HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Selasa, 4 Juli 2023

Nilai-Nilai Penting Pada Budaya Merantau

Opini Bahren
Opini Bahren

Nilai-Nilai Penting pada Budaya Merantau

Oleh: Bahren*

 

Merantau sebagai budaya bagi masyarakat Minangkabau agaknya sudah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Merantau bagi orang-ornag Minangk seharunya menjadikan mereka (para perantau) sebagai sosok yang tangguh dan lebih arif dan bijaksana. Mngepa tidak, karena dengan pengalaman selama di rantau tentunya mereka akan berjumpa dengan berbagai macam ragam, rupa dan tingkah laku orang-orang lain dari komunitasnya. Dengan demikian akan menjadikan para perantau menjadi lebih sosok yang adaptif (cepat beradaptasi) dengan lingkungan

Merantau bagi orang Minangkabau merupakan pendidikan awal tentang kemandirian, kepemimpinan, tenggang rasa, mengatasi masalah, bergaul dan lain sebagainya setelah pendidikan adap dan budi pekerti mereka rasakan dan dapatkan selama di kampung halaman. Seorang calon pemimpin misalnya, harus melewati tahap merantau sebagai bagian dari pendidikan awal mereka. Ini sejalan dengan budaya Minangkabau yang menghargai pendidikan dan pengalaman hidup yang diperoleh melalui merantau. Melalui perantauan, calon pemimpin adat tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan dan keahlian praktis, tetapi juga memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang masyarakat dan kehidupan.

Merantau juga mengajarkan para perantau tentang nilai kemandirian dan keterhubungan. Bagi orang Minang, rantau adalah tempat bagi mereka untuk blajar secara cepat tentang apa itu sesungguhnya madiri dan bagaimana mandiri dihubungkan dengan hidup dan kehidupannya. Konsep kemandirian dan keterhubungan sangat kuat dalam budaya Minangkabau. Merantau menjadi cara untuk mengasah kemandirian seseorang, sekaligus memperluas keterhubungan dan jaringan sosial. Jika dikaitan dengan persoalan kepemimpinan, konsep kemandirian dan keterhubungan ini sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Calon pemimpin adat harus memiliki dukungan dan pengakuan dari berbagai kelompok dan kampung dalam masyarakat Minangkabau, yang menunjukkan pentingnya keterhubungan dalam mendukung kepemimpinan.

Ranta dan merantau juga perlu dijadikan sebagai upaya dalam menerapkan Kearifan Lokal. Sebagai orang Minangkabau mrantau telah menjadi budaya bagi mereka. Mereka mengenal istilah rantau dakek dan rantau jauh. Rantau dakek bisa jadi dari kampung ke ibu kota kecamatan untuk berbiaga dan bekerja. Ranta jauh bisa jadi ke luar kota, luar provinsi maupun ke luar negeri.

Merantau sebagai upaya pemertahanan Identitas Budaya: Tradisi petah petitih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan identitas budaya Minangkabau. Meskipun dunia semakin modern, Minangkabau tetap berpegang pada nilai-nilai adat dan tradisi warisan mereka. Kaitan antara merantau dan petah petitih menggambarkan bagaimana nilai-nilai tersebut tidak hanya hidup dalam teori, tetapi juga diterapkan dalam praktek untuk memastikan keberlanjutan budaya dan masyarakat Minangkabau.

Dengan demikian, rantau dan merantau bukan sekedar kegiatan mneinggalkan kampung halaman semata. Lebih dari itu ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mujlai dari nilai kemandirian, loyalitas, mencari koneksi atau jaringan yang lebih luar, mengembangkan ilmu dan pengetahua. Tidak kalah penting juga bahwa merantau bagi orang Minangkabau merupakan upaya mereka dalam menjaga dan merawat tradisi mereka yang telah ada jauh sebelum mereka (para perantau) ini ada dan menjadi perantau saat ini.

Konsep lain dari orang Minangkabau tentang merantau adalah mereka hanya marantau alang atau marantau bangau. Satu saat mereka akan kembali ke sarang dan kubangan tempat mereka awal berada yaitu kampung halaman. Kecintaan mereka terhadap rantau tidak akan merubah kecintaan mereka akan kampung halaman tempat mereka pulang dan kembali setelah sukses.

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand

 

 


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com