HOME OPINI OPINI

  • Rabu, 23 Juli 2025

Datanglah Ke Ranah Minang

Gamawan Fauzi
Gamawan Fauzi

Datanglah ke Ranah Minang

Oleh: DR. H. Gamawan Fauzi

Bulan Oktober mendatang, akan ada event pariwisata cukup besar di Sumatera Barat, yaitu Asian Homestay Forum, yang di pusatkan di Kabupaten Solok, khususnya seputar Danau Diatas (Danau Diateh).

Danau Diateh belakangan ini memang seperti gadis cantik yang ranum. Objek objek wisatanya tumbuh menjamur dengan beragam pesona yang dijanjikan.

Ini sangat menarik di cermati, mengingat perkembangan pariwisata Sumbar dalam beberapa tahun terakhir memang seperti taman di musim semi, bunga mekar dimana mana menghiasi taman yang indah.

Dalam beberapa kali saya diminta memberikan masukan tentang kemajuan Sumatera Barat ke depan. Saya selalu mengatakan bahwa kemajuan Sumatera Barat itu akan bisa diraih dengan memberikan dorongan, perhatian dan kesungguh sungguhan bagi kemajuan Pariwisata, Pendidikan dan Kesehatan.

Kenapa bukan pertanian ? Saya tidak menisbikan sektor pertanian yang sekarang digeluti sekitar 50 persen usaha masyarakat. Tapi pertanian dengan model sekarang, berat bagi Sumbar untuk melakukan lompatan besar, paling sekedar menjadi ekonomi subsistensi. Yaitu ekonomi yang " Lapeh makan " untuk menopang hidup.

Banyak argumentasi saya hingga sampai pada kesimpulan seperti itu, antara lain soal kepemilikan lahan yang rata rata hanya dimiliki sepertiga hektar per keluarga dan soal harga gabah yang relatif rendah dengan biaya pupuk yang makin berkurang subsidinya dari tahun ke tahun serta beberapa faktor lainnya.

Lalu kenapa tiga sektor yang saya sebutkan tadi bisa memberikan dampak besar bagi ekonomi Sumatera Barat ?Dalam bulan bulan terakhir ini, promosi media melalui Google, instagram, tweeter dan sebagainya tentang ke unggulan potensi pariwisata Sumatera Barat saya nilai luar biasa. Sejumlah keunggulan alam Sumatera Barat di expose berbagai pihak melalui media Sosial. Mulai wisata pantai, pulau pulau yang exotic, Danau Danau yang Indah, udara pegunungan yang sejuk dengan hutan alamnya yang menarik di pandang, lembah lembah berhutan alam yang mempesona, air terjun/ sarasah yang terserak si banyak tempat, Gunung yang menjulang ke langit disaput awan putih, hamparan sawah yang menguning, jalan jalan Nagari yang bekelok kelok berhias panorama rumah gadang arsitektur Minangkabau yang unik, sampai kepada kuliner yang hanya memberi dua pilihan, enak dan enak sekali, hingga buah tangan makanan khas Minang dengan berbagai keunggulan komperatif yang di milikinya.

Menurut pencermatan saya, dalam beberapa tahun terakhir ini, memang bertumbuh sejumlah sarana Pariwisata di Sumatera Barat atau juga bangunan yang kemudian menarik untuk di kunjungi seperti Kelok Sembilan, Mesjid Raya Sumatera Barat dan sejumlah bangunan baru yang di inisiasi pembangunannya oleh beberapa kabupaten/ kota.

Destinasi wisata Sumatera Barat yang memang luar biasa, belakangan dibanjiri pujian luar biasa pula. Mulai dari Mande, Rumah Seribu gonjong, Lambah Anai, Desa tercanti di dunia Pariangan, Ngarai Sianok, Puncak Pato, Danau Diateh, Cinangkiak Singkarak, Lambah Harau, Danau Maninjau, bahkan juga sejumlah objek wisata baru yang tak saya kenal. Terakhir saya membaca Salibutan dengan Air terjunnya yang tak kalah indah dari Air terjun Lembah Anai.

