- Senin, 22 November 2021
Bikers Pengeliling Indonesia Dari Aceh Disambut Hangat Oleh Bikers Di Jakarta

Jakarta (Minangsatu) - Tugas menjaga persatuan dan kesatuan bangsa tidak bisa hanya mengandalkan peran aparatur negara baik ASN, TNI maupun Polisi. Seluruh anak bangsa punya kewajiban sama untuk menjaga masa depan NKRI.
Ancaman perpecahan itu akibat penyebarluasan kampanye kekerasan di medsos maupun dari aksi-aksi teror yang bersumber dari kelompok intoleran.
Demikian kesimpulan yang terekam dari hasil pertemuan dengan sepasang suami-istri Bikers asal Aceh, Kamaruzaman Bustamam dan Fitri Zulfidar di Restoran The Sunday Metropole Cikini, Jakarta, Minggu (21/11/2021). Mereka selesai menempuh perjalanan dari Aceh hingga Papua, dari Sabang sampai Merauke, mengendarai sepeda motor.
Pertemuan yang digagas The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia ini menghadirkan para Bikers Jakarta, wartawan, Kasubdit Bidang Media Massa Hukum dan Humas FKPT Jakarta, Zulfikri, dan Kasi Penelitian dan Evaluasi Direktorat Pencegahan BNPT, Teuku Fauzan.
Pertemuan ini terbilang unik lantaran para Bikers yang hadir selama ini hanya kenalan lewat dunia maya. Nah, pas mereka tahu Kamaruzaman Bustamam dan Fitri Zulfidar tiba di Jakarta, mereka langsung menyempatkan diri hadir ke Cikini. “Jadi from dunia maya to dunia real kita ketemu,” ujar Kamurazaman tertawa.
Kamurazaman, yang juga Ketua FKPT Aceh ini menjelaskan, komunitas Biker yang hadir yaitu Komunitas HRPI (Honda rider PCX Indonesia) dari Sumatera Barat yang kebenaran sedang berada di Jakarta, Nio Bekasi, Indonesia Motor Home Jakarta, Void Bekasi Biker dan 2 Biker dari Tangerang dan Serpong. Jaringan Bikers ini memang sangat membantu misi perdamaian yang dibawa oleh Kamurazaman. Bahkan sebelum mulai misi ini, dia sudah berdialog dengan jaringan Bikers yang akan dilintasinya dari Aceh menuju ke Papua. “Alhamdulillah, dari perkenalan dan dialog ini setiap masuk kota, kami selalu disambut dengan istimewa,” ungkapnya.
Para Bikers ini selalu berlomba untuk menjamu dengan istimewa. "Setiap tempat yang kita kunjungi tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Semua keindahan alam dan masyarakat yang ramah menjadi hal yang paling tidak bisa kami lupakan selama perjalanan," urainya. Dari perjalan tersebut, keduanya menyakini jika Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya raya.
Para Bikers ini punya motto “Satu Aspal Sejuta Saudara”. Begitulah, Kamaruzaman Bustamam dan Fitri Zulfidar selama 3 bulan penuh keduanya menebarkan misi perdamaian kepada masyarakat sangat terbantu dengan bantuan jaringan Bikers ini.
Nurzaman dan Fitria pun terkadang berlebur dengan agenda baksos (bakti sosial, red) para Bikers. Pada kesempatan itulah, dirinya mensosialisasikan misi perdamaian. Dan memang diakuinya cara-cara informal ini sangat efektif untuk menggugah masyarakat lokal tentang peran yang mereka bisa lakukan untuk menjaga harmoni, persatuan dan mencegah kekerasan.
Dirinya mengakui, bahwa dari dialog itu memang kadang ada Bikers dan warga yang belum memahami tentang peranan FKPT. Namun setelah dijelaskan, para Bikers dan warga pun paham akan pentingnya peranan mereka menjaga dan meningkatkan kewaspadaan daerahnya dari bahaya yang tidak diinginkan.
Mengomentari dialog di Resto The Sunday Metropole, Kasi Penelitian dan Evaluasi Direktorat Pencegahan BNPT, Teuku Fauzan mengatakan bahwa sesungguhnya peranan para Bikers cukup efektif untuk mengkampanyeken Indonesia yang harmoni dan merawat persatuan dan kesatuan. Apalagi tidak sedikit para Bikers ini memiliki jaringan keanggotaan yang tersebar luas di nusantara dan mereka sering mengupload kegiatannya di Medsos.
Dialog Bikers soal menjaga Harmoni dan Perdamaian ini mendapat apresiasi dari Tri Darma, pengurus Indonesia Motor Home (IMH) Jakarta.
“Pertemuan ini menginspirasi saya bahwa menjaga persatuan dan kesatuan NKRI itu juga akan menjadi bagian dari diskursus di jaringan IMH. Mulai sekarang kami akan kampanyekan di grup istagram kami pesan-pesan menjaga harmoni dan perdamaian dari pertemuan in,” papar Tri yang berdomisili di Rawamangun, Jakarta Timur.
Pada kesempatan itu, Ricky dan istrinya dari Komunitas Biker Sumbar berbagi pengalaman. Dirinya sempat ragu ketika ingin melintas jalan ke Aceh. Mereka menyebut dirinya sebagai double minorty alias sudah beragama Katholik, keturunan China pula. Namun, kesan negatif tentang masyarakat Aceh itu terbantahkan ketika bertemu dan bersapa langsung dengan warga tanah Rencong. “Apa yang kami khawatirkan ternyata tidak benar adanya. Kita memang harus turun langsung untuk menguji kekhawatiran kita,” gugahnya.
Dari pengalamannya menyisir daerah-daerah pedalaman Sumatera, Ricky melihat bahwa memang terjadi ketimpangan dalam pemerataan pembangunan di pelosok. “Sayang sekali daerah terpencil yang alamnya bagus namun infrastrukturnya belum memadai,” pungkasnya.
Editor : ranof
Tag :#Keliling Indonesia#Bikers Jakarta#FKPT#Aceh#Sumbar#
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
15 KETUA PWI KAB/KOTA MENILAI SK PLT KETUA PWI VANNY LAUPATTY ABAL ABAL ALIAS TIDAK SAH
-
KONFERPROVLUB PWI KEPRI TIDAK SAH, HENDRY CH BANGUN: SK YANG DIGUNAKAN PALSU
-
GERAK CEPAT SEKTOR UMKM, GUBERNUR MAHYELDI DAN WAGUB VASKO KENAKAN SEPATU LOKAL SUMBAR SAAT PROSESI PELANTIKAN
-
KLB ZULMANSYAH ILEGAL, PENGURUS IKWI YANG LAMA TETAP SAH
-
WASPADA HOAX FARIANDA SINIK, NASIR NURDIN, DAN ANDI GINO TETAP SAH SEBAGAI KETUA PWI PROVINSI
-
MUSIK SEBAGAI MOOD BOOSTER DI TENGAH KESIBUKAN
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI
-
MANARI DI LADANG URANG: ANTARA KEBEBASAN DAN KESADARAN SOSIAL DALAM BINGKAI KEARIFAN MINANGKABAU