HOME PERISTIWA KABUPATEN SOLOK

  • Selasa, 14 Mei 2019

Tim Ahli Kembali Teliti Danau Diateh, Fakta Baru Ditemukan

Kadis Lingkungan Hidup Sumbar dampingi tim ahli meninjau Danau Diateh
Kadis Lingkungan Hidup Sumbar dampingi tim ahli meninjau Danau Diateh

Alahan Panjang (Minangsatu) - Tim ahli dari Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Barat (Sumbar) kembali mengunjungi Danau Diateh, Senin (13/5) dalam  rangka penelitian lanjutan mengenai penyebab keruh dan tercemarnya air danau.

Tim ini terdiri dari tim internal Dinas Lingkungan Hidup bersama beberapa pakar, diantaranya, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Bung Hatta Prof. Hafrijal Syandri dan ahli biologi Universitas Andalas (Unand) Jabang Nurdin. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Siti Aisyah menyebutkan, penelitian dilaksanakan untuk memastikan dan menemukan penyebab pencemaran danau. Pasalnya pencemaran menimbulkan keresahan ditengah masyarakat sekeliling danau. 

"Dua minggu kedepan akan ada hasil dari tim ahli, tadi sudah kita ambil beberapa sampel di permukaan dan kedalaman termasuk di Itake PDAM," katanya.

Dari hasil temuan sementara tim terkuak fakta baru yaitu kematian berbagai biota yang hidup di dasar danau. Diantara hewan yang mati merupakan hewan dengan pergerakan lambat seperti siput (gastropoda) dan lipabia. 

Peristiwa naiknya massa air dasar danau ke permukaan (upwelling) disinyalir sebagai penyebab kematian itu. Hal ini didasarkan dari hasil pengamatan dan pengambilan beberapa sampel mulai dari permukaan dangkal dan kedalaman pada danau. Tim ahli menyimpulkan bahwa  peristiwa upwelling kemungkinan dipicu oleh perbedaan suhu air dan gempa. 

Menurut Hafrijal Syandri, kenaikan dasar danau disertai berlerang menyebabkan Hidrogen Sulfida (H2S) tinggi dan beracun sehingga juga menyebabkan kematian pada hewan dan perubahan warna air. Kematian hewan menimbulkan bau amis yang tecium disekitar danau. 

"Penyebabnya bisa dari gempa, dan tanpa gempa pun bisa. Kami akan fokus mendalami penyebab ini," ujarnya.

Ditambahkan Hafrijal, riwayat gempa sebelum pencemaran juga akan menjadi bahan kajian, ditambah jalur gempa Danau Singkarak, Danau Diateh, Danau Dibawah dan Danau Kerinci. 

"Dugaan dari gempa juga bisa sebab sebelumnya ada riwayat gempa sebelum tercemar," ulasnya. 

Sementara itu ahli biologi Universitas Andalas (Unand) Jabang Nurdin menambahkan, dari sampel yang diambil, persentase kematian hewan dasar air mencapai 80 persen.

“Hampir 80 persen hewan bentos (dasar air) mati seperti siput, dan hewan gerak lambat lainnya ikut mati. Sementara ikan karena geraknya cepat bisa selamat dari proses upwelling ini," jelasnya.

Ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat Nagari Alahan Panjang, Edwar Jamil menuturkan bahwa dalam satu bulan terakhir kondisi air Danau Diateh sudah mulai membaik. 

“Air danau sudah mulai kelihatan jernih dan bau amis mulai berkurang. Namun, kondisi akan kembali parah jika hujan lebat melanda," katanya.

Ditambahkan oleh Edwar is berharap agar pemerintah bisa segera mengungkap dengan jelas tentang fenomena yang melanda Danau Diateh.

“Masyarakat butuh kepastian akan hal ini, karena ini menyangkut hajat orang banyak. Kemudian atas nama masyarakat Alahan Panjang kami sangat berharap kepada pemerintah Kabupaten Solok agar segera merealisasikan langkah-langkah kongkrit penyelesaian permasalah air Danau Diateh termasuk berbagai upaya pencegahan untuk masa akan datang," harap Edwar.


Wartawan : Rivo Septian
Editor : T E

Tag :Save Danau Diateh

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com