HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Selasa, 9 Mei 2023

KE NEGERI CHINA ATAU DI MINANGKABAU?

OPini Diah Noverita
OPini Diah Noverita

KE NEGERI CHINA ATAU DI MINANGKABAU?

OLEH: Dr. DIAH NOVERITA, M.Hum

 

            Sejak dulu China telah memiliki peradaban yang paling kuat pengaruhnya di berbagai wilayah terutama di Asia Timur, salah satunya bahasa China. Secara umum bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif antar sesama manusia dari zaman ke zaman. Bahasa China merupakan salah satu bahasa yang paling umum digunakan di dunia, seperti Korea, Jepang dll. Setiap bahasa juga meliputi simbol, tanda, penanda dan petanda untuk memudahkan pemahaman dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa, umat manusia tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Pentingnya berbahasa telah membentuk karakter dan ciri khas tersendiri pada masing-masing etnis dan budaya manusia. Perkembangan bahasa dari masa ke masa mengalami proses yang beragam, dan terus berjalan seiring dengan kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi, meskipun pengembangan bahasa bisa digunakan atau disampaikan dalam beragam media. Zaman kekinian berbahasa lebih efektif disampaikan dengan media digital, seperti Whats App (WA), Instagram, Twitter, Facebook, Youtobe, Tik Tok, dll.

            Bahasa juga digunakan untuk alat menuntut ilmu, semakin banyak yang kita kuasai, semakin banyak ilmu yang kita peroleh. Setiap manusia berpeluang untuk mempelajari berbagai bahasa dan budaya, serta dapat menguasai banyak bahasa dan pengetahuan kebudayaan sebagai bahasa pergaulan dan lingkungan sosial serta untuk mempelajari teknologi. Terkait dengan menuntut ilmu, Islam mengajarkan kita, tentang fatwa “Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negri China”. Sementara dalam tradisi di Minangkabau menuntut ilmu dengan berpedoman dari alam semesta, seperti ungkapan “Alam Takambang Jadi Guru”. Orang Minangkabau harus banyak belajar dan selalu mempelajari sifat-sifat alam, karena alam semesta adalah lautan ilmu.

            Alam takambang jadi Guru ‘Alam terkembang menjadi Guru’ bermakna sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Kata kuncinya terletak pada kata alam dan guru. Kata alam dapat dimaknai seluruh unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan. Manusia memaknai alam sebagai sesuatu yang natural (alami) yang bersumber dari kesadaran betapa luasnya kehidupan ini. Alam semesta atau alam raya yang ada di bumi ini dapat dijadikan pelajaran berharga untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Alam adalah sebagai tempat belajar manusia. Sifat-sifat alam yang ada disekitar manusia, seperti cuaca cerah, udara yang bersih dan sejuk, pemandangan yang indah, laut yang biru, tanaman (pohon, rerumputan yang hijau dan segar) adalah bukti bahwa alam diciptakan Tuhan untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Alam dan isinya adalah tanda-tanda yang harus dipahami manusia. Orang Minangkabau dinamis dan bisa belajar dari alam, dapat menyesuaikan dan mengembangkan diri di mana saja ia berada, baik di rantau dan di kampung halaman. Orang Minangkabau diharapkan untuk bisa menjadi  rahmatan lil alamin.

Pertanyaan yang perlu direnungkan adalah “Kenapa kita harus ke negri China? Apa sesungguhnya makna yang tersirat dalam ungkapan tersebut? Apakah Negri China lebih hebat daripada Minangkabau? Apakah budaya China lebih unggul daripada budaya Minangkabau? Salah satu contoh budaya China yaitu tentang karakter alam takambang jadi guru. Di China, tulisan dan aksara-aksaranya memang terinspirasi dan menyalin secara utuh pada alam semesta. Hal ini dapat dibuktikan pada tulisan China kuno yang ditemukan pertamakali oleh Cang Jie. Cang Jie pejabat pencatat sejarawan Kaisar Kuning. Cang Jie juga bertanggungjawab atas ternak dan ransum. Cang Jie telah merintis tulisan kuno Cina yang berpedoman pada keadaan disekitarnya, terutama pada padang rumput yang luas serta ternak peliharaannya. Hal ini diawali karena kesulitan dalam menghitung jumlah ternak yang dititipkan kepadanya untuk digembalakan. Penandaan dan penghitungan terhadap jumlah ternak-ternak tersebut membuat Cang Jie harus hati-hati dalam menuliskan semua ternak dan ransumnya yang selalu dalam jumlah yang tidak kurang atau hilang selama dalam pengawasannya. Hal ini dilakukannya setiap hari dengan berbagai cara yang dipikirkannya untuk mengetahui jumlah hitungan ternak dan ransumnya yang bertambah sebagai bukti kewajiban dan tanggungjawabnya kepada pemilik ternak atau majikannya. Kisah Cang Jie ini merupakan legenda yang terkenal sebagai perintis karakter-karakter Cina (Chunjiang, 2008)   

