HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Rabu, 29 November 2023

KECERDASAN BUATAN HAMPIR MENGUASAI SENDI-SENDI KEHIDUPAN, BISAKAH ANAK BANGSA BERSAING?

Opini Nabhan
Opini Nabhan

KECERDASAN BUATAN HAMPIR MENGUASAI SENDI-SENDI KEHIDUPAN,

BISAKAH ANAK BANGSA BERSAING?

Nabhan Arroofi Arpansi*

 

Saat ChatOpenAI pertama kali diperkenalkan ke masyarakat luas, yang dikenal dengan sebutan ChatGPT, menyebabkan timbulnya berbagai kontroversi. Kenapa tidak banyak yang bertanya mengapa AI dianggap sebagai pengganti di hampir semua bidang pekerjaan. Bagi beberapa orang, hal ini menjadi masalah besar karena dianggap dapat menurunkan produktivitas manusia. Keberadaan AI (Artificial Intelligence) dapat menyebabkan tingkat produktivitas seseorang menjadi semakin rendah, karena ketergantungan yang terus menerus pada AI. Ini tentu sangat berdampak pada bidang pendidikan, dan juga mempengaruhi tingkat kecerdasan dan cara berpikir seorang pelajar, terutama bagi pelajar di Indonesia. Dan tidak hanya bidang pendidikan, tapi juga bidang kesehatan, hukum, ekonomi, dan beberapa bidang lainnya.

Namun, sebagian orang menganggap AI ini bukanlah suatu ancaman, justru dengan adanya AI ini mereka berpendapat setiap hal yang mereka kerjakan menjadi sangat  terbantu. Dengan adanya sisi positif yang dirasakan oleh sebagian orang, para perusahaan teknologi  yang memegang pasar terbesar di dunia mulai berlomba-lomba untuk menciptakan AI (Artificial intelegence) dengan bermacam-macam inovasi. Contohnya META (Perusahan teknologi), mereka menciptakan inovasi terbaru yang di mana AI tidak lagi hanya sebuah kecerdasan yang ditanamkan ke dalam sebuah fitur chatting (pesan), tapi mereka seperti mendongkrak pasar teknologi dengan membuat AI yang ditanamkan ke dalam perangkat keras yaitu kacamata. Dengan menggunakan kacamata yang sudah ditanamkan program kecerdasan  buatan tersebut, semua orang dapat dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa perlu menggunakan benda elektronik baik itu gawai, televisi, laptop, dan proyektor.

Mengutip Gizchina, Jumat (26/5/2023), menurut Elon Musk mantan CEO OpenAI, AI mungkin memiliki potensi untuk mengendalikan manusia di masa depan. Meskipun kemungkinan ini belum pasti, namun ini merupakan sebuah potensi yang harus diperhatikan dengan serius oleh dunia. Elon Musk juga mengklaim bahwa AI dapat mengambil alih "semua aspek keamanan manusia", sehingga menjadikan dirinya semacam "pengasuh super”. Pengasuh super disini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan di mana kecerdasan buatan ini dapat mencapai tingkat kecerdasan yang sangat tinggi melampaui kecerdasan manusia, seperti dalam hal pemahaman, pengambilan keputusan, dan kontrol diri.

Dan untuk mengatasi keresahan ini, pada 13 september 2023 Elon Musk dan Muck Zuckerberg serta beberapa CEO perusahaan besar mengadakan pertemuan  tertutup di Capitol Hill, Washington, D.C., Amerika Serikat (AS). Bukan untuk adu tinju seperti yang dikabarkan sebelumnya, tapi untuk membahas masa depan dari kecerdasan buatan (AI) juga menjadi sebuah bagian untuk membentuk undang-undang  tentang kecerdasan buatan. Tidak seperti Elon Musk yang menyatakan keresahannya tentang AI, CEO META Muck Zuckerberg malah sangat antusias mengenai AI (artificial intelegence). Dikutip dari New York Post, mengatakan bahwa “kongres harus terlibat dengan AI untuk mendukung inovasi dan perlindungan ”. Dia beralasan  "lebih baik standar ini ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika yang dapat bekerja sama dengan pemerintah kita untuk membentuk model-model ini mengenai isu-isu penting".

