HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Jumat, 15 Oktober 2021

SOSIOLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFAT

Opini Rosmilan
Opini Rosmilan

SOSIOLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFAT

Oleh: Rosmilan Pulungan, M. Pd*.

Pengkajian terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan harus dibangun dari landasan filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan secara mendalam mengenai dasar-dasar ilmu. Menurut Muhadjir (2011:63) filsafat ilmu dibagi menjadi tiga, yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka, dalam mengkaji atau membahas persoalan kebenaran ilmu pengetahuan sosiolinguistik yang merupakan salah satu cabang ilmu linguistik harus berlandaskan ketiga aspek kajian filsafat (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) tersebut.

Epistemologi sosiolinguistik

Epistemologi berupaya mencari kebenaran (truth) berdasarkan fakta. Kebenaran dibangun dengan logika dan didahului oleh uji konfirmasi tentang data yang dihimpun. Epistemologi membicarakan tentang bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Landasan epistemologi tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara memperoleh dan menyusun kerangka ilmu pengetahuan.

Metode yang digunakan adalah metode linguistik dan sosiologi. Metode-metode linguistik dipakai untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk bahasa serta unsur-unsurnya dengan notasi tanda-tanda fonetik/fonemik. Metode sosiologi biasa dipakai dalam mengumpulkan data seperti, observasi, kuesioner, dan wawancara. Analisisnya dapat menggunakan metode statistik, yakni untuk mendapatkan pola-pola umun dalam tindak laku berbahasa.

Objek kajian sosiolinguistik dapat diteliti berdasarkan pada tiga langkah, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Ada prinsip yang wajib diingat dalam konteks penelitian sosiolinguistik, yaitu bahwa aspek luar bahasa sangat signifikan menjelaskan atau dijelaskan oleh bahasa itu sendiri. Artinya, konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep korelasi. Yang dilakukan peneliti di bidang ini adalah mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial (sosial budaya masyarakat). Seorang peneliti dalam bidang sosiolinguistik harus dapat membedakan bahasa sebagaimana adanya (deskriptif) dan bahasa sebagaimana seharusnya (preskriptif atau sering pula disebut normatif). Dalam studi sosiolinguistik jelas bahwa bahasa harus diteliti sebagaimana adanya. Oleh karena itu, bahan atau data linguistik yang diperoleh harus bersifat alamiah (naturally occuring language), tidak boleh dibuat-buat (contrived).

Ada dua metode penyediaan data yaitu metode observasi dan metode wawancara Metode observasi (dalam literatur metodologi penelitian linguistik di Indonesia) disebut metode simak, sedangkan metode wawancara disebut metode cakap (lih. Sudaryanto, 1993). Metode observasi adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya. Misalnya, seorang peneliti sedang meneliti pemakaian peribahasa, maka ia harus mengumpulkan peribahasa itu bersama dengan teks-teks lain yang menyertainya, para pemakai peribahasa itu, dan juga unsur-unsur nonverbal lain yang melatarinya, termasuk unsur prakondisi atau aspek sosial dan budaya.

Pemakaian metode observasi dengan bahan teks sebagai acuan disebut penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode observasi dengan bahan teks dengan konteks yang lebih luas disebut penelitian lapangan (field research). Dalam praktik pelaksanaan observasi ini, peneliti bisa melakukan pengamatan dengan cara terlibat langsung, dan bisa pula dengan cara tidak terlibat langsung. Observasi terlibat langsung ini sering dinamai metode observasi partisipasi atau metode observasi berperan serta, sedangkan observasi tidak terlibat langsung dikenal pula sebagai metode observasi nonpartisipasi atau metode observasi tidak berperan serta. Nama-nama metode ini lazim dipakai dalam literatur metodologi penelitian sosiolinguistik (Chaika, 1982: 23) dan ilmu sosial lainnya ( Nasution, 2004: 106-113). Perlu diberi catatan bahwa Sudaryanto (1993: 133-134) menamakan metode observasi partisipasi sebagai teknik simak libat cakap, sedangkan metode observasi nonpartipasi sebagai teknik simak bebas libat cakap. Metode wawancara adalah metode penyediaan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan secara langsung.

Metode analisis dalam kajian sosiolinguistik ini dapat dibagi ke dalam dua jenis, pertama,metode korelasi atau metode pemadanan, yakni metode yang berkaitan dengan pengkorelasian objek bahasa secara eksternal dengan unsur nonbahasa, dan kedua, metode operasi atau metode distribusi, yakni metode yang berkaitan dengan pembedahan, pengolahan, atau pengotak-atikan teks verbal secara internal. Metode korelasi adalah metode analisis yang menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks sosial budaya. Metode operasi atau metode distribusi adalah metode analisis yang menguraikan unsur-unsur substansial objek kajian dan mendistribusikannya dengan unsur-unsur verbal lainnya untuk mendapatkan pola, aturan atau kaidah yang berhubungan dengan konteks situasi dan sosial budayanya.

 

Aksiologi sosiolinguistik

Kebenaran aksiologi adalah kebenaran the right dan membangun kebenaran dalam makna the right or wrong. Landasan ini berkaitan dengan bagaimana pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan dengan menitikberatkan pada kodrat dan martabat manusia. Untuk kepentingan tersebut, pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal dan universal.

Membahas persoalan aksiologi sosiolingustik, maka tak lepas dari pembahasan mengenai tujuan Sosiolinguistik secara umum. Tujuan umum sosiolinguistik adalah membahas tentang kaitan pengguna bahasa dan perilaku dalam masyarakat/sosial. Dengan membahas pemakaian bahasa, seseorang akan dapat mengetahui berbagai kondisi, nilai-nilai , kepercayaan, sistem etika, aturan, dan lainnya yang membentuk dan memberikan ciri khusus kepada kelompok-kelompok masyarakat pemakai bahasa itu. Sosiolinguistik mencatat dan menelaah bahasa yang dipergunakan seseorang ketika berbicara dengan teman bicaranya. Selain itu, sosiolinguistik juga menelaah bahasa yang dipergunakan seseorang dengan segala cara penyampaiannya, seperti tanda-tanda berupa kata-kata maupun isyarat yang menyatakan bahwa ia sedang mendengarkan baik-baik, setuju atau tidak setuju.

*Mahasiswa S3 IKB UNP


Tag :#Opini #Didaktika #Rosmilan

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com