HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Senin, 26 Juni 2023

Matrik, Model Dan Varian Dalam Cerpen Datangnya Dan Perginya Karya A.A. Navis

Opini Sahel Ahksa
Opini Sahel Ahksa

Matrik, Model dan Varian

Dalam Cerpen Datangnya dan Perginya Karya A.A. Navis

Sahel Aksa Muslimin*

Secara teoritis karya sastra merupakan perkembangan dari matriks menjadi model, kemudian ditransformasikan menjadi varian-varian. Dalam analisisnya, matriks diabstraksikan dari karya sastra yang dianalisis. Matriks ini dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat sederhana. Matrik dapat diketahui dengan membaca secara keselurahan dari karya, tentunya matrik berbeda dengan tema. Analisa berdasarkan matrik, model dan varian dari karya sastra merupakan kajian dari teori semiotik.

Matrik dalam cerpen Datangnya dan Perginya karya A.A. Navis Adalah “seseorang yang dikalahkan oleh perasaaan kemanusiannya yang bertentangan dengan keimanan kepada tuhannya”. Matriks ini ditransformasikan menjadi model “Datangnya dan Perginya”. Model itu berupa kiasan berupa padanan kata yang diciptakan oleh penulis.  “Datangnya dan Perginya” adalah istilah untuk suatu kegiatan atau pekerjaan. Datangnya adalah suatu kehadiran, sedangkan Perginya yaitu kehilangan atau meninggalkan suatu tempat. “Datangnya dan Perginya” merupakan kiasan untuk Ayah, yaitu suami dari Iyah dan ayah dari Masri. Dia seorang yang sangat suka maksiat dan pemarah, sehingga rumah tangganya berantakan. Akhirnya dia sadar juga, hidup menyendiri untuk memperbanyak amal. ketika mengunjungi rumah Masri (ananknya), dia dihadapi oleh persoalan yang sulit, yaitu tentang kebenaran. Dia yang selama ini ingin hidup dalam kebenaran dan menyampaikan kebenaran, akhirnya dikalahkan oleh perasaan kemanusiannya yang bertentangan dengan keimanannya.  

Matrik ini sebagai hipogram intern ditransformasikan menjadi varina-varian berupa episode-episode (alur) dari suatu cerita (cerpen Datangnya dan Perginya). Varian pertama adalah episode kehidupan Ayah di rumahnya sendiri, jauh dari Iyah (isterinya) dan Masri (anaknya). Dia menyendiri untuk menebus semua kesalahan yang pernah ia lakuakan, ia mengabdikan diri pada masyarakat sekitar dan selalu menjaga keimanannya kepada tuhan. Suatu ketika ia mendapat surat dari Masri (anaknya), dia begitu senang, surat yang diterimanya selalu dibaca berkali-kali. Bahkan diselipkan di Qur’an, karena dia sering membaca Qur’an. Jadi setiap kali ia juga melihat dan membaca surat itu. Isi suratnya adalah menyuruh dia agar pergi ke tempat masri dan keluarganya. Namun si Ayah diam saja, dia tidak membalas surat yang telah masri kirim, pada akhirnya ia pun tak tahan akan rindu dan akhirnya emutuskan untuk pergi ke tempat Masri.

Varian kedua adalah episode ketika si Ayah pergi ke tempat masri. Latar pada episode ini yaitu di kereta api, dia menggunakan kereta api menjuju tempat Masri. Pada perjalan ia duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Semua orang yang di sekitarnya sudah mengantuk, kepalanya menganguk-nganguk bagai kepala boneka yang bergoyang. Kemudia dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, dia melihat alam di luar menghijau dan disungkup oleh awan yang memutih dari langit. Di kejauhan dia melihat burung elang terbang berbegar. Lalu semuanya jadi memudar, ketika pikirannya kembali menginggatkan pada kenangannya pada Masri, anaknya. Dia mengingat ketika Masri mengetahuinya bersama wanita jalang, Masri pun menasehatinya. Namun dia malah naik pitam dan memarahi Masri, sehingga mereka bertengkar. Si Ayah semakin meneteskan air matanya, Masri yang selama ini selalu di marahinya, bahkan sebagai ayah dia sama sekali tidak pernah mendidik Masri. Tapi apa yang ia dapat, Masri malah memaafkannya dan mengajak untuk pergi ke rumahnya.

 

Varian ketiga adalah episode si Ayah ketika telah berada di rumah Masri. Dia melihat sosok perempuan kurus hampir serupa dengan mayat yang berdiri di ambang pintu, menatap dengan tegar. Kemudia perempuan itu berkata dengan nada yang ketus, sehingga menyakitkan hati si Ayah. Tapi ia tidak menghiraukannya, ia tetap sabar dan menenagkan pikirannya serta tetap menjaga keimanannya yang selama ini menjadi jalan hidupnya. Kemudia ia masuk rumah, ia kagum melihat tataan rumah yang sangat rapi, kemudia ia duduk di kursi. Kemudian datang lagi perempuan itu, berkata dengan nada yang sangat tinggi. Tenyata perempuan itu adalah Iyah isterinya dulu, ibu dari Masri. Dia juga sangat terkejut ketika Iyah menceritakan kalau Masri menikah dengan arni merupakan hal yang dilarang oleh agama. Masri dan Arni sebenarnya bersaudara, tapi Iyah selama ini hanya diam menanggung dosa dan tidak mau bercerita kepada mereka. Si Ayah sangat marah mendengar hal itu, ia ingin mengatakan kebenaran kepada anaknyanya, Masri dan Arni. Namun Iyah mencegahnya dengan perkataan yang sangat memilukan hati si Ayah, pada akhirnya ia dikalahkan oleh perasaan manusiawi yang tidak mau mengungkapkan kebenaran demi kebahagian Masri dan Arni. Walau hal ini sangat bertentang denga keimanannya kepada tuhan. Ia lebih ingin melihat kebahagian mereka dengan penuh dosa, kemudian ia memilih untuk pergi dari rumah Masri dan berpesan kepada Iyah agar tidak menceritakan kejadian ini.

Berdasarkan matriks, model dan varian-varian itu, dapat diabstraksikan tema dari cerpan Datangnya dan Perginya karya A.A. Navis adalah “seseorang yang dikalahkan oleh perasaaan kemanusiannya yang bertentangan dengan keimanan kepada tuhannya” . seorang ayah dan suami yang mengalami hidup penuh dengan pertengkaran dan tidak adanya kebahagian dalam rumah tangga. Kemudian ia pergi menyendiri untuk mendapatkan hidayah dan kebaikan. Namun pada akhirnya ia dihadapi oleh situasi yang sangat sulit, sehingga ia dikalahkan oleh rasa kemanusiaanya yang bertentangan oleh agama dan kebenaran yang selama ini menjadi jalan hidupnya.

*Mahasiswa Program Studi Sastra Minangkabau FIB Unand

 

 

 

 

 

 

 


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com