Dari pertemuan tersebut, terdapat sisi positif dan negatif yang disampaikan oleh para petinggi. Elon Musk menganggap bahwa AI adalah sebuah ancaman besar, merasa perlu untuk memperhatikan potensi risiko dan bahaya yang bisa dihadirkan oleh perkembangan AI. Sebaliknya, Mark memiliki pendapat yang berbeda dengan Elon, ia menganggap bahwa AI bukanlah suatu masalah yang harus ditakuti. Dia berpendapat bahwa dengan keterlibatan dari pemerintah dalam mengatur dan menjaga keamanan pengguna atau user terhadap AI, resiko yang dikhawatirkan dapat dikelola dan diatasi.

Dalam pandangan Muck, kebijakan yang tepat dari pemerintah dapat memastikan bahwa AI tetap bermanfaat dan aman. Oleh karena itu, pentingnya peran pemerintah dalam mengawasi perkembangan teknologi AI. Dan tidak hanya pemerintah, tapi partisipasi dari semua orang yang terlibat di dunia teknologi, terutama para generasi muda sangat diperlukan untuk mengontrol dan memastikan penggunaan AI  secara bertanggung jawab.

Para generasi muda dapat berperan sebagai pengamat, dan membantu pengembangan teknologi dengan inovasi terbaru, juga ikut serta dalam pengembangan etika dan penggunaan, serta pemanfaatan teknologi terutama teknologi AI (artificial intelegence). Dari kolaborasi antara pemerintah dan para pakar IT (ilmu pengetahuan dan teknologi), serta komunitas teknologi terutama komunitas para programmer akan menjadi kunci dalam menjaga keselamatan dan manfaat teknologi terkhusus teknologi AI (artificial intelegence).

Pertanyaannya di sini, dapatkah generasi muda di Indonesia bersaing dengan AI. Baik itu berlomba untuk membuat inovasi terbaru dari Artificial Intelegence (kecerdasan buatan), bersaing untuk mencari pekerjaan, ataupun dalam meningkatkan produktifitas belajar dan kecerdasan berpikir mereka. Karena bagi para anak bangsa yang tidak berada pada bidang teknologi, produktifitas mereka menjadi sangat terganggu karena terlalu mengandalkan AI (artificial intelegence). Lalu bagaimana cara atau solusi yang bisa kita gunakan untuk mengatasi dampak buruk dari AI (artificial intelegence) yang telah dijelaskan tadi. Di bawah ini kita akan membahas apa saja manfaat dan dampak negatif dari penggunaan AI (artificial intelegence) dan bagaimana kita bisa bertahan di era teknologi inis serta apa saja solusi yang bisa kita pakai untuk mengatasi dampak buruk dari AI tersebut di empat bidang kehidupan yaitu pendidikan, kesehatan, hukum, dan ekonomi.

Pada bidang pertama yaitu pendidikan, dengan adanya AI (artificial intelegence) tidak bisa dipungkiri pendidikan menjadi sangat terbantu. Tapi dengan adanya AI dampak buruk juga akan didapat seperti yang sudah di jelaskan tadi, lalu bagaimana kita mengatasinya. Salah satu caranya kita manfaatkan  AI sebagai alat untuk meningkatkan produktifitas bukan malah sebagai pengganti. Contohnya dalam pembuatan tugas-tugas sekolah atau kuliah, kita jangan hanya mencari dan menyalin jawaban tersebut, tapi kita dituntut untuk memahami isi dari jawaban tersebut, sehingga AI  tidak akan mempengaruhi produktifitas dan tingkat kecerdasan  kita.  Dan juga kita manfaatkan AI sebagai sarana belajar mandiri (otodidak), sehingga kita akan dapatkan kesempatan belajar lebih luas dan terbuka tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sudut pandang.

