalam antara organisme dengan lingkungan sekitarnya.

     Memperhatikan apa yang disampaik oleh Ricklefs tersebut untuk sementara dapat kita maknai bahwa ada hubungan saling terikta antara ormagisme dengan lingkungannya. Jika manusia dianggap sebagai bagian dari organisme maka dapat pula lah kiranya kita anggap ada hubungan yang saling terkait dengan lingkungan nya

     Salah satu hubungan yang dapat kita lihat secara langsung antara manusia dan alam adalah dalam hal penggunaan bahasa. Bahasa yang salah satu sifatnya adalah kreatif menyebabkan banyak sekali unsur alam yang digunakan oleh manusia yang berkaitan langsung dengan alam.

     Unsur-unsur alam (lingkungan) dan ekologi yang sering digunakan oleh manusia dalam berbahasa dapat kita lihat dalam banyaknya kosa kata berbasis alam yang digunakan oleh manusia. Penamaan nama-nama tenpat misalnya unsur alam dan kejadian alam sangat mendominasi dalam pemberian nama itu. Sebagai contoh nama-nama tempat dengan menggunakan nama-nama tumbuhan. Berbagai macam nama tumbuhan sudah digunakan oleh orang untuk menamai sebuah tempat.

     Orang Minangkabau pun tak luput dari pengaruh ekologi (lingkungan) terhadap bahasa mereka khususnya dalam penamaan nama tempat. Sebut saja, Indaruang,Alai, Andalas, Parak Kopi, Parak Eno,Pauh, Batang Kapeh, Bungo Tanjuang dan banyak lagi yang lainnya. Selain menggunakan nama-nama tanaman dalam penamaan tempat, orang Minangkabau juga menggunakan kejadian-kejadian alam dalam menamai sebuah tempat. Kejadian alam yang dimaksud bisa berupa banjir besar misalnya sehingga lahir lah daerah dengan nama Ampang Gadang yang memiliki makna sebuah daerah yang dijadikan sebagai tanggaul penghambat banjir yang pernah terjadi di daerah itu, sehingga diberi nama lah daerahnya menjadi Ampang Gadang.

     Daerah Bungo Pasang di dekat Kecamatan Pasia Nan Tigo dipercayai penamaannya berasal dari penampangan air pasang yang sangat tinggi ibarat pohon yang sedang berbunga ketika tsunami besar melanda Kota Padang di awal abad 18 yang lalu. Banyak lagi nama-nama daerah yang melihat pada penampakan alam dan kejadian alam di Minangkabau ini. MIsalnya, Sungai Tarab, Sungai Sariak< Tabiah Banda Gadang, Sariak Laweh, Sawah Tangah dan lain sebagainya.

     Mengamati fenomena-fenomena ekologi  dalam berbahasa di atas, sudah selayaknya lah kiranya para peneliti bahasa untuk menjadikan kajian ekologi bahasa sebagai sebuah kajian yang layak untuk diminati dan dibahas secara lebih terperinci. Dengan adanya kajian-kajian yang mendalam yang berkaitan dengan hubungan antara lingkungan dan bahasa ini kelak diharapkan muncul lah sebuah gambaran utuh tentang bagaimana manusia itu berhadapan dengan lingkungannya khususnya ketika mereka memanfaatkannya dalam berbahasa.  

     Selain itu, juga kita berharap tentunya dengan adanya kajian ekologi bahasa inibisa menampilkan kajian-kajian yang mumpuni berkaitan dengan bagaimana bahasa juga mempengaruhi lingkungan sekitar, mislanya saja dengan adanya mitos-mitos yang senantiasa diceritakan secara turun temurun dalam hal pentingmnya menjaga alam, menjaga lingkungan, menjaga sumber daya air, mineral dan lain sebagainya. Jika itu wujud, maka nyatalah adanya sumbangan ilmu bahasa dalam menjaga kelangsungan dan keberlanjutan lingkungan hidup. semoga

       

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Didaktika #Ekologi Bahasa #minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com