HOME SOSIAL BUDAYA KOTA PADANG
- Selasa, 20 Desember 2022
Webinar Pra-IMLF: Produksi Sastra Sumbar Tergerus Fakultas Sastra Berperan Apa?

Padang (Minangsatu) - Minangkabau memiliki khasanah kesusastraan yang kaya bahkan dalam berbicara sehari-hari pun mereka seringkali menggunakan gaya bahasa yang indah. Oleh sebab itu Hamka, Prof. Bahder Djohan (Presiden Universitas Indonesia) dan beberapa tokoh nasional berdarah Minangkabau saat diresmikannya pendirian Universitas Andalas pada tahun 1956 oleh Dr. Mohammad Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga putra Minangkabau memandang perlu adanya Fakultas Sastra di Universitas Andalas.
Demikian disampaikan Dr. Hasanuddin, M. Si., saat menghantar perannya sebagai moderator pada webinar bertajuk Fakultas Sastra dan Produksi Sastra yang Terus Tergerus di Sumatera Barat yang digelar Satu Pena Sumbar, pada Senin malam (19/12) [19.00-22.00 Wib], melalui platform Zoom Meeting.
Dalam sambutan hantaran, Ketua Satu Pena Sumbar, Sastri Yunizarti Bakry, menyampaikan bahwa webinar itu merupakan kegiatan Pra International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang acara pucaknya akan digelar pada 22 sd 27 Februari 2022 di Baso, Kabupaten Agam.
Dalam konteks produksi sastra, Sastri menyatakan bahwa Fakultas Sastra (sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya) mesti mengambil peran. Memang fakultas itu tidak bertujuan melahirkan sastrawan melainkan pengkaji atau kritikus sastra, tetapi para mahasiswa yang masuk ke fakultas itu sebagian besar adalah anak-anak yang berbakat menulis dan atau mencipta sastra. Oleh sebab itu, mesti diciptakan atmosfir agar Fakultas Sastra tidak hanya melahirkan kritikus sastra tetapi juga sastrawan yang memroduksi karya sastra.
Tampil sebagai narasumber pada webinar itu adalah Eka Budianta (Penyair; Penerima Satupena Award 2022), Rusli Marzuki Saria (veteran, wartawan, sastrawan), Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Akademisi FIB Universitas Udayana Bali), Dra. Hj. Armini Arbain, M.Hum. (Novelis, Akademisi FIB Universitas Andalas), Dr. Yenni Hayati, M.Hum. (Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Universitas Negeri Padang), Dr. Sahrul N., M.Si. (Dosen FSP, ISI Padang Panjang), dan Armeynd Sufhasril (Pembaca Sastra).
Secara umum, dari paparan nara sumber dan diskusi, didapat beberapa kesamaan pandangan, bahwa secara kuantitas sastrawan dan produksi sastra Sumatera Barat tidak berkurang (tidak tergerus) tetapi secara kualitas memang iya, dengan indikator nyaris tidak tercatatnya sastrawan asal Sumatera Barat dewasa ini di tingkat nasional, sebagaimana halnya Abdul Muis, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisyahbana, HAMKA, Navis, Wisran Hadi, Khairil Anwar, Usmar Ismail, Taufik Ismail, dan lainnya pada masanya.


Beberapa faktor yang berperan adalah soal media (makin kurangnya kolom sastra dalam media masa), penerbitan yang mahal, kiprah daerah yang jauh dari pusat, peran pemerintah yang minim, edukasi pembaca yang niscaya, kurangnya sayembara, dan faktor lainnya. Tak kalah penting adalah peran Fakultas Sastra yang kurang dalam memberi ruang bagi lahirnya sastrawan berkualitas. Bahkan, jika ada yang berpandangan bahwa Fakultas Sastra bukan pencetak sastrawan, maka ternyata kritikus yang kompeten juga tidak lahir dari Rahim fakultas itu, seperti halnya Umar Junus, Mursal Esten, Edwar Djamaris, dan lainnya.
Oleh sebab itu, Fakultas Sastra (Ilmu Budaya) mesti mengambil peran. Inisiatif Dekan FIB Unand periode 2017-2021 tentang Hibah Penelitian Penciptaan Sastra (penelitian ilmiah dengan produk novel, drama, puisi esai, film cerita atau film dokumenter) perlu terus dilanjutkan. Demikian pula, kebijakan (yang akhirnya kandas menjadi bagian dari Peraturan Akademik karena dianulir oleh anggota senat fakultas sendiri di tingkat universitas), yakni tentang karya tugas akhir mahasiswa yang tidak hanya dibatasi pada skripsi kritik sastra tetapi juga karya sastra, perlu dimunculkan kembali. Apalagi, paradigma MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) saat ini sangat memberi peluang untuk itu.
Untuk bisa menjadikan Fakultas Sastra (FIB, FBS, dll) mengambil peran yang bermakna dalam produksi sastra, maka diperlukan rekonstruksi kurikulum. Orientasinya adalah fakultas mesti mencatatkan kompetensi lulusannya adalah penciptaan di samping pengkajian. Untuk mendukung kompetensi tersebut diperlukan perangkat-perangkat akademik untuk mengawal karya-karya sastra ciptaan mahasiswa memiliki kualitas yang terukur.
Webinar pertama berbicara tentang peran Fakultas Sastra dalam kaitan dengan produksi sastra di Sumatera Barat itu dihadiri oleh seratusan peserta yang terdiri dari sastrawan, pemangku kepentingan (Dekan dan akademisi FIB Unand), akademisi beberapa perguruan tinggi di Sumbar (UNP, ISI, dan lainnya), akademisi dan praktisi sastra dari Bali, Jawa, peneliti BRIN, Anggota Satu Pena, komunitas praktisi sastra, serta unsur pemerhati sastra, dan lainnya. (*)
Editor : Benk123
Tag :#satupena
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
PT SEMEN PADANG RAYAKAN HUT KE-80 RI DENGAN LOMBA BACA PUISI
-
SEPABLOCK PT SEMEN PADANG JADI MAGNET PENGUNJUNG XPORIA 2025
-
DUKUNG PELESTARIAN PESISIR, PT SEMEN PADANG IKUTI PENANAMAN 1.000 BIBIT MANGROVE DI SUNGAI PISANG
-
SILAHTURAHMI DENGAN PENGURUS, KETUM PB IKASMANTRI PADANG DR.DR. RAHYUSSALIM SP.OT (K) MOTIVASI BAGAWAN
-
ILHAM AKBAR DI RRI PADANG: MAGGOT, SOLUSI CERDAS KURANGI SAMPAH DAN TINGKATKAN EKONOMI WARGA
-
MENGENANG BUNG HATTA SANG PROKLAMATOR, PADA PERINGATAN 80 TAHUN INDONESIA MERDEKA
-
KIASAN “SENI BERBAHASA HALUS DAN SYARAT MAKNA”
-
MENGAPA MEMILIH HENDRY CH BANGUN ?
-
HAPUS MATA PELAJARAN SEJARAH
-
ALAN MARTHA, KISAH HATTRICK DAN QUATRICK PRIA PARIAMAN