Sewaktu tersesat di rimba raya antara Paninggahan dan Padang 24 tahun lalu, atau tepatnya 14 Agustus 1999, saya memang sempat terpesona dengan air terjun yang belum terpoles tangan manusia itu. Tapi Saya taks empat menikmati berlama lama karena saya masih terperangkap dengan kerisauan, maklum jalan keluar belum di temukan. Rupanya Air terjun itu tak jauh lagi dari perkampungan tempat kami keluar dari belantara.

Saya sering mengatakan bahwa Allah itu Maha Adil. Saya yakin suatu saat Sumatera Barat akan menemukan sumber pendapatan yang besar, walaupun tidak memiliku Minyak bumi, gas alam, batu bara dan lain lain sumber galian mineral dalam jumlah besar seperti propinsi tetangga.

Keyakinan saya adalah Periwisata, itulah tambang emas Sumatera Barat masa datang. Setiap tamu yang datang ke Sumatera Barat, rasanya tak ada yang tak mengagumi ke elokan dan keindahan alam Minangkabau. Seorang sahabat saya di Jakarta mengatakan, bahwa Allah sedang tersenyum ketika membuat alam Ranah Minang Yang permai ini.

Kini, dari waktu ke waktu, dari hari ke hari masyarakat, mulai dari pengusaha yang berpunya, hingga penduduk biasa makin tergoda untuk mengekploitasi sektor pariwisata ini. Ada yang membuat resort resort yang berkelas, hingga menjadikan

rumah rumah penduduk sebagai tempat penginapan semacam Homestay, losmen dan sebagainya. Saya mendapat informasi, bahwa idul fitri kemaren, pelancong mengalami kemacetan totalñ hingga lebih dari 4 jam ke arah danau Diatas dan danau Dibawah. Tentu ke daerah alain juga seperti itu, apalagi arah Bukittinggi, Tanah Datar, Maninjau, Pesisir Selatan, Singkarak dan 50 Kota.

Demikian lubernya wisatawan, hingga hotel, resort, villa, glamping, camping ground, wisma, homestay dan tempat penginapan lainnya tak lagi sanggup menampung. Akhirnya banyak wisatawan yang tidur di halaman mesjid atau rumah rumah penduduk, sekedar melenturkan pinggang yang kaku atau untuk istirahat, tak peduli kualitas tempat dan kelayakan.

Ketika berlangsung event Nasional PENAS di Padang beberapa bulan lalu, saya di keluhkan seorang teman dari Jakarta yang mengunjungi saya, bahwa beliau tak dapat hotel sebelum berangkat kembali ke Jakarta, sekalipun hotel melati, karena semua sudah penuh. Beliau terpaksa tidur tidunran di BIM menunggu paginya pesawat ke Jakarta. Semua itu mengindikasikan bahwa Sumatera Barat makin menarik untuk di datangi wisatawan.

Keadaan ini 'bersambut' dengan munculnya reaksi masyarakat dengan bertumbuhnya resort baru, hotel, objek objek wisata baru yang di eksploitasi sesuai potensinya. Sebagai maayarakat yang berjiwa entepreneur, masyarakat Minang tak perlu disuruh membuat semua itu. Kalau ada peluang, mereka pasti memanfaatkannya, seperti juga munculnya berbagai tempat kuliner baru dan produk makanan yang di packaging dengan makin baik dan hiegenis , berkelas nasional, mulai dari asampadeh, rendang, dendeng balado, rendang lokan, aneka keripik, dan lain-lain.

Semua itu tentu pantas dihargai dan disambut baik oleh pemerintah Daerah. Dalam konsep Reinventing Goverment, Pemerintah berperan sebagai pengemudi / stearing dan masyarakat mendayung/ rowing. Kini masyarakat sedang bersemangat mendayung kapal pariwisata. Pertanyaannya, apakah Pemerintah sudah berfungsi optimal sebagai pengemudi ? Yang mengatur, mengarahkan, memfasilitasi spirit entepreneur masyarakat itu ? Lebih mendasar lagi apakah Pemda dan DPRD Sudah menempatkan sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan yang mendapat perhatian lebih dibanding sektir sektor lainnya?