Karakter China dalam bentuk tulisan kuno memang terinspirasi dari benda-benda alam, hewan, jejak kaki burung dan hewan dalam memulai hitungan terhadap sesuatu pekerjaan. Jejak kaki berbeda melambangkan makhluk tertentu. Simbol, gambar, simpul, ikatan juga digunakan sebagai alat komunikasi pada zaman kuno China. Karakter China yang terinspirasi dari alam semesta merupakan salah satu tulisan tertua di dunia, selain hiroglif Mesir, dan baji Sumeria. Tulisan baji muncul 5.500 tahun yang lalu dan sebagian besar diukir di atas batu atau bata lumpur. Tulisan horoglif Mesir sudah ada lebih dari 5.000 tahun lalu yang terdiri dari karakter fonetik dan tulisan silabik serta alfabet (Chunjiang, 2009)

Bentuk karakter China terdiri dari ribuan karakter. Struktur bentuk karakter terdiri atas satu atau lebih karakter dasar. Karakter China terkenal sebagai karakter blok kotak, karena terdiri atas kotak-kotak kecil. Karakter China bentuk yang berdiri sendiri. Goresan karakter China memiliki berbagai ragam garis goresan, contohnya garis horizontal, garis vertikal, garis miring ke kiri, garis miring ke kanan, titik, dll. Semua garis goresan ini awal mulanya terinspirasi dari karakter alam semesta, perilaku benda-benda alam yang dapat dilihat, yang mencerminkan hal-hal baik dan juga mewakili kondisi dan situasi yang dilihat pada awal penciptaan tulisan China kuno ini. Tanda-tanda alam yang terwujud dalam simbol waktu, proses berhitung, peristiwa dan cuaca, tingkah laku hewan dan pengilustrasian bentuk tumbuhan, dll.  

Apakah orang Minangkabau punya tulisan, dan aksara Minangkabau? Pada zaman dahulu, di  surau-surau orang belajar menulis dan membaca tulisan Arab bahasa Melayu Minangkabau. Orang yang tua-tua di tahun 1945, pada umumnya pandai membaca menulis tulisan Arab Minangkabau, dan tidak pandai membaca menulis tulisan laten. Orang yang terkemuka saja yang pandai menuliskan. Semenjak adanya sekolah desa (SD), disamping tulisan laten diajarkan pengetahuan menulis dan membaca huruf Arab Minangkabau (Bai’ah, 2010).

Orang Minangkabau memandang prilaku alam lebih kepada “membaca karakter” alam semesta, mengilustrasikan proses alam semesta dan isi alam itu sendiri. Peristiwa alam yang terlihat, teriakan benda alam, dan kondisi alam semesta sejak dulu. Hal ini dapat diekpresikan dalam ungkapan, mamangan, pantun dll. Karakter alam tersebut antara lain: Gabak di hulu tando ka hujan, cewang di langik tando ka paneh, saciok bak ayam, sarumpun bak sarai, mumbang jatuah, kalapo jatuah, lompek sakayu kasah, guruah patuih manubo limbek, pandan tajamuah disurabang, tujuah ratuih carikan ubek, badan batamu baru ka sanang. Karakter alam semesta dalam berbagai istilah adat sangat banyak di dalam kehidupan orang Minangkabau. Inilah pembelajaran yang perlu dipahami sebagai kearifan lokal Minangkabau.  

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand

                     

 


Tag :#Opini #Didaktika #Diah Noverita #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com