HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Minggu, 8 Agustus 2021

Syair Dan Narasi, Farhaan, Dari Pejuang Hingga Penyintas Covid-19

Farhaan Abdullah, pensiunan TNI dan seorang Dokter, berjuang merawat pasien-pasien Covid-19 sampai akhirnya ia pun harus dirawat dan sempat kritis didera Covid-19.
Farhaan Abdullah, pensiunan TNI dan seorang Dokter, berjuang merawat pasien-pasien Covid-19 sampai akhirnya ia pun harus dirawat dan sempat kritis didera Covid-19.

Adalah Dokter Farhaan Abdullah, Sp THT-KL merasakan mendapat nikmat Allah hidup kedua setelah terpapar berat serangan Covid-19. Ia selamat melewati masa kritis yang hampir merenggut nyawanya. Sebagai pensiunan tentara, Kolonel CKM, Farhaan dengan penuh semangat menularkan pengalamannya, baik sebagai dokter yang merawat pasien Covid-19 maupun sebagai penyintas (orang yang pernah terpapar virus Corona, positif Covid-19 dan berhasil sembuh dari penyakitnya), yang ingin menyelamatkan pasien Covid-19 sebanyak-banyaknya dan berharap seminimal mungkin orang yang positif.

Sudah sering Farhaan memberi semangat dengan sikap optimis, tapi semangat itu berbenturan dengan kondisi daerah yang seolah nyantai menghadapi pandemi Covid-19.

Berbeda latar belakang, dokter yang biasa melihat pasien dalam sakratul maut dengan orang pemerintah, orang kantoran atau pengusaha dan semua yang berada di luar rumah sakit, mental dan sikapnya pasti berbeda. Berbeda ucapan dan perilaku. Menyadari hal itu, Farhaan ingin menyampaikan dalam bentuk narasi dan dialektika dengan rintihan pada diri sendiri ;

Apa mau ku bilang
FARHAAN ABDULLAH

Ternyata terjadi sudah.
Kampung halamanku telah kalah.
Hanya karena arogansi Mu di Daerah.
Akibat dari berpikir tak terarah.

Apa mau kubilang.
Teriakan ku sudah lantang.
Apa daya angin sepoi membawa hilang.
Lelah, sesak dan meradang.
Kecewa dan prihatin berkelindan tak tenang.

Apa mau kubilang.
Semua sudah kukerjakan.
Dari sumpah jabatan profesi sampai jadi relawan.
Membantu sesama tanpa pamrih, oh kawan.
Tetapi banyak tak menggubris sepi.
Apakah aku harus berdiam diri.
Tidak....., jalan masih panjang.
Masih ada tempat lain tempat berkiprah diterima tenang.
Sekali berjuang..... tetap berjuang.
Kerikil panjang kutolak pantang.

Dukaku dan kampung halaman tercinta
FARHAAN ABDULLAH

Sahabat yang pulang kampung bercerita.
Mereka gundah gulana.
Kampung porak poranda.
Banyak yang terpapar covid melanda.
Sanak, tetangga dan saudara.
Perihnya hati tak terhingga.
Siapa yg salah dan menyalahkan siapa.
Mereka tetap percaya covid tak ada.
Mereka patuh ceramah beberapa ulama.
Vaksin haram tiada guna.
Masya Allah ya Allah yang Esa.
Perihnya hati yang tersisa.
Mereka tak perduli prokes dan tertawa.
Kumpul tetap, pesta ceria terlaksana
Tawa berubah jadi duka.
Kini ribuan terpapar covid ceria berubah  lara.
Rumah sakit penuh dimana mana .
Sumbar pembangkang prokes terparah menurut berita.
Memalukan masyarakat yang dikenal sangat terbuka.
Pola pikir yg salah membuat mereka akhirnya menderita.
Terlambat sudah tak berdaya.
Nasi sudah jadi bubur terobah tiada.
Siapa yang salah dan menyalahkan siapa.
Dukaku untuk kampung halaman tercinta.
Bapak telah Bantu.
Nyawa rakyat yang utama.
SALUS POPULI SUPREMA LEX ESTO.

# Kol.purn dr Farhaan Abd sp THT -KL
# Penyitas covid 19
# Relawan covid 19
# Padang 8 agustus 2021
 


Tag :#Covid-19#Perjuangan Nakes#Farhaan Abdullah#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com