Pertanyaan akan lebih panjang lagi bila fokus ke depan, pembangunan Sumatera Barat memang ditempatkan pada sektor Pariwisata. Bila benar, tentu perlu di pahami kondisi terkininya, apa kekuatan/ streng, kelemahan / weaknes, peluang/opportunity dan tread atau tantangan.

Saya belum tau tentang hal itu. Mudah mudahan sudah. Lalu bagaimana dalam hal menempatkan anggaran untuk terus memperbaikinya , memfasilitasinya dan menggairahkannya ? Apa kemudahan yang di berikan kepada investor ? Misalnya ada tax holiday, atau mempercepat dan mempermudah perizinan, memperbaiki pelayanan, akses pemasangan litrik, air bersih dan sebagainya.

Sejauhmana dukungan instansi vertikal dalam hal ini ? Saya kira diperlukan komitment bersama dengan menentukan target capaian, evaluasi progress secara berkala dan disiplin untuk mengetahui capaian dan kendalanya.

Feeling saya sebagai mantan pamong yang sekitar 40 tahun berada di dunia pemerintahan/ borokrasi, bahwa sektor ini sungguh menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat, karena sektor ini memiliki rembesan yang luas kepada sektor lainnya dan memberikan impact yang baik untuk kesejehteraan/ walfare masyarakat. Walaupun bukan tanpa masalah. Tapi dapat di minimalisir.

Salah satu persoalannya adalah kekhawatiran terhadap masalah sosial, perubahan perilaku Masyarakat akibat terjadinya sikap meniru, terutama hal hal yang tak sesuai kultur Minangkabau. Tapi itu dapat di antisipasi dengan bermacam strategi. Lihatlah Bali di dalam negeri. Sampai sekarang mereka tetap mampu menjaga dan mempertahankan budayanya meskipun periwisata mereka sdh berkembang puluhan tahin.

Di luar negeri, ada negara Butan, di kaki himalaya. Yang ternyata perkembangan pariwisata mereka, tak mampu mengusik keutuhan tradisi dan budayanya, bahkan keunikan budaya itu pula yang kemudian makin menjadi daya tarik para pelancong.

Saya membaca sebuah berita, bahwa Sumatera Barat menargetkan 8,2 juta turis datang per tahun. Saya kira masuk akal. Pertanyaannya, apa langkah untuk capaian itu ? Atau kongkritnya, apa saja yang akan dilakukan hingga target tercapai ? Sudahkah di rancang event event tahunan yang permanent dan benar benar terlaksana ? Apakah sudah di inventarisasi semua kekurangan yang masih ada ?

Ini pekerjaan besar dan harus digarap secara sustainable, dan matang step by step mulai dari infrastruktur sampai kepada hal hal yang lebih detil. Bagaimana dikungan para seniman, budayawan untuk menggairahkan dan mengisi sektor ini agar dia hidup dan semarak.

Saya tak dapat menyebutnya satu-persatu karena demikian luasnya cakupan dalam memajukan sektor ini bila ingin gairah ekonomi Sumatera Barat jangka panjang di ketakkan pada sektor pariwisata.

Pengalaman menunjukkan, bahwa kesalahan dalam mendisain, atau sebaliknya membiarkan sektor ini berjalan sendiri ( outo pilot ), bisa dipastikan akan terjadi kesemrawutan yang kelak sulit diperbaiki. Pada bagian ini, ungkapan 'Salah Cancang jadi ukie' tidaklah pada tempatnya, karena ini menyangkut rasa, seni dan keindahan. Pariwisata yang terlanjur rusak akan ditinggalkan para penggemar traveling.

Orang akan berkata, banyak objek lain di daerah lain yang lebih menarik, karena ini menyangkut pilihan selera.

Selamat.menunggu tamu Ranah Minang.

Padang, Juli 2025


Tag :#Opini #Pariwisata

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com