HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Selasa, 13 Juni 2023

Minangkabau Dalam Film Indonesia: Sebuah Catatan Singkat (5)

Opini
Opini

Minangkabau dalam Film Indonesia: Sebuah Catatan Singkat (5)

Oleh: Herry Nur Hidayat*

 

Pembicaraan kita telah sampai pada film yang dirilis tahun 2000-an. Jika dibandingkan dengan film era sebelumnya, terdapat perbedaan corak muatan keminangkabauan pada film-film ini. Pengaruh dunia industri terlihat sangat kuat pada film-fillm tahun 2000-an.

u. Diangkat menjadi judul, film Merantau menampilkan sisi lain dari perilaku merantau orang Minangkabau. Merantau dalam film tersebut dibangun sebagai sarana pembuktian jati diri dan jalan menjadi laki-laki sejati. Akan tetapi, benarkah representasi tersebut benar? Kita tunda diskusi tentang hal itu untuk melanjutkan pembicaraan terhadap film selanjutnya.

 

Di Bawah Lindungan Kabah (Hanny R. Saputra, 2011)

Film Di Bawah Lindungan Ka’bah (2011) ini adalah hasil alih wahana yang kedua novel karya Hamka dengan judul yang sama. Hasil alih wahana yang pertama adalah Para Perintis Kemerdekaan (1972) yang telah disajikan pada bagian sebelumnya. Akan tetapi, transformasi yang kedua ini sama sekali berbeda dengan transformasi yang pertama. Kali ini, sutradara mencoba untuk tetap setia dengan cerita novel Hamka ini.

 

Poster film Di Bawah Lindungan Ka’bah (sumber: filmindonesia.or.id ).

Kisah kasih tak sampai antara Hamid dan Zainab menjadi cerita utama film ini. Status dan tatanan sosial menjadi tantangan yang mengalahkan hubungan mereka. Hamid adalah pemuda yang hidup dan dibesarkan dalam kedermawanan Engku Ja’far. Ibu Hamid bekerja pada keluarga Engku Ja’far dan Hamid dibiayai sekolah hingga lulus Thawalib. Kedekatannya dengan Zainab, anak Engku Ja’far menumbuhkan rasa cinta di antara mereka. Suatu saat, Zainab mengalami kecelakaan tenggelam di sungai. Hamid menyelamatkan nyawanya dengan memberikan bantuan pernafasan. Oleh karena tidak lazim, tindakannya dianggap melanggar norma agama dan Hamid diasingkan dari kampungnya.

Dalam perjalanan berhaji, kapal yang ditumpangi Engku Ja’far terbakar dan tenggelam sehingga Engku Ja’far meninggal. Tak lama kemudian ibu Hamid meninggal karena sakit. Sepeninggal ayahnya, ibu Zainab mempersiapkan perjodohan Zainab dengan Arifin. Ibu Zainab meminta Hamid membujuk Zainab agar bersedia menikah dengan Arifin.

Karena merasa putus asa dan sebarang kara, Hamid berangkat merantau ke Makkah. Zainab jatuh sakit karena ditinggalkan Hamid. Saat Saleh, kawan Hamid, hendak berangkat berhaji, Zainab menitipkan surat untuk Hamid. Sementara itu, perjodohan Zainab dengan Arifin dibatalkan oleh ibu Zainab. Tak disangka, Saleh bertemu Hamid di Makkah yang juga tengah sakit parah. Zainab meninggal dalam pelukan ibunya. Hamid meninggal dalam pelukan Saleh di bawah Ka’bah.

Sebagai sebuah bangunan cerita, film Di Bawah Lindungan Ka’bah secara umum dapat diterima dengan baik. Jalinan peristiwa di dalamnya saling berhubungan membentuk sebuah keutuhan cerita. Dari aspek penokohan, Hamid dan Zainab sebagai tokoh utama dalam cerita ini dibangun sebagai tokoh datar (flat character) yang tidak mengalami perubahan karakter seiring perkembangan alur cerita. Akting dan dialog kedua tokoh ini saling mendukung dan membangun pergerakan masing-masing tokoh dalam merangkai alur cerita.

Selain melalui citraan visual, unsur keminangkabauan dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah ini juga ditampilkan melalui perilaku tokoh-tokohnya. Bangunan ikonis Minangkabau rumah gadang mendominasi citraan visual unsur keminangkabauan dalam film ini. Sementara itu, bentuk perilaku tatanan sosial Minangkabau ditampilkan melalui bangunan penokohan.

Tampaknya, ditampilkannya ikon rumah gadang dan rangkiang pada film Di Bawah Lindungan Ka’bah ini hanya sebatas upaya pembangunan latar cerita, baik tempat maupun sosial, serta suasana. Tokoh Engku Jafar tidak bertempat tinggal di rumah gadang.  Padahal, tokoh Engku Jafar adalah salah satu tokoh yang sangat berperan dalam pergerakan tokoh utama sebagai pusat pengisahan. Di sisi lain, tokoh Engku Jafar adalah salah satu tokoh terpandang di lingkungan tempat tinggalnya.

