HOME VIRAL UNIK

  • Senin, 3 November 2025

Katupek Gulai Tunjang: Perpaduan Lembut Ketupat Dan Gurih Kuah Sumsum Dari Ranah Minang

Katupek Gulai Tunjang
Katupek Gulai Tunjang

Katupek Gulai Tunjang: Perpaduan Lembut Ketupat dan Gurih Kuah Sumsum dari Ranah Minang

Oleh: Andika Putra Wardana

Ada banyak macam bahan makanan yang dimasak menjadi gulai di Ranah Minang, mulai dari nangka muda, pakis, hingga jeroan. Namun satu yang paling menggoda selera, terutama di pagi hari, adalah gulai tunjang. Masyarakat Minangkabau mengolahnya dengan sabar dan cermat, memadukan rasa gurih santan dengan lembutnya ketupat, menciptakan hidangan yang bukan sekadar sarapan, tapi pengalaman kuliner penuh makna.

Hidangan ini tersebar luas di berbagai daerah di Sumatera Barat, terutama di Padang Panjang, Pariaman, dan Tanah Datar. Kata tunjang sendiri merujuk pada kaki sapi, bagian yang kaya tulang dan sumsum. Di tangan orang Minang, bahan ini disulap menjadi kuah santan kental yang gurih dan harum, ciri khas yang tak tertandingi.

Proses memasaknya tidak bisa tergesa. Tunjang harus direbus lama hingga empuk, agar sumsum dan kolagen di dalamnya larut sempurna dalam santan. Bumbu dasarnya terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, serai, daun jeruk, dan asam kandis. Setelah santan mendidih dan rempah melebur, potongan tunjang dimasukkan perlahan, dimasak hingga kuah mengental berwarna kekuningan dengan lapisan minyak merah di permukaannya, tanda bahwa gulai telah matang sempurna.

Biasanya gulai tunjang disajikan dengan ketupat padat berbalut daun kelapa muda, disiram kuah hingga meresap, dan diberi taburan bawang goreng. Di beberapa tempat, ditambahkan sambal lado hijau atau kerupuk merah sebagai pelengkap, menghasilkan kombinasi tekstur yang kontras, lembut, gurih, dan sedikit pedas.

Secara budaya, Katupek Gulai Tunjang sering muncul pada momen-momen kebersamaan, sarapan selepas Subuh di lapau (warung kopi), jamuan lebaran, hingga pesta pernikahan nagari. Di meja panjang, piring ketupat tersusun berdampingan dengan rendang, sambalado, dan gulai cubadak (nangka) mencerminkan filosofi makan orang Minang yaitu banyak rasa, satu kesatuan.

Yang menarik, resep gulai tunjang tidak seragam di setiap daerah. Di Pariaman, kuahnya lebih pedas dan kental, di Padang Panjang, lebih ringan dan sedikit manis karena tambahan kelapa muda, sementara di Tanah Datar, aroma kunyit dan daun jeruk lebih menonjol. Semua versi memiliki satu kesamaan, rasa gurih dalam yang hanya muncul dari tunjang yang dimasak lama dengan api kecil, warisan kesabaran para ibu di dapur Minang.

Bagi perantau, Katupek Gulai Tunjang sering menjadi simbol nostalgia. Tidak ada yang bisa menandingi sensasi duduk di bangku kayu di warung pinggir jalan, melihat uap kuah santan menari di udara dingin pagi, sambil menyeruput kopi dan menyuap potongan ketupat basah kuah. Satu suapan saja sudah cukup untuk memanggil kembali kenangan kampung halaman.

Jadi, jika kamu berkunjung ke Sumatera Barat dan menemukan papan bertuliskan “Katupek Gulai Tunjang Elok Uni Nur” atau “Katupek Tunjang Pitalah” di tepi jalan, jangan lewatkan kesempatan itu. Di balik setiap piringnya, tersimpan kisah tentang kerja keras, rasa syukur, dan kearifan memasak yang diwariskan turun-temurun. Karena di Ranah Minang, bahkan dari semangkuk gulai tunjang pun, kita bisa belajar tentang kesabaran, ketelitian, dan cinta yang sederhana tapi mengenyangkan jiwa.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Katupek Gulai Tunjang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com