HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Selasa, 19 Oktober 2021

FALSAFAH ILMU KEGURUAN BAHASA

OPINI AYENDI
OPINI AYENDI

FALSAFAH ILMU KEGURUAN BAHASA

Ayendi*

Ada beberapa pertanyaan dari kolega atau teman yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa ilmu keguruan bahasa itu, apa yang dipelajari, sulitkah dan apakah gengsi menjadi bagian dari bidang ilmu ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang biasanya diajukan sebelum para penuntut ilmu memutuskan untuk menggeluti bidang ilmu yang satu ini. Bidang ilmu ini kelihatan identik dengan ilmu guru di sekolah pendidikan rendah seperti yang ada di SD, SMP, dan SMA saja dengan melihat label penamaannya. Tetapi apakah demikian fakta dan fenomena sebenarnya? Tulisan ini mencoba untuk membuka mata para penuntut ilmu seperti apa ilmu keguruan bahasa itu dengan melihat hirarki  rentetan bidang ilmu yang menjadi prasarat berdirinya bidang ilmu ini dan penjabaran dari pencabangannya yang terdiri dari epistemologi, ontologi, dan aksiologi. 

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang spesifik ilmu keguruan bahasa ini, ada baiknya dilihat terlebih dahulu falsafah atau filsafat yang lebih luas yang menaungi keseluruhan bidang ilmu yang ada di muka bumi ini. Falsafah menitik beratkan pada pemikiran dan cara pandang yang kritis untuk mencari kebenaran dari fenomena alam yang terjadi sehingga dapat menimbulkan kebijaksanaan para diri filosof.

Tingkatan berikutnya yang menjadi bagian dar falsafah adalah bidang-bidang ilmu itu sendiri. Jika falsafah melihatnya berdasarkan pemikiran yang logis lagi kritis, bidang ilmu melandasi teorinya secara empiris atau ilmiah. Jadi Ilmu bukan sekadar pengetahuan tetapi di dalamnya terdapat teori-teori yang diperoleh dari penerapan metode ilmiah. Bidang-bidang keilmuan dapat dibagi ke dalam bidang ilmu alam, sosial, dan terapan. Di dalam artikel ini tidak dibahas lebih lanjut tentang bidang Ilmu alam. Pembahasan lebih berfokus pada ilmu sosial atau ilmu bahasa dan ilmu terapan.

Pembahasan pertama adalah tentang ilmu bahasa atau biasa disebut Linguistik yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa dapat diartikan sebagai interaksi lambang bunyi yang mengacu pada referensi sesuatu yang pemaknaannya ada dalam pikiran manusia. Misalnyanya Anjing adalah lambang bunyi yang mengacu kepada seekor hewan tertentu yang bisa menggonggong dan itu ada dalam pikiran manusisa. Lambang bunyi itu bersifat mana suka sesuai dengan konvensi yang ditetapkan oleh suatu kelompak masyarakat atau yang lebih luasnya oleh negara. Seperti kata babi, di dalam bahasa Indonesia disebut babi, dan di dalam konvensi penutur bahasa Inggris itu disebut pig, serta dikomunitas Minang itu disebut ciliang.

Aspek-aspek yang dikaji dalam bidang linguistik atau ilmu bahasa adalah seputar bentuk (struktur), makna, dan fungsi dari bahasa. Dengan adanya perbedaan aspek-aspek yang menjadi ranah dalam diskusi bahasa tersebut melahirkan bidang-bidang kajian bahasa yang berbeda, mulai dari berbagai bidang kajian linguistik mikro seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik hingga berbagai bidang linguistik makro seperti pragmatik, analisis wacana, sociolinguistik, dll. Disiplin ilmu yang menelaah bunyi bahasa disebut sebagai fonologi. Studi tentang makna bahasa yang disimpulkan dari kata-kata dan konsep tercakup pada studi semantik, sedangkan apabila makna disimpulkan dari konteks disebut pragmatik.

Analisis kebahasaan dalam bidang linguistik bersifat empiris dengan mengikuti prosedur metode ilmiah tertentu. Ini dimulai dari penemuan gap permasalahan atau fenomena, pengumpulan data, analisis data dan penyampaian hasil analisis data. Pendekatan penelitiannya biasanya bersifat deskriptif atau apa adanya untuk mengungkap suatu fenomena kebahasaan Paradigma penelitiannya biasanya bersifat kualitatif sehingga di dalam jenis penelitian ini tidak ada dikenal dengan hipotesis.

