HOME PERISTIWA KOTA PAYAKUMBUH
- Rabu, 29 November 2017
Payakumbuh Night Festival, Bawa Masyarakat Kenang Sejarah Jembatan Ratapan Ibu
PAYAKUMBUH (Minangsatu ) -- "Tahun 1946,
Saya bersekolah di Sekola Rakyat Muhammadiyah Simpang Bunian.
Saya tinggal di Labuah Basilang arah ke Sicincin,
Dua kali sehari Saya melewati Jembatan Batang Agam,
Airnya mengalir jatuh deras ke bawah,
Bila hari Minggu, Saya memandikan kuda bendi di Batang Agam......."
Itulah petikan pembuka dalam sajak Papa Rusli Marzuki Saria berjudul Jembatan Batang Agam Jembatan Ratapan Ibu dan Rindu Membawaku Lagi dalam Payakumbuh Night Festival yang berlangsung di Jembatan Ratapan Ibu, Selasa 28 November 2017. Selain Papa Rusli, juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh Ketua Komisi V DPRD Sumbar Supardi, Penyair Adri Sandra dan Syarifudin Arifin.
Payakumbuh Night Festival masih merupakan rangkaian acara Payakumbuh Botuang Festival yang akan dihelat pada 1-2 Desember 2017 mendatang. Dalam Payakumbuh Night Festival ini, masyarakat Payakumbuh disuguhkan dengan literasi Sastra dan Sejarah tentang Jembatan Ratapan Ibu, saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia di Payakumbuh.
Abdallah Rahman Razik, penggagas dan tim kreatif Payakumbuh Botuang Festival mengatakan Payakumbuh Night Festival ini sekaligus membawa masyarakat kembali mengenang sejarah yang ada di Payakumbuh. Kemudian juga menghibur masyarakat Payakumbuh dengan alunan musik di tepi Sungai Batang Agam. "Payakumbuh Night Festival ini menjadi salah satu upaya agar masyarakat Payakumbuh khususnya generasi muda tetap mengenang jasa para pahlawan yang gugur di Jembatan Ratapan Ibu. Selain itu juga menggabungkan literasi sejarah dengan balutan sastra yaitu Puisi bertemakan perjuangan," kata Rahman didampingi Yusra Maiza.
Dalam kesempatan tersebut, Penyair Adri Sandra tampil membacakan berjudul Peniup Seruling Kejadian dan Syarifudin Arifin yang membacakan dua puisi yaitu Dia Bukan Pahlawan Sayangku dan Memahat Ibu.
Selain pembacaan puisi, Payakumbuh Night Festival ini juga dimeriahkan dengan penampilan musik tradisi dari Diafora dan komposisi musik dari Digothal. Kemudian juga dihibur dengan musik dari Ciello, Ahmed Djamend Project.
Saufal Hadi, salah seorang pengunjung mengatakan dirinya mengapresiasi upaya dari tim kreatif Payakumbuh Botuang Festival dan pemerintah yang terlibat menyelenggarakan iven ini. Pasalnya, selama ini tidak ada iven yang mengangkat tema sejarah dan merespon Jembatan Ratapan Ibu yang selama ini berada di Payakumbuh. "Saya cukup terharu dengan iven ini karena kebetulan Tugas Akhir (TA) kuliah saya tentang Jembatan Ratapan Ibu ini. Semoga terus berlanjut iven yang berkaitan peristiwa bersejarah yang ada di Payakumbuh serta melibatkan generasi muda. Sebab merekalah yang nantinya akan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk Kemerdekaan Negara ini," kata alumni ISI Padangpanjang jurusan Televisi dan Film usai acara.
Sebelumnya, menurut rencana juga akan dihadiri oleh Walikota Payakumbuh dan Wakil Walikota Payakumbuh yang juga tampil dalam membacakan puisi perjuangan. Namun hal tersebut urung terlaksana karena tidak sedang berada di Kota Payakumbuh.
Payakumbuh Botuang Festival 2017 ini sendiri akan berlangsung di Panorama Ampangan dan menghadirkan seniman kelas dunia seperti Sambasunda, Talago Buni, dan Taufik Adam. Serta penampilan artis Ibukota Citra Scholastika dan band dari Gubernur Sumbar yaitu IP Band.
[ relis/Rahmat Simona ]
Editor :
Tag :#Payakumbuh Night Festival # Sejarah Jembatan Ratapan Ibu
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
KEBAKARAN PASAR DI PAYAKUMBUH, WAGUB VASKO MENEKANKAN PENTINGNYA PERCEPATAN PENDATAAN PEDAGANG TERDAMPAK
-
485 TOKO DAN KIOS HANGUS TERBAKAR DI PASAR PAYAKUMBUH, KERUGIAN DITAKSIR RP65 MILIAR
-
PASCA PENYEGELAN KANTOR, WALI NAGARI BUKIK SIKUMPA MENGAKUÂ SMARTPHONE MILIKNYA DIBAJAK
-
DIDUGA DITIPU, REFNISIA GUGAT YAYASAN ADZKIA SUMBAR
-
BANJIR LUAPAN BATANG LAMPOSI, PEMKO PAYAKUMBUH LANGSUNG BERGERAK CEPAT
-
UPAYA MELINDUNGI BAHASA ABORIGIN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
-
SEPAK TERJANG BUPATI ANNISA: MEMBANGUN PERADABAN DHARMASRAYA LEWAT PENDIDIKAN
-
DARI SUMATERA BARAT UNTUK INDONESIA: 80 TAHUN SUMATERA BARAT (1 OKTOBER 1945 - 1 OKTOBER 2025)
-
TENSI POLITIK OLAHRAGA NAIK JELANG MUSORPROV KONI SUMBAR, UPAYA INTERVENSI MENGKRISTAL
-
REQUISITOIR JPU KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA TANAH DATAR: TUNTUT PIDANA MATI