HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN AGAM

  • Kamis, 27 Januari 2022

Ikan Mati Massal Sepanjang Tahun 2021, Target Produksi Perikanan Budidaya Di Agam Tidak Tercapai

Bupati Agam didampingi Kadis PKP, Rosva Deswira saat menebarkan bibit ikan rayo di Jorong Barulak, Nagari Koto Tangah.
Bupati Agam didampingi Kadis PKP, Rosva Deswira saat menebarkan bibit ikan rayo di Jorong Barulak, Nagari Koto Tangah.

Agam (Minangsatu) - Pemerintah Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, melansir target 50 ribu ton produksi perikanan budidaya urung tercapai di tahun 2021. Hal tersebut disebabkan kematian ikan secara massal di sejumlah kawasan sering terjadi sepanjang tahun menjadi salah satu penyebab melesetnya capaian target.

"Benar, target produksi perikanan budidaya yang dicanangkan pada awal 2021 meleset sebesar 13 ribu ton dari sasaran 50 ribu ton hanya tercapai 37 ribu ton. Perikanan budidaya ini diantaranya, ikan nila, lele, gurame ikan tawar dan lainnya. Kawasan budidayanya meliputi seluruh kecamatan di Agam dan potensi besarnya terdapat pada Keramba Jaring Apung (KJA)," Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Agam, Rosva Deswira, Kamis (27/1/22).

Dijelaskan, melesetnya target tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari iklim yang ekstrim, musibah kematian ikan hingga faktor rencana revitalisasi danau Maninjau untuk mengatasi degradasi lingkungan dari akibat pencemaran air danau.

"Terkait pengaruh rencana program revitalisasi danau dengan misi pengurangan KJA jelas dia, menyebabkan banyak petak keramba yang dibiarkan kosong atau tidak dimanfaatkan lagi oleh penambak untuk budidaya," jelasnya.

Sedangkan cuaca buruk, berupa hujan dengan intensitas yang tinggi berpengaruh pada turunnya suhu air dan mengganggu pertumbuhan ikan. Lalu soal musibah kematian ikan dipicu hembusan angin yang menyebabkan terjadinya umbalan atau pembalikan massa air.

"Degradasi habitat berdampak pada penurunan produktivitas produksi KJA dan mengakibatkan seringnya terjadi kematian massal ikan budidaya. Di tahun 2021, tercatat kerugian sekitar Rp35,28 miliar akibat kematian 1.764 ton ikan secara massal," jelasnya lagi.

Dikatakan, sesuai catatan pihaknya musibah kematian ikan secara massal itu tiga kali terjadi sepanjang tahun 2021. Periode Januari-Februari 2021 sebanyak 15 ton ikan mati massal di Nagari Bayua dan Kotomalintang.

"Musibah serupa kembali terjadi pada Mei 2021 dengan 44 ton ikan mati massal di Nagari Sungaibatang, Tanjungsani dan Kotomalintang. Terparah periode Desember 2021 dengan data 1.705 ton ikan mati massal tersebar di tujuh nagari," ucapnya.

Diutarakan, untuk menggenjot produksi pemerintah telah menyalurkan penebaran bibit ikan sekitar 168 juta ekor selama tahun 2021. Jutaan bibit itu mayoritas disuplai dari Balai Benih Ikan (BBI) Lubukbasung dan BBI Gumarang di Palembayan.

"Tahun ini, kami menargetkan pembenihan sebanyak 170 juta ekor. Sementara target produksi ikan sebanyak 30 ribu ton. Kenapa target produksi yang diusung tahun ini menyusut, karena berkaitan dengan program revitalisasi danau," kata dia.

Agar target kali ini tak lagi meleset, pihaknya aku Rosva telah menyiapkan sederet strategi. Diantaranya mengembangkan atau mengoptimalkan lahan-lahan budidaya seperti kolam air tenang dan kolam air deras. Kemudian memanfaatkan lahan-lahan sempit atau marginal untuk kolam terpal.

Pemerintah telah memprogramkan pengembangan sektor perikanan ini dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp2,84 miliar tahun ini. Dana itu untuk program perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan hasil dan pemasaran. 

"Nilai DAK tahun ini jauh lebih besar ketimbang tahun 2021. Kita dapat semacam reward dari pemerintah pusat dengan penambahan kucuran DAK atas realisasi 100 persen DAK tahun lalu yang senilai Rp 1,3 miliar," ulasnya.*


Wartawan : M. Fadillah
Editor : Benk123

Tag :#agam

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com