Citraan visual keminangkabauan lain muncul melalui kostum tokoh-tokohnya. Saluak sebagai salah satu penanda tokoh masyarakat tampil menjadi kostum beberapa tokoh dalam film ini. Melalui fungsinya sebagai penanda status sosial, secara tidak langsung saluak dalam film ini muncul untuk mendukung bangunan penokohan. Kemunculan unsur keminangkabauan tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan tampilnya citraan visual surau dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah ini. Surau dalam film ini juga ditampilkan sebagai pembangun penokohan, terutama Hamid. Di samping itu, beberapa peristiwa dalam film ini juga menunjukkan fungsi surau sebagai tempat sosial keagamaan.

Dalam sebuah adegan, Hamid mengajar anak-anak mengaji Al Quran dan mempelajari Islam. Adegan peristiwa tersebut menunjukkan fungsi surau sebagai tempat pendidikan agama Islam bagi masyarakat di Minangkabau umumnya. Di samping itu, adegan tersebut juga menunjukkan fungsi surau sebagai lembaga sosial dan keagamaan. Selain sebagai tempat pembelajaran agama Islam, surau juga menjadi tempat upacara-upacara yang berkaitan dengan agama, tempat berkumpul dan rapat, dan lainnya (Azra, 2003).

Film Di Bawah Lindungan Ka’bah juga mengangkat muatan merantau. Muatan merantau ini ditampilkan melalui tokoh Hamid. Pada awal cerita, Hamid dikisahkan menuntut ilmu di Sekolah Thawalib, Padangpanjang. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan aspek pendidikan sebagai motif merantau yang dilakukan Hamid. Jika dihubungkan dengan latar cerita, film ini seolah menggambarkan Minangkabau pada awal abad 20. Menurut Murad (1978), dorongan dan niat untuk menuntut ilmu di Minangkabau mulai berkembang ketika sistem pendidikan formal dikenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada sekitar awal abad 20. Mulai saat itulah kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai berkembang di tengah masyarakat Minangkabau.

Tokoh Hamid juga menggambarkan konsep marantau dakek dan marantau jauah. Marantau dakek (merantau dekat) adalah merantau dalam lingkup wilayah yang tidak jauh dari kampung halaman dan marantau jauah (merantau jauh) adalah merantau hingga ke luar wilayah Sumatra Barat. Hamid yang menuntut ilmu dari Padang ke Padangpanjang dapat disebut sebagai marantau dakek. Sementara saat Hamid meninggalkan Padang menjauhkan diri dari Zainab hingga sampai ke Makkah adalah gambaran perilaku marantau jauah. Di sisi lain, motif merantau yang dilakukan Hamid yang terakhir adalah meninggalkan kampung halaman karena statusnya sebagai orang buangan. Hamid dihukum diasingkan karena dianggap berlaku tidak pantas kepada Zainab. Dapat disebutkan bahwa motif merantau Hamid tersebut bernuansa konflik atau permusuhan.

Perjodohan adalah salah satu pembangun konflik dalam film ini. Zainab dijodohkan dengan Arifin. Oleh karenanya, Hamid yang patah hati pergi meninggalkan kampung halamannya. Zainab dan Hamid merana hingga menyebabkan kematian keduanya. Terlepas dari kisah kasih tak sampai tersebut, perjodohan Zainab dengan Arifin yang tampaknya (atau sengaja) dibangun dalam ambiguitas. Mari kita runut pelan-pelan. Johar adalah mamak Zainab. Secara tidak langsung, Johar adalah saudara kandung ibu Zainab. Arifin disebut sebagai keponakan (bukan kamanakan) Johar. Jika kita anggap Arifin adalah kamanakan (bukan keponakan) Johar, maka Arifin adalah anak saudara perempuan ibu Zainab. Minangkabau menganut kekerabatan berdasar garis keturunan ibu (perempuan) dan perjodohan demikian tidak diperbolehkan di Minangkabau. Di sisi lain, apabila Arifin kita anggap sebagai keponakan (dalam pengertian bahasa Indonesia) Johar, dapat diinterpretasikan atau diduga Arifin adalah keponakan dari garis kerabat istri Johar. Jika dihubungkan dengan motif perjodohan tersebut yaitu menjaga harta kerabat, maka perjodohan itu bukanlah yang ideal karena sudah berbeda kerabat atau kaum. Singkatnya, terdapat kesalahan interpretasi terhadap perkawinan ideal Minangkabau, dalam hal ini pulang ka mamak, dalam film ini. Lalu, adakah maksud dibalik bangunan peristiwa tersebut? (bersambung)

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com