HOME LANGKAN TAMBO

  • Jumat, 14 Maret 2025

Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau: Mengapa Laki-laki Menjadi Pilar Komunikasi Antar Suku?

Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau: Mengapa Laki-laki Menjadi Pilar Komunikasi Antar Suku?

Oleh: Andika Putra Wardana

Sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau adalah salah satu sistem kekerabatan yang unik di dunia. Berbeda dengan sistem patrilineal yang umum ditemui di banyak budaya, sistem matrilineal Minangkabau menempatkan perempuan sebagai pusat garis keturunan dan pewaris harta pusaka. Namun, yang menarik, justru laki-laki yang berperan sebagai penghubung antarklen atau suku. Mengapa demikian?

Menurut Misnal Munir, penulis artikel "Sistem Kekerabatan dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif Aliran Filsafat Strukturalisme Jean Claude Levi-Strauss", sistem kekerabatan Minangkabau menempatkan laki-laki sebagai sarana komunikasi antarklen atau suku. "Dalam sistem matrilineal Minangkabau, laki-laki adalah pihak yang berpindah ke rumah perempuan setelah menikah. Melalui mereka, hubungan antarkelompok terjalin," jelas Misnal Munir.

Dalam sistem matrilineal Minangkabau, perempuan adalah pihak yang menetap, sementara laki-laki adalah pihak yang mendatangi rumah perempuan. Hal ini berbeda dengan sistem patrilineal, di mana perempuan yang biasanya berpindah ke rumah laki-laki setelah menikah. Levi-Strauss, seorang antropolog strukturalis, menjelaskan bahwa sistem ini menciptakan struktur sosial yang kompleks. "Laki-laki dalam sistem ini berperan sebagai 'mediator' antarklen. Mereka adalah pihak yang berpindah ke rumah perempuan setelah menikah, dan melalui mereka, hubungan antarkelompok terjalin," jelas Levi-Strauss.

Sistem ini juga menciptakan dinamika yang unik dalam perkawinan. Misnal Munir menambahkan bahwa perkawinan dalam budaya Minangkabau bukan hanya urusan dua individu, melainkan juga urusan dua kelompok besar. "Perkawinan adalah cara untuk memperkuat hubungan antarklen. Laki-laki yang menikah dengan perempuan dari suku lain menjadi jembatan antara kedua kelompok," jelas Misnal Munir.

Namun, peran laki-laki sebagai penghubung antarklen tidak berarti mereka memiliki kekuasaan penuh dalam keluarga istri. Levi-Strauss menegaskan bahwa laki-laki dalam sistem matrilineal Minangkabau lebih seperti "tamu" dalam keluarga istrinya. "Mereka tidak memiliki hak penuh atas harta pusaka atau keputusan dalam keluarga istri. Tanggung jawab utama mereka adalah menjaga hubungan baik antara suku mereka dengan suku istri," ujarnya.

Sistem kekerabatan ini juga memiliki aturan yang ketat, terutama dalam hal larangan perkawinan sesama suku. Misnal Munir menjelaskan bahwa perkawinan sesama suku dianggap sebagai incest dan sangat tabu. "Perkawinan sesama suku akan merusak struktur sosial dan membuat malu seluruh suku. Oleh karena itu, laki-laki harus mencari pasangan dari suku lain," katanya.

Menurut Levi-Strauss, sistem ini telah berhasil mempertahankan keutuhan sosial masyarakat Minangkabau selama berabad-abad. "Dengan menjadikan laki-laki sebagai penghubung antarklen, sistem matrilineal Minangkabau menciptakan jaringan kekerabatan yang luas dan saling terkait. Ini adalah cara mereka menjaga harmoni sosial," ujarnya.

Dengan demikian, sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau tidak hanya unik, tetapi juga efektif dalam menjaga keutuhan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau. Laki-laki, meskipun tidak memiliki kekuasaan penuh dalam keluarga istri, memainkan peran krusial sebagai penghubung antarklen, menjadikan mereka pilar penting dalam struktur sosial Minangkabau.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Sistem Kekerabatan #Matrilineal Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com