HOME PENDIDIKAN NASIONAL

  • Selasa, 27 Oktober 2020

BNPT Dorong Perguruan Tinggi NTB Cegah Terorisme

Kasubdit Pemberdayaan BNPT, Dr. Andi Intang Dulung, saat acara Dialog Pencegahan Terorisme, di kampus Universitas Mataram, Selasa, (27/10/2020).
Kasubdit Pemberdayaan BNPT, Dr. Andi Intang Dulung, saat acara Dialog Pencegahan Terorisme, di kampus Universitas Mataram, Selasa, (27/10/2020).

Mataram (Minangsatu) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendorong perguruan tinggi di Nusa Tenggara Barat untuk ikut mencegah radikalisme dan terorisme di daerah itu. Hal ini mengemuka dalam Dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB dan Universitas Mataram (Unram), di Mataram, Selasa (27/10/2020).

Kegiatan yang berlangsung di gedung dome Unram ini,  menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten dari BNPT, FKPT NTB dan Civitas Akademika Unram, yaitu Kasubdit Pemberdayaan BNPT, Dr. Hj Andi Intang Dulung MHI; Rektor Unram Prof H Lalu Husni MHum; Ketua FKPT NTB, Dr H Lau Syafi'i MM; Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alaudin Makassar, Dr H Muamar Bakrie, mantan anggota jaringan teroris Yudi Zulfahri dan Akademisi Unram Dr. H Muhaimin SH MHum.

Kasubdit Pemberdayaan BNPT, Dr. Hj Andi Intang Dulung, mengatakan, dipilihnya Unram sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia dengan pertimbangan Unram mempunyai mahasiswa sebanyak 35.000 orang dan menjadi daerah   prioritas (Kalau tidak mau dikatakan NTB masuk daerah zone merah). Karena itu ia berharap semua yang hadir dalam kegiatan menyampaikan bahaya radikalisme terorisme ke  tengah masyarakat dan cara mencegahnya.

Ia berharap generasi mahasiswa/pemuda jangan sampai tercemar faham radikalisme. ''Ini memang sasaran kegiatan adalah generasi muda, termasuk mahasiswa jangan sampai tercemari faham radikalisme. Keinginan kami dari BNPT bidang pencegahan, dalam hal ini Direktorat Pencegahan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu memahami dan menanggulangi bahaya radikalisme teroris di kalangan mahasiswa,'' sebutnya.

Dijelaskannya, saat ini kita menghadapi dua virus yang menguras perhatian masyarakat yaitu virus Corona-19 dan virus radikalisme di kalangan generasi muda. Langkah strategis yang bisa dilakukan untuk mengatasi virus radikalisme dan terorisme melalui pencegahan seperti kegiatan yang dilaksanakan di Unram ini. ''Ada narasumber yang bisa dijadikan masukan untuk mencegah bahaya radikalisme dan terorisme,'' sebutnya. 

Rektor Universitas Mataram, Prof Lalu Husni MHum, memberikan apresiasi atas diselenggarakannya kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini akan memberikan pemahaman pada stake holder perguruan tinggi baik dosen, lembaga pendidikan maupun mahasiswa agar dapat terhindar, atau  menjauh diri dari faham-faham radikalisme dan tindakan terorisme. Ia berharap  BNPT maupun FKPT NTB terus bisa bekerjasama dengan universitas untuk memberikan penyadaran kepada mahasiswa sehingga ada persamaan persepsi dalam menangkal terorisme dan tindakan terorisme yang sangat membahayakan negara kesatuan RI.

Ditanya soal radikalisme di Unram, Lalu Husni mengaku secara pasti sulit untuk mendeteksinya. Tapi pada bulan April 2019 lalu Setara Institute telah merilis kampus-kampus  yang terpapar paham radikalisme. Salah satu  yang disebut Setara Institute adalah Unram. ''Terlepas dari valid atau tidaknya hasil penelitian ini dilihat dari sisi metodelogi penelitian, namun bagi kami Unram menganggapnya sebagai warning, peringatan agar kami pengelola perguruan tinggi lebih hati-hati dan waspada, bahwa faham radikalisme dan terorisme yang sangat berbahaya atas keutuhan bangsa ini sudah masuk di kalangan mahasiwa,'' katanya.

Untuk itulah Unram mengambil beberapa langkah preventif selain melakukan penguatan idiologi kebangsaan, melalui dosen-dosen mata kuliah Pancasila, begitu juga kepada  dosen lain, dengan meminta waktu 10-15 menit sebelum kuliah memberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan.

Selain itu juga semua mahasiswa baru yang diterima di Unram membuat pernyatan tertulis bermaterai yang diketahui oleh orangtua/wali, bahwa jika nantinya dalam perjalanan studinya tersangkut faham radikalisme, terorisme dan narkoba akan dikeluarkan secara tidak hormat sebagai mahasiwa Unram. ''Selain itu kita mengambil alih pengelolaan masjid Unram, hingga lebih mudah melakukan kontrol terhadap dai, kyai dan penceramah maupun pengajian rutin serta khotbah-khotbah Jumat dari kalangan yang lebih moderat,'' katanya.

Ketua FKPT NTB, Dr. H. Lalu Syafi'i, MM, menyatakan pelibatan civitas akademica perguruan tinggi ini menjadi sangat penting untuk bersama-sama dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme. Ia berharap acara ini dapat meningkatkan kesadaran civitas academica perguruan tinggi dalam upaya mencegahan tindak radikalisme,  sehingga kampus bisa menjadi epicentrum damai dan perekat bangsa ditengah-tengah masyarakat yang majemuk dalam bingkai NKRI.

Mantan napi terorisme Yudi Zulfahri, mengungkapkan pengalaman hidupnya yang sempat menjadi bagian dari jaringan kelompok terorisme. Ia menceritakan saat dirinya bergabung dengan kelompok teroris hingga pertemuannya dengan Ali Imron. Yudi yang merupakan lulusan dari STPDN tahun 2006, bergabung dengan kelompok teroris pada tahun 2007 hingga 2010 dan sempat membentuk basic militer di Aceh bersama Aman Abdurrahman. Ia mengaku selama sekolah di STPDN ia hormat dengan Pancasila, tapi setelah lulus ia malah menentang Pancasila. Itu artinya terorisme itu bisa terjadi kepada siapa saja. Ia terpengaruh doktrin ideologi yang menentang negara pada tahun 2007.

Pria yang divonis sembilan tahun dalam kasus terorisme ini mengungkapkan, seseorang yang memahami agama secara monotafsir ini kemudian suka memvonis orang lain salah. Kelompok radikal didasari pada paham intoleransi. Awalnya mengkafirkan pemerintah lalu membencinya, dan memeranginya.

Setelah itu seseorang yang terpapar paham radikal naik ke level kekerasan. Orang yang dianggap musuh atau kafir dijadikan sasaran teror. “Radikalisme atau ekstremisme ini adalah orang yang memahami agama secara ini monotafsir, cuma satu tafsir dia pakai terus dia menjadi pribadi yang intoleran, semua orang dianggap salah dan sesat di luar dia,” kata Yudi.

Dialog dihadiri 80-an mahasiswa, dosen, dan undangan lainnya dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Pantia menyiapkan masker, hand sanitizer, dan face shield.


Wartawan : Relis Bnpt-Pusat
Editor : ranof

Tag :#Bnpt kolaborasi dengan perguruan tinggi ntb#Cegah terorisme#Fkpt ntb#Universitas mataram#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com