HOME OPINI OPINI

  • Selasa, 8 September 2020

Philanthropy Ekonomi Islam Saat Pandemi

Indelman
Indelman

Philanthropy Ekonomi Islam Saat Pandemi

oleh Indelman

(Mahasiswa Perencanaan Pembangunan Unand)

Di awal kemunculannya, covid-19 telah memberikan luka mendalam diseluruh dunia. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan demi mengatasi wabah in seperti physical distancing ataupun pengetatan dan pembatasan aktivitas masyarakat lainnya, pendemi ini dalam aspek ekonomi telah memberikan shock terhadap sisi penawaran (supply), sehingga berakibat terjadi penurunan produksi. Kemudian dengan suasana diam di rumah (stay at home), konsumen hanya akan melakukan pembelian barang yang pokok dengan catatan bisa dilakukan segera sehingga berdampak pada sisi permintaan (demand), sebagian besar pekerja akan kehilangan pendapatan khususnya pada sektor industri, dan lainnya. hal ini disebabkan karena adanya ketidakpastian terhadap keberlangsungan wabah. Perusahaan-perusahaan atau pelaku usaha, khususnya yang sangat bergantung dengan arus kas (cash flow) dan mengalami keterbatasan likuiditas untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga. Berdasarkan hukum supply dan demand, penurunan permintaan akibat program tetap di rumah (stay at home) pada gilirannya akan memicu penurunan jumlah produksi.

Selanjutnya, proses penurunan perekonomian yang berantai ini menunjukkan bahwa bencana yang ditimbulkan virus Covid-19 ini terhadap perekonomian bukan hanya menimbulkan guncangan penurunan pada fundamental ekonomi riil, namun juga merusak kelancaran mekanisme pasar dan membentuk semacam ‘tembok penghalang’ antara permintaan dan penawaran. 

Lebih lanjut, hal tersebut menimbulkan reaksi berantai menuju penurunan pada ekonomi riil. Adanya kontraksi dalam pasokan, yang mengarah kepada kontraksi dalam permintaan, pada akhirnya melenyapkan surplus ekonomi, Mengingat bahwa aspek-aspek vital ekonomi yaitu supply, demand dan supply-chain telah terganggu, maka dampak krisis akan dirasakan secara merata ke seluruh lapisan atau tingkatan masyarakat.

Berhubung karena ketahanan setiap lapisan atau tingkatan tersebut berbeda-beda, maka masyarakat ekonomi golongan menengah ke bawah khususnya mikro dan informal dengan pendapatan harian, tentu menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampaknya. Dampak di sektor riil tersebut kemudian akan menjalar ke sektor keuangan yang tertekan (distress) karena sejumlah besar investee akan mengalami kesulitan pembayaran kepada investornya.

Dengan kondisi di atas, maka timbul pertanyaan besar, bagaimana kita bisa survive saat pandemi ini? Apa yang dimiliki bangsa ini agar mampu bertahan di tengah gelombang wabah yang belum pasti kapan akan berakhir? Setitik harapan besar sejatinya ada dalam diri bangsa Indonesia.

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model philanthropy dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah.

Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan mengatasi keadaan pandemi dalam perspektif philanthropy ekonomi islam seperti pendidirian zakat center didaerah seperti kecamatan ataupun desa, menjadikan masjid sebagai baitul amal, penguatan media sosial dalam pengagalangan dana, edukasi masyarakat tentang pandemi dan kesehatan, penguatan bantuan terhadap unit-unit UMKM, penguatan wakaf tunai dan wakaf produktif dalam mendorong kegiatan ekonomi rakyat, memanfaatkan lembaga keuangan syariah dalam percepatan bantuan permodalan usaha rakyat.

Sebagai makhluk sosial marilah saling membantu dalam setiap keadaan pandemi. Kalau itu kita lakukan secara gotong-royong, yakinlah bangsa ini akan mampu survive meskipun dalam masa pandemi.


Tag :#PhilanthropyEkonomiIslam

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com