HOME EKONOMI KABUPATEN SOLOK

  • Minggu, 5 Agustus 2018

Kembangkan Menjadi KEK Pertanian, Alahan Panjang Butuh Keberpihakan Khusus

Anggota DPD-RI Nofi Candra bersama petani bawang Alahan Panjang (Int)
Anggota DPD-RI Nofi Candra bersama petani bawang Alahan Panjang (Int)

AROSUKA (Minangsatu) - Menyusul kehadiran Dirjen Hortikultura Suwandi ke Lembah Gumanti Solok, Sabtu (4/8/), hingga mengungkapkan kawasanSolok telah menjelma menjadi kawasan produksi bawang merah terbesar di Sumatera dengan luas panen lebih dari 7.300 hektar/tahun, Senator RI asal Sumbar H. Nofi Candra menegaskan keinginannya untuk menjadikan hasil produksi budidaya kawasan  Lembah Gumanti mendapat sentuhan perhatian "Jakarta" dalam hal pemasaran.

Nofi Candra mengaku sudah  bertahun-tahun memperjuangkan agar kawasan Solok  mendapat perhatian khusus dari pemerintah,  bukan sekedar pujian dan janji. " Setahun lalu bahkan saya menemani para perwakilan petani bertemu menteri,  tapi belum ada tindak lanjut sampai hari ini.  Semoga kali ini Dirjen memberikan sesuatu yang berarti bagi Alahan Panjang", ujar Nofi.

Anggota DPD RI itu sampai menanggapi itu, lantaran Dirjend Hortikultura menyebutkan, kunci keberhasilan swasembada bawang merah yakni penataan dan penumbuhan sentra produksi yang tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Ditegaskan, saat ini hamparan bawang merah dalam skala luas tak lagi hanya dijumpai di Brebes, Cirebon atau Nganjuk, tapi sudah menyebar di Solok, Bali, Bima, Sumbawa, Belu, Malaka, Maluku Tenggara, Enrekang, Tapin dan daerah lainnya. " Khusus Kecamatan Lembah Gumanti saja mencapai 4.600 hektar lebih. Ini luar biasa. Kesuksesan Solok saat ini tak lepas dari peran kunci Mentan Amran dalam membangkitkan gairah petani setempat untuk memperluas areal tanam bawang merah, sejak 2016 lalu," ujar Suwandi

Menyambut itu, anggota DPD RI asal Solok itu berharap Alahan Panjang tidak sekedar memproduksi bawang untuk kebutuhan lokal.  Bagi petani,  katanya,  menjual bawang di tingkat lokal kurang menjanjikan karena kerab diterjang harga murah. " Alahan Panjang harus pula menjadi zona produksi bawang untuk diekspor ke luar negeri,  seperti yang baru-baru ini berhasil dilakukan Brebes," tegas Nofi Candra, Minggu (5/8) . 

Solusi untuk tetap mendapat margin besar dari bertani bawang, sambung Nofi Candra, salah satu yang paling mungkin adalah dengan mengekspornya.  Dengan eskpor bawang ke pasar luar negeri,  petani bawang akan mendapat margin keuntungan yang pantas karena berkemungkinan harga akan sangat tinggi.  " Di laur negeri seperti Singapore,  misalnya,  daya beli masyarakatnya berkalilipat dibanding di sini,  sehingga harga komoditas yang memiliki keunggulan komparatif seperti bawang sangatlah layak", ucap nofi

Namun,  untuk bisa sampai menghasilkan bawang yang akan diekspor tentu membutuhkan kebijakan khusus dan keberpihakan fiskal khusus,  serta berbagai insentif-insentif khusus yang akan mendorong petani Alahan Panjang untuk bekerja lebih baik dan menghasilkan bawang dengan kualitas dunia.

Nofi Candra menyayangkan,  pemerintah terlihat seperti setengah hati dalam membangun sentra budidaya Lembah Gumanti.  Pemerintah datang, kemudian memuji dan berjanji,  lalu tidaklanjutnya belum juga terlihat. 

Padahal, tegas dia, yang dibutuhkan Alahan Panjang adalah perangkat regulasi khusus dan keberpihakan fiskal khusus dari pemerintah pusat,  agar Solok makin bergairah untuk berproduksi.  " Saya mengusulkan agar status  Kawasan Ekonomi Khusus Pertanian atau Agrobisnis disematkan ke kawasan Alahan Panjang,  agar semua kebutuhan perangkat regulasi dan fiskal bisa diberikan", kata Nofi.

( rel / dtr )

 


Wartawan : relis
Editor :

Tag :#Kawasan Alahan Panjang #Bawang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com