HOME EKONOMI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

  • Jumat, 25 Januari 2019

Memburu Teripang Di Mentawai Yang Penuh Tantangan

Teripang
Teripang

Tuapeijat, (Minangsatu) — Teripang merupakan salah satu potensi laut yang saat ini masih banyak diburu oleh masyarakat pesisir pantai khususnya di Kepulauan Mentawai, misalnya Jasman Saogo (34) salah satu warga Desa Tuapeijat, Kecamatan Sipora Utara, saat ditemui minangsatu di kediamnnya, Pada Kamis (24/02) , mengatakan bahwa sampai sekarang masih berburu teripang. 

Tinggal di pesisir pantai, laut bagi Jasman sepertinya sudah menjadi tempat bermain, bahkan sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), Ia sudah bisa berenang dan mulai saat itu, ia mencoba ikut-ikutan ke laut melihat para penyelam mencari Teripang atau orang setempat menyebutnya "sualo". 

Bukan tanpa alasan, ditinggal sejak kecil oleh orang tuanya, karena dipanggil oleh yang maha kuasa, Jasman akhirnya terpaksa harus turun kelaut demi memenuhi kebutuhan hidupnya, hingga meninggalkan bangku sekolah dan sampai ia memutuskan menikah dengan Pebrianti Sababalat sampai sekarang pun ia masih melakoni pekerjaannya itu. 

Banyak sudah tantangan yang Ia hadapi selama menjelajahi bawa laut, tak tanggung-tanggung kata Jasman resiko penyelam di Mentawai yaitu ketika penyelam sendiri terkena Kepek atau Air Karam, maka bisa mengakibatkan kelumpuhan bahkan fatalnya bisa merenggut nyawa penyelam, hal tersebut telah banyak dialami oleh para penyem di Mentawai. 

"Biasanya kalau orang kena Kepek bisa mendapatkan kelumpuhan, tetapi kalau cepat mendapatkan pertolongan bisa sembuh, yang parah itu kalau terkena air karam sudah pasti lumpuh jarang ada yang bisa sembuh total, bahkan lebih parahnya bisa menyebabkan kematian, " kata Ayah dari dua putra ini Evandri (18) duduk di bangku SMP dan Rehan (12) duduk di bangku SD.

Kompresor angin merupakan satu-satunya alat yang banyak digunakan oleh para penyelam di Mentawai untuk mendapatkan udara saat menyelam. Kedalaman selam bisa mencapai 5 untuk operasi malam hari dan 25 Meter operasi siang hari, sementara itu penyelam diberi waktu maksimal menyilam selama 2 jam, setelah itu bergantian dengan rekan selam lainnya. 

"Kadang sekali turun anggotanya sampai tiga orang, tidak boleh lebih dari dua jam di dalam air, kalau siang kita lebih leluasa dan jarak pandang lebih jauh, makanya penyelaman bisa lebih dalam dari pada malam hari," paparnya. 

Proses pengolahan teripang sendiri menjadi teripang kering kata Jasman harus melalui beberapa tahap, yang pertama sualo direbus dulu, kemudian direndam dengan air garam beberapa hari kemudian dijemur selama dua sampai tiga hari tergantung kondisi cuaca, namun kalau cuaca hujan katanya masih ada alternatif lain yaitu dengan cara disalai, namun kualitasnya akan lebih bagus, jika dijemur. 

"Berapa ekor dalam satu kilonya, tergantung jenis dan ukurannya, kalau sualo gajah kering satu Kg ukuran besar sampai 2 ekor, kadang juga 1 ekor paling besar mencapai 7 ons, sualo Gamat 5—10 ekor, tergantung ukuran Sualo nya, begitu juga Sualo lainnya, susutnya lebih dari separuh, " terangnya. 

Adapun jenis-jenis teripang dan harga jualnya di Kepulauan Mentawai diantaranya sualo Gajah Rp 1 Juta per Kg, sualo Karang Rp 600 Ribu per Kg, Sualo Gamat Rp 600 per Kg, sualo Burung Rp 600 per Kg, sualo Nenas Rp 250 per Kg, sualo Lakling hitam Rp 20 Ribu, Lakling merah Rp 80 per Kg, Lakling pulut Rp 200 ribu per Kg. Harga tersebut kata Jasman relatif normal. 

Saat ini kata Jasman pencari teripang di Mentawai, khususnya di Tuapeijat diperkirakan mencapai 50 orang lebih, baik menggunakan Kompresor angin, maupun yang melakukan penyelam dengan kedalaman 2-4 meter tanpa Kompresor. 

"Kalau turun pagi pulangnya sore hari, tetapi, kalau turun Malam waktu operasinya dari sore hingga pulang tengah malam, ya... Kalau rezeki bagus dan cuaca mendukung bisa satu kali turun dapat pembagian Rp 100 - 200 Ribu diluar Ransum,"imbuhnya. 

Di saat cuaca buruk Jasman memilih memanfaatkan waktu untuk pergi keladang, memetik buah kelapa di ladang peninggalan orang tuanya, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya."Yah.... Kalau cuaca badai tidak bisa ke laut maka kita ke ladang panen kelapa," tuturnya. 

Sementara itu terpisah, Doni (32) salah seorang dari beberapa Penampung teripang di Tuapeijat mengatakan teripang kering tersebut akan dijual kembali ke penguasa di Padang dengan keuntungan rata-rata 10 persen. 

"Sebagai pembeli kita musti haru tau kondisi teripang yang betul-betul kering, kalau tidak kita bisa tekor, kadang kita membeli masih ada yang keringnya belum sempurna, tentu kita perkirakan berapa susutnya lagi seandainya pengeringan dilakukan lagi, maka kita sesuaikan dengan harganya,"paparnya 

"Kemudian teripang kering, nanti akan dijual kepada agen di Padang, biasanya yang beli orang cina, jumlah permintaan pun tidak terbatas, berapa ada mereka tampung, katanya teripang banyak kasiatnya khususnya untuk kesehatan," pungkasnya.


Wartawan : Redi
Editor : boing

Tag :#mentawai#potensi laut

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com