HOME VIRAL UNIK

  • Senin, 10 November 2025

Kareh-Kareh, Kelezatan Hangat Dari Negeri Berselimut Kabut

Kareh-Kareh
Kareh-Kareh

Kareh-Kareh, Kelezatan Hangat dari Negeri Berselimut Kabut

Oleh: Andika Putra Wardana

Indonesia dikenal dengan ragam kulinernya yang kaya bumbu dan cita rasa. Hampir di setiap daerah, masyarakatnya punya camilan tradisional yang lahir dari bahan-bahan sederhana, tapi diolah dengan cara unik dan penuh makna. Salah satunya datang dari dataran tinggi Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sebuah daerah berhawa dingin yang menghasilkan banyak makanan khas. Dari sanalah muncul kudapan manis-gurih yang disukai oleh semua kalangan, yaitu  kareh-kareh.

Kareh-kareh adalah camilan tradisional berbahan dasar tepung beras dan gula aren, yang digoreng hingga kering dan renyah. Rasanya manis gurih, aromanya harum gula kelapa, dan cocok disantap saat udara dingin bersama teh talua atau kopi kawa.


Bagi masyarakat Alahan Panjang di Kabupaten Solok, kareh-kareh bukan sekadar camilan, tapi teman sejati di kala udara dingin. Kudapan ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula alami, lalu digoreng perlahan di atas tungku kayu hingga berwarna keemasan. Rasanya renyah di luar, tapi lembut di dalam, manisnya tidak menusuk, gurihnya tidak berlebihan. Makanan ini disajikan dengan cara yang sangat sederhana, tapi setiap gigitan terasa seperti hangatnya pelukan rumah di tengah kabut pegunungan.

Tak ada catatan pasti sejak kapan kareh-kareh menjadi bagian dari kuliner Minangkabau, namun hampir semua orang tua di nagari percaya bahwa makanan ini sudah ada sejak masa nenek moyang. Dulu, kareh-kareh dibuat menjelang sore, ketika para petani sudah pulang dari sawah dan anak-anak baru selesai mengaji di surau. Ibu-ibu akan menyiapkannya di dapur, sambil berbagi cerita dan tawa, sementara aroma minyak goreng bercampur gula mengalir keluar jendela kayu rumah. Di situlah kareh-kareh menjadi simbol kebersamaan yang sederhana, makanan yang mengundang semua orang duduk melingkar.

Di udara yang dingin, rasa manis alami dari kareh-kareh menjadi penghangat yang sempurna. Tak heran jika banyak perantau dari Solok selalu mencari kudapan ini ketika pulang kampung. “Rasanya beda kalau dimakan di sini,” ujar seorang penjual di Pasar Alahan Panjang sambil tersenyum. “Mungkin karena angin gunungnya ikut masuk ke adonan,” tambahnya, setengah bergurau tapi juga penuh makna.

Menariknya, kareh-kareh juga menjadi simbol kejujuran rasa dalam filosofi Minangkabau. Ia dibuat tanpa bahan pengawet, tanpa pewarna, hanya tepung, gula, dan minyak, mencerminkan prinsip hidup masyarakatnya yang menghargai keaslian. Bagi orang Alahan Panjang, kelezatan sejati datang dari kesederhanaan, bukan dari kemewahan.

Kini, kareh-kareh tak hanya dijual di warung-warung nagari, tapi juga menjadi oleh-oleh khas yang sering dibawa para wisatawan yang melewati jalur Padang–Solok. Banyak yang bilang, tidak lengkap rasanya mampir ke dataran tinggi Gunung Talang tanpa membawa sebungkus kareh-kareh untuk teman di perjalanan. Meskipun bentuk dan bungkusnya sederhana, hanya dibalut plastik atau kertas cokelat, rasanya mampu menandingi kudapan modern mana pun.

Dalam setiap gigitannya, kareh-kareh mengingatkan bahwa kehangatan sejati tidak selalu datang dari sesuatu yang rumit. Kadang, ia justru hadir dari tepung, gula, dan minyak, diolah oleh tangan yang sabar, di dapur yang berasap, di negeri yang selalu berselimut kabut.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Kareh-Kareh

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com