Selanjutanya pada bidang kesehatan, tidak jauh berbeda dengan bidang pendidikan AI  juga sangat bermanfaat pada bidang kesehatan. Contohnya penggunaan robot dalam proses operasi yang dikenal dengan robot da vinci, robot ini sering digunakan dalam untuk operasi prostat, hysterectomy, dan  operasi jantung. Dan juga beberapa teknologi lain seperti citra medis, dan juga  CT scan yang menggunakan teknologi AI  untuk mendiagnosi  penyakit paru-paru dan penyakit jantung. Nah dari teknologi yang telah dipaparkan diatas, beberapa pekerja di bidang kesehatan akan kehilangan pekerjaan mereka karena digantikan oleh AI. Tapi tidak selamanya AI  tersebut bisa di andalkan, karena pasti terdapat kekurangan contohnya kesalahan diagnosa, ketidaklengkapan data hasil diagnosa, dan juga AI tidak selalu memahami secara mendalam penyakit dari seorang pasien, karena pasti terdapat kesalahan pada program dari AI tersebut. Oleh karena itu, para pekerja di bidang kesehatan harus terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka lebih mendalam. Dan juga kita harus  bisa berkolaborasi dengan teknologi-teknologi yang ada, karena secanggih-canggih dan sehebat-hebatnya teknologi itu masih harus dikontrol dan diawasi oleh manusia.

Selanjutnya pada bidang hukum, tidak seperti bidang lainnya AI  memiliki dampak negatif  paling berbahaya pada bidang hukum. Karena ini berhubungan dengan tindak kriminal, seperti pemalsuan berkas atau dokumen hukum bahkan dalam skala besar. Contohnya pengenalan suara atau teks bukti sebuah kasus hukum, tentunya dengan bantuan AI dapat memperlancar proses penyelidikan. Tapi yang harus kita waspadai adalah dampak buruknya, bukti dari suara dan teks dapat dipalsukan. Contoh lainnya seperti pengenalan identitas seseorang dari sebuah sidik jari, dan ini juga terdapat dampak buruk baik itu dipalsukan ataupun terdapat kesalahan pengenalan identitas. Untuk meminimalisir hal-hal buruk tersebut, tentunya ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah dalam pengawasan terhadap penggunaan AI. Dan orang-orang yang bekerja di  bidang hukum juga harus terus meningkatkan keterampilan mereka serta terus mengontrol dan lebih bijak dalam penggunaan AI (artificial intelegence).

Dan bidang yang terakhir yaitu bidang ekonomi, pada bidang ini AI (artificial intelegence) benar-benar memiliki manfaat yang besar bagi masyrakat Indonesia. Terutama di sektor perdagangan, para pedagang bisa memanfaatkan AI untuk membantu menghitung laba dan rugi dari hasil dagang mereka dan tentunya itu dilakukan secara otomatis tanpa harus menghitungnya secara manual. Dan tidak hanya bermanfaat bagi para pedagang kecil, AI ini juga memiliki dampak positif yang sangat besar bagi industri perdagangan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah penggunaan robot dalam pembuatan sebuah produk dagang seperti sabun, dan minuman bersoda. Dan tidak hanya robot, terdapat juga AI  yang mampu menganalisis harga saham setiap hari pada sebuah perusahaan, ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk mencari potensi keuntungan (profit) agar dapat memaksimalkan pemasukkannya. Dari sekian banyaknya manfaat dari AI di bidang ekonomi, tentunya masih ada dampak buruk yang harus kita waspadai. Contohnya ketergantungan pada penggunaan teknologi, dengan ketergantungannya sebuah perusahaan pada penggunaan teknologi tentunya mereka tidak membutuhkan lagi karyawan untuk bekerja di perusahaan mereka, dan ini akan menyebabkan semakin banyak pengangguran di Indonesia. Dan tidak hanya itu dampak lainnya yaitu perusahaan yang tidak memiliki teknologi AI akan sangat tertinggal dengan perusahaan yang menggunakan teknologi AI. Lalu apa saja solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi dampak buruk tersebut, hal yang harus dilakukan adalah membuat keseimbangan antara penggunaan tenaga manusia dan teknologi di dalam sebuah industri perdagangan. Dan juga untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia para masyrakat  harus meningkatkan keterampilan mereka dibidang ekonomi agar dapat bersaing dengan AI (artificial intelegence) di industri perdagangan. Dan tidak hanya itu pemerintah juga harus memperhatikan para pedagang terutama para pedagaangg kecil, dengan adanya perhatian pemerintah dapat membuat kesetaraan untuk para pedagang di semua kalangan, tidak hanya para karywan besar yang bekerja pada industri besar tapi juga untuk para pedagang dan pekerja dari kalangan bawah.

*Mahasiswa PTIK, FKIP, Universitas Bung Hatta

 

 

 

 

 

 

             

 

 


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com