Manfaat dari kajian linguistik atau ilmu bahasa ini biasanya melahirkan teori baru atau konsep kebahasaan yang belum pernah dirumuskan sebelumnya. Neuman (2003) mengemukakan teori adalah suatu sistem gagasan dan abstraksi yang dipadatkan sehingga mempermudah pemahaman manusia tentang sesuatu. Dia juga mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Hal yang sama menurut Wiersma (1986), teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang bisa digunakan, membantu mengarahkan pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dan membantu dalam memberikan makna terhadap data. Sebagai tambahan, semakin seseorang tahu bagaimana bahasa bekerja dan berperan, semakin tahu dia bagaimana menggunakan bahasa secara tepat-guna dan berdaya-guna.

Berlanjut kepada ranah berikutnya berdasarkan judul dari tulisan ini yakni tentang Ilmu Keguruan yang merupakan bidang ilmu terapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti ilmu keguruan adalah pedagogi. Arti lainnya dari ilmu keguruan adalah ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan dan keguruan adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari bagaimana cara berbagi atau mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada para peserta didik.

Paradigma pendekatan dalam bidang ini biasanya adalah kuantitatif. Penelitian dalam kajian ini biasanya untuk mengujikan hipotesis dan penelitiannya biasanya bersifat permanen, dalam artian mengikuti prosedur perancangan atau instrumen yang telah ditetapkan. Penelitian ini juga mesti mengikuti langkah-langkah metode ilmiah mulai dari perancangan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan pelaporan hasil analisis data.

Manfaat dari bidang ilmu ini terutama dalam pengajaran dan pembelajaran. Terkait dengan bidang bahasa dengan pendekatan pedagogis untuk siswa yang mempelajari bahasa sebagai bahasa kedua dan bahasa asing, pendekatan ini bagaimanapun pasti berbeda dari yang ada pada pendekatan yang lain dalam hal praktik pengajaran dan pembelajarannya terutama untuk membantu siswa dalam mempelajari bahasa kedua dan bahasa asing.

Setelah runut dengan penjelasan sebelumnya, akhirnya sampai juga ke pembahasan tentang falsafah Ilmu keguruan bahasa yang pada prinsipnya mencoba mempadu-padankan antara bidang ilmu bahasa dan ilmu keguruan yang menghasilkan apa yang dinamakan dengan linguistik terapan atau linguistik keguruan. Bidang ilmu ini akan menjadi semakin komplek karena tidak saja membahas fenomena kebahasan, akan tetapi juga bagaimana mengembangkannya dalam bentuk terapan. 

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman atau kolega seperti yang disampaikan di awal, Ilmu Keguruan Bahasa ini mengarahkan peserta didiknya untuk mampu mengembangkan, memecahkan permasalahan, dan dapat mengelola pengembangan riset yang berkenaan dengan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru dalam bidang ilmu keguruan bahasa melalui berbagai bentuk pengkajian yang bersifat inter-, multi-, dan/atau trans-disipliner. Dapat dipahami keilmuan pada bidang cukup komplit dan kompleks karena disamping harus menguasi ilmu kependidikan dan keguruan, juga mesti menguasi ilmu psikologi, manajemen, dan tentunya ilmu bahasa atau linguistik.

Kajian-kajian dalam bidang ilmu keguruan bahasa ini tentunya juga sama dengan dua bidang kajian sebelumnya yaitu melibatkan metode ilmiah dalam usaha mencari kebenaran atau ilmu pengetahuan yang baru dalam bidang ini. Paradigma dalam bidang yang terakhir ini biasanya mempadu-padankan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau yang disebut dengan mix-method. Akan ada upaya dalam memahami teori lingustik deskriptif untuk menjadikannya linguistik pedagogis, penyusunan instrumen penelitian, memvalidasi data, pengukuran, evaluasi dan berbagai tetek bengek lainnya.

Memang betul apa yang menjadi komentar dari teman sejawat bahwasanya mendalami ilmu keguruan bahasa ini cukup rumit, akan tetapi jika kita benar-benar memahami falsafahnya bahwasanya ilmuwan keguruan bahasa itu tidak saja dapat melahirkan teori tetapi juga dapat menerapkannya secara efektif sehingga persoalan-persoalan yang menjadi hambatan dalam pembelajaran terutama pembelajaran tentang bahasa dapat terpecahkan dan menemukan inovasi dalam pengembangannya untuk sesuatu yang lebih baik. Dapat dikatakan ilmu keguruan bahasa ini cukup bergengsi dan cakupannya luas dalam artian ilmu ini tidak diperuntukkan bagi guru pada pendidikan rendah saja, akan tetapi dapat diimplementasikan di mana saja termasuk perguruan tinggi atau universitas bagi dosen yang mengajar. Sebagai kesimpulan bidang ilmu keguruan bahasa ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para penuntut ilmu untuk mendalaminya.

*Mahasiswa S-3 IKB Universitas Negeri Padang


Tag :#Opini #Didaktika #AYENDI

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com