HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Jumat, 2 Juni 2023

Permainan Anak Tradisional Minangkabau

Rona
Rona

Permainan Anak Tradisional Minangkabau

Oleh:  Rona Almos*

 

Permainan tradisional anak adalah jenis permainan yang telah ada sejak lama dan secara turun-temurun dimainkan oleh generasi anak-anak dalam suatu budaya atau masyarakat tertentu. Permainan-permainan ini memiliki ciri khas budaya dan tradisi setempat, dan seringkali diwariskan dari generasi ke generasi. Permainan tradisional anak memiliki beberapa ciri antara lain 1) sederhana,  permainan tradisional anak Minangkabau umumnya menggunakan bahan dan alat yang sederhana yang tersedia di sekitar mereka, seperti batu, kayu, kancing, atau bola. 2) Keterlibatan fisik, permainan tradisional anak melibatkan aktivitas fisik, seperti berlari, melompat, menendang, atau melempar. Ini membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar dan koordinasi tubuh. 3) interaksi sosial, permainan tradisional anak sering dimainkan oleh sekelompok anak, yang memungkinkan mereka berinteraksi, berkomunikasi, dan belajar mengenai kerjasama, persaingan sehat, serta aturan dan etika dalam bermain. 4) pembelajaran budaya,  permainan tradisional anak sering mencerminkan nilai-nilai, adat istiadat, dan tradisi budaya suatu komunitas. Mereka membantu anak-anak untuk memahami dan menghargai warisan budaya mereka. 5) Kreativitas dan imajinasi, beberapa permainan tradisional anak melibatkan unsur kreativitas dan imajinasi, seperti permainan peran, menyanyi, atau bercerita. Hal ini dapat mendorong perkembangan imajinasi anak dan kemampuan mereka untuk berkreasi.

Permainan tradisional anak memiliki nilai penting dalam mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan motorik, imajinasi, dan pemahaman budaya pada anak-anak. Mereka juga memberikan kesempatan untuk menghubungkan generasi yang lebih muda dengan warisan budaya dan tradisi yang kaya. Ada banyak permainan tradisional anak yang ada dalam budaya Minangkabau. Berikut adalah beberapa contoh permainan tradisional anak yang populer di Minangkabau:

  1. Sipak Rago

Sipak Rago adalah permainan tradisional yang mirip dengan sepak takraw. Pemain berusaha menjaga bola tetap dalam udara dengan menggunakan bagian tubuh seperti kaki, kepala, atau dada, dan mencoba memasukkannya ke sisi lawan dengan aturan tertentu. Permainan ini melibatkan sekelompok lima hingga sepuluh orang yang membentuk formasi lingkaran di area terbuka. Mereka menggunakan bola yang terbuat dari daun kelapa muda atau kulit rotan yang telah dianyam dengan tangan. Selama permainan, mereka menggunakan kaki dan teknik khusus untuk menjaga bola tetap bergerak di antara pemain tanpa jatuh ke tanah. Sipak rago menuntut kecepatan, kelincahan, dan keterampilan menguasai bola.

  1. Gasiang

Gasiang adalah permainan yang menggunakan gasiang, alat yang terbuat dari kayu dan diputar menggunakan tali. Pemain harus memutar gasiang dan berusaha menjaga agar tetap berpitar dalam waktu yang lama. Permainan gasiang dapat dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, permainan ini dilakukan di halaman rumah yang memiliki tanah yang keras dan datar. Gasiang dapat dimainkan secara individu atau dalam kelompok dengan jumlah pemain yang berbeda-beda, tergantung pada kebiasaan dan peraturan setempat di masing-masing daerah.

  1. Mariam Bambu

Permainan mariam bambo terbuat dari bambu. Cara bermainnya mirip dengan menggunakan meriam sungguhan, yaitu dengan menyalakan lubang di bagian bawah bambu menggunakan api. Permainan Meriam Bambu ini sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja laki-laki di berbagai daerah di Indonesia. Seringkali, sekelompok anak laki-laki berlomba-lomba untuk menghasilkan suara ledakan yang paling keras dengan menggunakan meriam bambu. Orang yang berhasil menghasilkan suara dentuman terkuat diakui sebagai ahli meriam bambu. Kadang-kadang, karena suara dentuman yang terlalu keras, meriam bambu dapat pecah dan terbelah menjadi dua bagian.

  1. Sipak Tekong

Sipak tekong adalah istilah dalam bahasa Minangkabau yang terdiri dari kata sipak yang berarti menendang atau menyipak dan kata tekong yang merujuk pada kaleng. Sebelum permainan dimulai, para pemain akan bersuit untuk menentukan siapa yang akan menjadi penjaga tekong, sementara pemain lainnya akan bersembunyi di sekitar atau tidak terlalu jauh dari tekong yang ditempatkan dalam garis lingkaran. Penjaga tekong akan menutup mata dengan kedua telapak tangan sambil menginjak tekong dan meneriakkan alah ‘sudah’ dan alun ‘belum’. Jika ada pemain yang menyatakan sudah, penjaga tekong mulai mencari arah suara pemain. Jika penjaga tekong berhasil menemukan pemain, pemain tersebut akan menjadi penjaga tekong berikutnya. Namun, jika pemain berhasil menendang tekong dengan jarak yang jauh, dia akan memiliki waktu untuk kembali bersembunyi.

Saat ini permainan tradisional tersebut sudah jarang kita jumpai dimainkan oleh anak-anak. Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa permainan tradisional jarang dimainkan pada saat ini antara lain modernisasi dan perubahan gaya hidup, kurangnya kesadaran dan pemahaman, kurangnya aksesibilitas dan perubahan preferensi dan tren. Meskipun permainan tradisional mungkin jarang dimainkan saat ini, upaya pelestarian dan promosi permainan tradisional dapat membantu melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

(*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand)


Tag :#Opini #Didaktika #Rona Almos #MInangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com