HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Sabtu, 15 Oktober 2022

Plus Minus Kompetensi Pembelajaran Praktek Melalui Sistim Daring Di SMK

Faizal Raefahuwa.
Faizal Raefahuwa.

Plus Minus Kompetensi Pembelajaran Praktek Melalui Sistim Daring di SMK
Oleh : Faizal Raefahuwa
 

Saat pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, pemerintah melalui Kemdibudristek RI mengeluarkan kebijakan tentang metode pembelajaran tatap muka langsung menjadi sistem daring atau online.

Sistem pembelajaran daring memiliki dampak positif maupun negatif, baik bagi guru maupun peserta didik disekolah, terlebih pada pembelajaran kompetensi praktek seperti dialami SMK di tanah air.

Dampak positifnya, peserta didik mudah mengakses materi pembelajaran melalui video tatap muka, apalagi belajarnya hanya di rumah, hingga tidak menghabiskan waktu ke sekolah. Peserta didik tidak perlu menunggu pengajar.

Dampak negatifnya, peserta didik memanfaatkan perangkat HP milik sendiri atau orang tua untuk belajar daring. Namun jika orang tua bekerja dari pagi hingga sore maka peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran daring. Apalagi bagi kalangan masyarakat menengah kebawah.

Metode pembelajaran daring pun bersifat satu arah dan kurangnya interaksi guru hingga kesulitan mengontrol peserta didik dari dekat, terlebih tingkat pemahaman dan kemampuan berbeda-beda sesama peserta didik bahkan adakalanya tertinggal dalam memahami materi.

Akibatnya efektifitas proses pembelajaran tidak berjalan dengan sempurna. Belum lagi kondisi geografis daerah-daerah terpencil berbanding terbalik dengan perkotaan, seperti terbatasnya fasilitas internet, akses yang lumayan sulit.

Akibatnya proses pembelajaran daring tersebut peserta didik mengalami penurunan baik berupa ilmu pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Bahkan menjadi kaku apalagi mengemukakan pendapat atau critical thingking. Dampak lain kegiatan praktik bagi peserta didik cenderung banyak diam hingga pembelajaran selesai, sejak perencanaan, proses berkarya, hingga finishing.

Kondisi lain diperparah lagi oleh terbatasnya fasilitas internet, akses yang demikian sulit serta faktor dorongan dan motivasi orang tua di rumah terhadap proses pembelajaran anak-anak kian rendah. Kelemahannya disebabkan antara lain keterbatasan akses internet dan tidak stabil menyulitkan guru dan peserta didik melakukan pembelajaran.

Begitu pandemi redup dalam beberapa waktu terakhir, zaman pun langsung beralih ke serba digital. Semua kebutuhan diakamodir oleh penggunaan gadget (perangkat elektronik berukuran kecil). Dilain pihak peserta didik banyak menggunakan gadget ke arah yang berlawanan.

Yang terjadi di lapangan, ternyata masih ada peserta didik belum menguasai teknologi dasar digital sebelum melangkah ke tingkat lebih tinggi melalui Teknik Pengolahan Audio Video berupa teknik pengolahan audio dan literasi pengolahan Audio Video.

Untuk itu perlu kiranya refleksi guru secara berkelanjutan, meliputi wawancara guru dari teman sejawat, kepala sekolah, pakar pendidikan serta literatur pemilihan bahan ajar, pengembangan TPACK (kerangka berpikir berbasis teknologi), dan model pembelajaran  yang relevan.
 

Tatap Muka Menjadi Pilihan Tepat

Tantangan seperti ini tentu harus mampu diatasi guru, mulai dari menyeleksi bahan ajar, kolaborasi pembelajaran, dan penilaian. Kemudian ruang kelas, ruang praktek dalam mengimplementasikan bahan ajar, dan penilaian yang terukur menjadi hal yang penting untuk proses pembelajaran.

Kesemuanya tentu didukung pembelajaran yang kondusif dan implementatif guna meningkatkan kualitas. Diperkuat Implementasi teknologi absen dan quiz berbasis digital memanfaatkan google drive untuk menyimpan karya-karya yang dapat di akses kapan pun, serta fasilitas dan untuk peserta didik agar memiliki pengetahuan dan keterampilam sempurna.

Melalui penerapan kombinasikan pembelajaran Problem Based Learning berbasis (technological pedagogical content knowledge) TPACK ternyata peserta didik dapat meningkatkan pembelajaran untuk mengungkapkan pedapat/critical thinkhing secara peroragan maupun kelompok.

Hal itu bisa dirasakan guru ketika memberikan materi gambar, video serta mengajukan pertanyaan dan menjawab soal-soal kepada peserta didik. Pada akhirnya peserta didik secara bertahap mengerti fungsi teknologi pembelajaran dan berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya.

Sebenarnya tatap muka langsung di kelas, di ruang praktek atau di laboratorium jauh lebih strategis karena dengan mudah dapat dipahami peserta didik dibanding pembelajaran online.

Karena pembelajaran tatap muka menggunakan alat praktik di sekolah tidak tergantikan oleh pembelajaran daring. Guru leluasa menyuguhkan materi dan berinteraksi dengan peserta didik tanpa mengabaikan persoalan nilai-nilai di tengah-tengah masyarakatnya.
 

Penulis, Guru Desain Komunikasi Visual, Animasi dan Multimedia SMKN 4 Muko-muko, Bengkulu
 


Tag :#Pembelajaran online #Daring #Pembelajaran tatap muka

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com