HOME OPINI FEATURE

  • Senin, 20 Desember 2021

Seniman "Urang Awak" Amrizal Salayan : Alam Takambang Jadi Guru, Bumi Dan Langit Ada Di Dalamnya...

Karya Monumental Amrizal Salayan, Ia Ada dengan Ketiadaannya, aluminium.
Karya Monumental Amrizal Salayan, Ia Ada dengan Ketiadaannya, aluminium.

Seniman "Urang Awak" Amrizal Salayan :
Alam takambang Jadi Guru, Bumi dan Langit ada di Dalamnya.....

Catatan : Muharyadi*
 

Nama seniman seni rupa "urang awak" Amrizal Salayan (63 th) kelahiran, 8 Oktober 1958 bukan hanya dikenal di Sumatera Barat, tetapi juga di Indonesia, apalagi di jawa Barat khususnya Bandung. Betapa tidak pada sejumlah pameran, karya monumentalnya kini jadi perhatian publik di sejumlah titik yang ada di kota Bandung. Satu diantaranya berjudul "Ia Ada dengan Ketiadaannya" berbahan aluminium yang dibuat beberapa tahun silam yang dapat disimak dan ditelusuri dalam ranah estetis.

Bukan hanya itu di studio patung miliknya di jalan Ligar Utara 2, Nomor 68 - Awiligar Raya, Kelurahan Cibeunying - Kabupaten Bandung, terletak sejumlah patung tokoh-tokoh besar di tanah air diantaranya patung "Bung Karno" dan beberapa nama lainnya. Di studionya baru-baru ini, Amrizal menyebutkan, seni bagi seniman muslim merupakan sarana jalan tengah, menuju pemahaman yang tak terpahami. Karya seni adalah cerminan atau tanda senimannya. Hal itu sebagaimana tersirat dalam satu ayat Al Quran terutama berkaitan dengan tanda-tanda akan kebesaran-Nya atas diri manusia.

"Lama saya berpikir, bahkan sering menjadi bahan pertanyaan, sampai akhirnya ditemukan dalil dari hadist, bahwa barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Dengan demikian alam, manusia, makhluk hidup dan seluruh peristiwa adalah tanda. Tanda dari penciptanya," ujar Amrizal Salayan memberi ilustrasi.

Patung Sosok Proklamator RI, Soekarno

Menurut Amrizal Salayan, pematung yang juga pelukis ini, dikaitkan dengan tanda sebagaimana dijelaskan tadi, mengingatkan saya akan pada ungkapan sastra di Minangkabau berupa : "Alam takambang jadi guru, bumi dan langit ada di dalamnya".

"Kalau terus kita pikirkan peristiwa alam semesta ini, maka kita akan memahami penciptanya dan eksistensi diri yang sesungguhnya. Melihat alam tampak diri, melihat diri tampak Tuhan. Melihat Tuhan tak tampak yang lain," tutur Amrizal Salayan.

Tersusun Rapi

Menyaksikan karya-karya seni rupa seperti seni patung dan seni lukis yang dikerjakan, Amrizal Salayan, seniman lulusan SSRI (SMSR/SMKN 4) Padang (1978), Departemen Seni Rupa dan Desain ITB Bandung (1988) dan Master Seni Rupa ITB tahun 2004 yang kini juga berstatus pengajar dan seniman seni rupa itu, tampak spirit kegigihan. Kegigihan itu bukan tak beralasan. Saat ia berstatus sebagai mahasiswa jurusan seni rupa FKSS (sekaran FBS) UNP Padang tahun 1979 semester dua, Amrizal Salayan nekat merantau ke Bandung mencari pengalam hidup serta tantangan menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi.

Ia lalu mencoba ikut ujian saringan masuk Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Diluar dugaan, ternyata saya lolos dan diterima di ITB tahun 1980. "Senangnya bukan kepalang, tapi bingungnya juga gak kepalang," paparnya. Pasalnya saat itu Amrizal tak dibekali uang untuk mendaftar ulang di kampus bergengsi itu. "Saya sangat bingung dan pasrah seraya berusaha mencari jalan keluar. Usaha dan kerja keras itu akhirnya berbuah manis, ditemukan solusi dan saya bisa masuk kuliah di ITB Bandung,' ujar Amrizal tersenyum.

Terlepas dari suka dukanya mengikuti pendidikan di ITB Bandung, penulis kaget ketika Amrizal Salayan mengajak ke studionya yang berdampingan dengan kediamannya di atas tanah seluas 1.000 meter persegi. Terlihat karya-karyanya semasa di SSRI Negeri Padang sejak kelas I hingga kelas IV masih terawat dan tersusun rapi terutama lukisan-lukisan cat air yang dikerjakan dengan telaten dan penuh pesona hingga menghipnotis mata.

Karya-karya tersebut diberi lapisan plastik kaca dan bingkai hingga tampak seperti baru siap dikerjakan. Ada puluhan karya terbaiknya semasa masih bersekolah di SSRI Negeri Padang (1974-1978) berobyekan beragam pemandangan alam, sosok manusia dan lainnya. Karya-karya itu ditempatkan pada lokasi yang sangat aman dan terpelihara dengan amar baik.

Sejumlah karya patung monumental yang ada prototypenya berukuran tinggi puluhan meter dengan objek sejumlah tokoh-tokoh ternama, terlihat berdiri kokoh dan indah di beberapa lokasi dekat studionya. Bahkan salah satu prototype masterpiece berupa karya monumentalnya berjudul  "Ia Ada dengan Ketiadaannya", berbahan aluminium, yang patung aslinya terletak di halaman Gallery Lawangwangi Creative Speace Bandung. Sosok-sosok manusia berjejer berpangku tangan berdiri, yang satu persatu hingga terakhir terlihat kosong di dalam tubuh manusia itu.

Yang melatarbelakangi karya ini karena hal yang paling urgen diperjuangkan manusia selama menjalani kehidupan dunia dengan segala aktivitasnya adalah menyongsong kematian. "Saya merenungkan betapa seluruh perjalanan kehidupan dengan segala perjuangan, kegigihan, penderitaan, kebahagian semua akan berujung kematian. Eksistensi manusia itu ada, karena ia diadakan (diciptaan-Nya)," ujar Amrizal Salayan.

Penulis dan Amrizal Salayan

Pada akhir kesempatan bincang-bincang dengan Amrizal Salayan di kediaman dan studionya itu, ia berobsesi menjadikan studio seninya ini sebagai sebuah gallery representatif, kalau dapat dijadikan museum. Karya-karya yang dihasilkan Amrizal selama lebih 40 tahun, semua lengkap dengan dokumen-dokumen yang tersusun rapi.
 

*Muharyadi : Penggiat Seni Rupa, kurator dan jurnalis tinggal di Padang.


Tag :#Amrizal salayan#Pelukis#Pematung#Bandung#Sumbar#

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com